Siapakah Roger Garaudy?

roger

Sepintas Roger Garaudy

Roger Garaudy (17 Juli 1913 – 13 Juni 2012) adalah seorang penulis, politikus, dan filsuf terkenal Perancis. Pemikir besar ini berpetualang mencari kebenaran dan mengkaji berbagai agama hingga akhirnya menemukan jati dirinya yang hilang di agama Islam. Setelah masuk Islam, ia memilih nama Rajaa Garaudy, yang berarti harapan. Dia aktif menulis beberapa buku yang dianggap kontroversi, karena anti-Zionis dan penolakannya terhadap cerita-cerita tentang ethnic-cleansing model Holocaust. Garaudy menyangkal bahwa Nazi menggunakan kamar-kamar gas beracun untuk membunuh orang Yahudi selama Perang Dunia II.

Biografi Roger Garaudy

Garaudy lahir dari orang tua Katolik dan ateis di Marseille, Perancis. Awalnya, ia dikonversi ke Protestan sebelum bergabung kembali dengan Gereja Katolik, Judaisme dan akhirnya memeluk Islam pada tahun 1982. Selama perang, Garaudy bergabung dengan Pasukan Perlawanan Perancis dan kemudian menulis lebih dari 50 buku, terutama tentang filsafat politik, Marxisme, dan Islam. Setelah perang, Garaudy bergabung dengan Partai Komunis Perancis. Sebagai tokoh politik, ia berhasil terpilih sebagai anggota Majelis Nasional Perancis dan akhirnya naik ke posisi wakil ketua, dan kemudian menjadi senator. Ia menjadi teoritikus terkemuka untuk partai dan menulis puluhan karya ilmiah.

Puncak aktivitas Marxisme Garaudy berlangsung pada dekade 1950-an. Pada masa itu, Garaudy bahkan diangkat sebagai kepala Pusat Riset dan Penelitian Marxisme dan ia disebut-sebut sebagai Lenin Perancis. Pada era itu juga, Garaudy berupaya ingin mendekatkan Komunisme dengan Kristen. Politikus Perancis ini pada tahun 1968 menulis sebuah buku terkait masalah tersebut dan berusaha menciptakan kesepahaman dan kedekatan antara Marxisme dan Kristen. Garaudy mengatakan, “Marxisme dapat menyerap nilai-nilai agama dalam dirinya.” Namun tiba-tiba sebuah peristiwa terjadi, di mana hegemoni Marxisme dan Komunisme runtuh dalam pikiran Garaudy. Peristiwa itu berhubungan dengan invasi Cekoslovakia oleh tentara merah Soviet. Garaudy mengkritik invasi Soviet ke Cekoslovakia dan akhirnya ia diusir dari Partai Komunis Perancis pada tahun 1970.

Setelah kejadian itu, Garaudy menulis sebuah buku The Whole Truth dan menjelaskan alasan-alasan pengusirannya dari Partai Komunis Perancis. Dia mendapat pengucilan hebat oleh Komunis Perancis dan mereka menuding Garaudy telah menciptakan ketidakstabilan dalam keyakinan. Mereka mengetahui bahwa jika suatu saat Garaudy memilih Komunis, itu karena ia ingin mengobati derita umat manusia dan memperbaiki kehidupan para buruh. Akan tetapi, Garaudy menyaksikan bahwa mereka yang mengklaim dirinya sebagai pembela kaum buruh justru menjadi penindas.

Garaudy melakukan studi terhadap berbagai agama setelah berpisah dengan Komunis. Kecenderungan beragama dalam diri filsuf besar ini semakin hari semakin kuat dan menyeret Garaudy ke arah kebenaran. Sebuah kebenaran yang selama ini tertutup oleh praktek politik kotor dan rasa tamak terhadap kekuasaan. Dalam kajian mendalamnya terkait agama, Garaudy mengkaji kecenderungan kedua orang tuanya terhadap Kristen, namun larut dalam sebuah realita bahwa umat Kristen dan para pemimpin mereka terlibat dua kejahatan besar dalam sejarah. Dua kejahatan itu adalah Perang Salib dan juga pengadilan-pengadilan inspeksi akidah.

