Siapakah Robert Budi Hartono?

RObert
Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Robert merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang.
Siapakah Robert Budi Hartono ?

Bahkan di antara jajaran elit dari 50 orang terkaya di Indonesia, ada hierarki. Lagi-lagi, yang paling kaya bahkan semakin kaya.Saudara-saudara Hartono, yang memiliki peringkat No. 1 selama sembilan tahun berturut-turut, terus menjauhkan diri dari paket. Kekayaan bersih mereka hampir dua kali lipat menjadi lebih dari 32 miliar, naik dari 17,1 miliar, sebagian besar berkat kenaikan hampir 50% dalam nilai saham mereka di Bank Central Asia (BCA).

Saudara-saudara mewarisi pembuat kretek Djarum beberapa dekade yang lalu tetapi dengan cerdas melakukan diversifikasi, mengambil saham BCA setelah klan Salim kehilangan kendali selama krisis keuangan Asia 1997-1998. Tahun ini Hartono menaikkan kepemilikan BCA menjadi 55%, dari 47%. Ke depan, mereka juga bertaruh pada perusahaan perangkat game Singapura Razer, yang baru-baru ini terdaftar di bursa Hong Kong.
Semua kecuali satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia melihat kekayaan mereka meningkat setidaknya 10% dalam satu tahun terakhir, sebagian berkat nilai saham yang lebih tinggi. Pasar saham Indonesia naik 17% dibandingkan periode yang sama.

Faktor lain yang mendorong penilaian anggota daftar seperti Jogi Hendra Atmadja: peningkatan pengungkapan setelah program amnesti pajak tahun lalu, yang memungkinkan para taipan negara itu mendeklarasikan aset yang sebelumnya disembunyikan dengan imbalan penalti kecil.

Total kekayaan bersih dari 50 negara terkaya di negara itu sekarang adalah 126 miliar, naik dari 99 miliar setahun yang lalu, dan minimum untuk membuat daftar adalah 450 juta, 30 juta lebih banyak dari tahun 2016.

Hanya ada dua wajah baru di antara 50 besar. Arini Subianto mengklaim kekayaan itu milik ayahnya Benny, yang meninggal pada Januari. Hartono Kweefanus bergabung berdasarkan kepemilikannya atas kerajaan biskuit, Monde Nissin, yang menjangkau Asia. Dua lainnya, Iwan Lukminto dan The Ning King, kembali ke barisan setelah absen satu tahun atau lebih.

Terkait dengan Forbes: Temui Sosialita Indonesia yang Mengambil alih Kekaisaran Ayahnya yang Terlambat

Tidak semua orang memiliki tahun spanduk: 16 anggota daftar lebih miskin daripada tahun lalu. Penerima lama Arifin Panigoro adalah salah satu dari tiga yang turun di bawah peringkat, karena informasi yang mengungkapkan kepemilikan saham lebih rendah di Medco Energi Internasional. Daftar 50 orang terkaya di Indonesia dikompilasi dengan menggunakan kepemilikan saham dan informasi keuangan yang diperoleh dari keluarga dan individu, bursa efek, laporan tahunan dan analis. Peringkat tersebut mencantumkan kekayaan individu dan keluarga, termasuk yang dibagi di antara pendiri perusahaan dan kerabat dekat mereka. Nasib publik dihitung berdasarkan harga saham dan nilai tukar pada 17 November 2017. Perusahaan swasta dinilai berdasarkan perusahaan serupa yang diperdagangkan secara publik.

Robert Budi Hartono, bukan lagi nama asing di telinga masyarakat. Nama ini bercokol sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia, selama 11 tahun berturut-turut hingga saat ini.

Dikutip dari laman Forbes , Rabu 5 Februari 2020, pria berusia 79 tahun ini masih mengantongi kekayaan senilai US$19,7 miliar atau setara Rp269,6 triliun (kurs rupiah Rp13.687 per dolar AS). Terakhir, dia juga masih dinobatkan sebagai orang terkaya nomor satu oleh majalah Forbes pada Desember 2019.

Jika kekayaannya digabung dengan saudaranya, Michael Bambang Hartono, harta mereka mencapai US$37,3 miliar atau Rp510 triliun (jika mengikuti kurs rupiah saat ini, Rp13.687 per dolar AS). Ini merupakan data terakhir kekayaan mereka per 2 Desember 2019.

Lantas, apa yang membuat Budi selalu jadi juara bertahan di puncak jajaran orang kaya Indonesia? Ini ulasan singkat, ‘gurita bisnis’ Budi Hartono yang dirangkum VIVAnews :

1. Bisnis Rokok

Pria kelahiran Semarang, 28 April 1940 ini merupakan anak dari pendiri perusahaan rokok PT Djarum, Oei Wie Gwan. Dia masih meneruskan bisnis ini bersama saudaranya, Bambang Hartono.

Dari bisnis ini, mereka melebarkan sayapnya ke sektor lain. Diketahui, PT Djarum sebagai induk usaha mereka pun memilih untuk tidak melantai di pasar modal.

Memang cukup menarik bahwa perusahaan sebesar ini tidak melantai di bursa efek Indonesia. Alasannya sederhana, konglomerasi besar ini memang tidak lagi butuh investor induk usahanya. Grup Djarum hanya diwakili oleh anak perusahaan untuk melantai di bursa efek Indonesia.

2. Menguasai Saham BCA

‘Duo Hartono’ ini diketahui menjadi pemilik saham terbesar di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Lebih dari separuh saham BCA, mereka kuasai atau sekitar 54,94 persen.

Kekayaan Hartono bersaudara ini pun, tentu akan melesat ketika harga saham BCA naik. Namun, juga akan turun ‘sedikit’, saat harga saham BCA turun.

3. Punya Lahan Sawit Puluhan Ribu Hektare

Duo Hartono ini juga memiliki perkebunan sawit dengan luas puluhan ribu hektare, lewat PT Hartono Plantation Indonesia. Informasi terakhir yang diperoleh, mereka mengelola sekitar 65 ribu hektare lahan sawit di Kalimantan Barat sejak 2008.

4. Bisnis Properti

Orang kaya ini juga tak luput dari bisnis properti. Mereka juga mengembangkan superblok mewah di jantung Ibu Kota, yaitu bangunan di sekitar kawasan Hotel Indonesia. Di sini, Djarum menggabungkan fungsi pusat belanja, perkantoran, dan hotel sekaligus.

Tentunya, nama Grand Indonesia, Hotel Indonesia Kempinski hingga Menara BCA, sudah tidak asing lagi. Ini semua dikendalikan oleh Grup Djarum.

5. Polytron hingga Bisnis Digital

Orang terkaya di Indonesia ini juga merambah bisnis di sektor elektronik dengan bendera Polytron, yang memproduksi telepon seluler, AC, Kulkas, Audio, dan Video, serta Dispenser.

Tak hanya itu, lewat PT Global Digital Prima (GDP) Venture, Djarum mengembangkan sayap di bisnis digital seperti Blibli.com, Kaskus hingga Tiket.com.

Sumber

Indonesia's Richest 2017: The Hartonos Stay On Top
Yayasan di BI dan Garuda Harus Dibenah