Pembantaian massal rakyat Palestina dan pembunuhan pribumi Amerika Serikat serta pembakaran ribuan manusia dalam berbagai kejahatan dilakukan oleh umat Kristen. Akhirnya, Garaudy berkesimpulan bahwa para pemeluk agama Kristen telah merintis pembangunan dasar-dasar imperialisme global pada abad-abad sebelumnya. Mereka menerapkan kebijakan-kebijakan hegemoni di masa lalu dengan slogan keadilan dan kebebasan. Oleh karena itu, Garaudy berpaling dari Kristen dan menulis, “Kita umat Kristen Barat sedang membantai putra-putri dan cucu kita sendiri, sebab gaya pertumbuhan kita telah berujung pada jalan buntu kematian.”

Pemikir besar ini telah melakukan kajian terhadap agama-agama besar seperti, Islam, Zoroaster, Hindu, Budha, dan Yahudi. Pada akhirnya, Garaudy menemukan jati dirinya yang hilang dalam agama Islam. Dalam sebuah kunjungan ke Iran, ia dengan tegas mengatakan, “Aku memilih agama Islam karena menemukannya lebih sempurna dan menentang hegemoni.” Setelah masuk Islam, Garaudy aktif menyingkap realitas Holocaust dan juga Zionisme.

Propaganda miring Zionis di dalam Perancis dan juga pada tingkat Eropa telah meningkatkan popularitas dan kecintaan terhadap Garaudy. Dia berhasil mendobrak ketabuan pengingkaran Holocaust pada ranah media, ilmiah, dan bahkan politik di Eropa. Setelah Garaudy menguak mitos Holocaust, media dan para pemikir di negara-negara lain Eropa mulai berani berbicara tentang realitas Holocaust.

Pada tahun 1996, Garaudy menerbitkan karyanya yang dianggap paling kontroversial, Les Mythes fondateurs de la Politique israelienne, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Founding Myths of Modern Israel. Karena buku itu berisi penolakan terhadap Holocaust, pengadilan Perancis melarang setiap publikasi lebih lanjut dan pada 27 Februari 1998, dia didenda 240.000 franc. Setelah persidangan di Perancis, Garaudy mendapat pujian di dunia Muslim dan menerima dukungan politik dan publik. Terkait buku The Founding Myths of Modern Israel, Garaudy mengatakan, “Penerjemahan buku itu ke dalam berbagai bahasa dunia adalah indikasi ketertarikan masyarakat dunia untuk memerangi Israel.”

Di Republik Islam Iran, 160 anggota parlemen menandatangani petisi untuk mendukung Garaudy. Pejabat senior Iran mengundang Garaudy ke Tehran dan menyambutnya dengan hangat. Para pemimpin Iran mengecam Israel dan Barat karena menyeret Garaudy ke pengadilan. Pada Februari 2006, pemimpin Hizbullah Lebanon, Sayed Hasan Nasrullah juga menyebut Garaudy sebagai seorang filsuf besar Perancis. Nasrullah memuji Garaudy karena telah mengekspos konspirasi Zionis dan menyatakan bahwa Garaudy telah membuktikan bahwa Holocaust adalah mitos.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam khutbah Jumat pada tanggal 12 Mei 2000, menyinggung pengadilan terhadap Garaudy oleh pemerintah Paris dan mengatakan, “Dimana Anda akan menemukan orang di Barat yang dapat secara bebas berbicara menentang Zionisme?” Oleh karena itu, Ayatullah Khamenei memuji keberanian Garaudy.

Dalam sebuah wawancara, Garaudy menyatakan bahwa serangan 11 September 2001 dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Dia juga mengulangi klaimnya bahwa Holocaust adalah mitos. Menurutnya, pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II diciptakan sebagai mitos oleh Churchill, Eisenhower dan De Gaulle untuk membenarkan perusakan dan pendudukan Jerman. Pada Desember 2006, Garaudy tidak dapat menghadiri Konferensi Internasional untuk Meninjau Visi Global Holocaust, karena alasan kesehatan. Dia dilaporkan mengirim pesan rekaman video yang mendukung pandangan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bahwa Israel harus dihapus dari peta dunia. Roger Garaudy meninggal dunia di Paris pada 13 Juni 2012, pada usia 98.

Karya-karya Roger Garaudy
Garaudy telah menulis lebih dari 20 buku, termasuk:

  • Apakah Kita Memerlukan Tuhan? (Avons-nous besoin de Dieu?)
  • Dieu est mort
  • The grandeur and decadences of Islam
  • Islam and integrism
  • Call to the living
  • Who do you say that I am?
  • Towards a war of religion
  • Mitos dan Politik Israel
  • Zionis, Sebuah gerakan keagamaan dan politik

Roger Garaudy adalah seorang pemikir terkuat yang pernah hidup pada abad ke 20. Jika kita tidak mengenal siapakah Roger Garaudy maka itu bukanlah kesalahannya melainkan kesalahan kita. Tampaknya Karena beliau adalah seorang Perancis dan bukan dari Inggris, namanya tidak diketahui dalam Arkeopologi Melayu. Ditambah lagi sosok Roger sendiri jauh berbeda dari figur seorang Cat Steven atau Yusuf Islam yang menarik muslim and non muslim melalui lagu lagu religi setelah keislamannya.

Roger Garaudy merupakan seorang philosopher yang mewakili philosofi Perancis Klasik sepanjang masa hidupnya. Beliau utarakan tentang konsep tetapi tidak dalam konteks praktikal atau pragmatik akan tetapi lebih kepada abstrak. Oleh karena itu tidak mengherankan jika sulit untuk memahami seorang Roger. Lagi lagi itu bukan kesalahannya melainkan kesalahan kita sendiri.

Dia juga merupakan salah satu penggagas teori politik kiri Perancis dan menjadi pioneer ideologi bagi golongan penganut kiri. Namun sebagaimana semua ideologi, golongan mainstream kiri Perancis pada akhirnya tidak menghiraukan kritik-kritiknya dikarenakan ia kerap kali mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang berkembang dalam dirinya sendiri.

Setelah proses konflik idea tersebut, secara sadar beliau memeluk Islam pada tahun 1980-an. Beliau telah melahirkan 60 karya yang diantaranya telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa di dunia dan artikel artikel yang tak terhitung banyaknya. Salah satu bukunya yang paling berpengaruh adalah “The Founding Myths of Modern Israel” (Azas Mitos Modern Israel) dan “The Mosque: The Mirror of Islam” (Mesjid: Cermin Islam).

Sebagaimana yang kita ketahui, masyarakat Aceh sangat familiar dengan sufisme. Salah satu pemikiran Roger tentang sufi adalah beliau menekankan bahwa kemistikan dalam perspektif Islam tidak bisa dibandingkan dengan kemistikan timur seperti Buddha dan konfusius atau kemistikan barat seperti kristian. Pada dasarnya, Beliau jauh berbeda dari mereka yang mempromosikan jalaluddin al Rumi sebagai simbol sufi yang dapat dengan mudah disaksikan di timur dan barat. Dia pada hakikatnya berada satu generasi dengan Aliya Izzatbegovic, al-marhum pemimpim agung Bosnia.

Setelah menganut islam, beliau di asingkan dan didiskriminasi oleh media-media barat yang bernaung di bawah kekuatan yang dikawal oleh monopoly Kristen dan Yahudi. Mereka menolak mempublikasikan karya-karyanya. Beberapa muslim mengakui Yusuf Islam sebagai Ahli Fiqh tetapi sangat disayangkan, mereka mengabaikan eksistensi Roger Garaudy. Namun pintu pengetahun tidak pernah tertutup. Kita bisa mencoba memahami beliau melalui artikelnya “Why did I Become Muslim (Mengapa Saya Menganut Islam)”.