Siapa saja raja-raja yang dikirimi surat dakwah oleh Rasullah saw. dan bagaimana reaksi raja-raja tersebut ?

image

Ketika rasulullah SAW melakukan dakwah ke madinah, rasulullah mengirimkan surat dakwah kepada raj-raja yang ada disana. Lalu siapakah raja-raja yang dikirimi surat dakwah dan bagaimana reaksi dari raja-raja tersebut ?

Berikut adalah raja-raja yang dikirimi surat dakwah Rasulullah SAW :

  1. Najasyi raja Habasyah, diantar pada bulan Muharam 7 H oleh Amr bin Umayyah dan langsung dibalas oleh sanga raja dengan menyatakan diri masuk Islam.

  2. Muqauqis raja Mesir, diantar oleh Hathib bin Abu Balthaah di mana raja ini mengkaui kenabian rasul meskipun tidak secara eksplisit menyatakan dirinya masuk Islam melalui suratnya yang dikirim dengan disertai dua orang budak wanita sebagai hadiah.

  3. Kisra raja Persia, dikirim oleh Abdullah bin Hudzafah. Surat itu lalu dirobek-robek karena nabi menulis tidak menulis namanya terlebih dahulu. Rasulullah yang mengetahui hal itu mendoakan agar kerajaan Kisra dirobek-robek (hal ini benar-benar terjadi pada masa khalifah Umar).

  4. Qaishar/Heraclius raja Romawi, diantar oleh Dihyah bin Khalifah Al Kalby. Saat menerima surat ini, sang kaisar meminta tanya jawab dengan salah seorang yang terdekat hubungan darahnya dengan bai yang ada di Baitul Maqdis, yang ternyata adalah Abu sufyan. Abu Sufyan menjawab pertanyaan tentang nabi dengan jujur sehingga sang kaisar memohon agar ia ditunjuki allah swt. untuk memeluk Islam.

  5. Al Munzir bin Sawa pemimpin Bahrain, dibawa oleh al A’la bin al Hadhramy yang kemudian sang raja meminta lagi nabi untuk menulis lagi kepadanya menjelaskan tentang tujuan utama dari Nabi Muhammad.

  6. Haudzah bin Ali bin Ali al Hanafy pemimpin Yamamah, diantar oleh Salith bin al Amiry. Sang raja mengirim kembali kurir pulang dengan gemerlap hadiah. Namun tak lama kemudian Jibril mengabarkan kepada nabi bahwa sang pemimpin Yamamah telah wafat.

  7. Abu Syamr al Ghassany pemimpin Damaskus, dengan kurir Syuja bin Wahb. Setelah membacanya ia menantang nabi untuk merebut kekuasaannya dan menolak masuk Islam.

  8. Ja’far raja Oman, diantar oleh Amr bin al Ash. Setelah debat yang sangat ketat dengan Amr (yang berhasil mengislamkan raja Najasyi) akhirnya sang raja dan adiknya memeluk Islam.

Pada masa awal setelah diangkat sebagai utusan Allah (Rasulullah) Nabi Muhammad Saw membangun komunikasi dengan para pemimpin suku dan pemimpin negara lain. Beliau mengirim utusan yang membawa surat ajakan masuk Islam. Korespondensi melalui surat itu tujukan kepada Heraclius (kaisar Romawi), Raja Negus (penguasa Ethiopia), dan Khusrau (penguasa Persia).

Sejarah mencatat, waktu itu Heraclius (Raja Romawi) dan Kisra (Raja Persia) merupakan dua kerajaan yang terkuat pada zamannya, dan merupakan dua orang yang telah menentukan jalannya politik dunia serta nasib seluruh penduduknya. Perang antara dua kerajaan ini berkecamuk dengan kemenangan yang selalu silih berganti.

Pada mulanya Persia adalah pihak yang menang. Ia menguasai Palestina dan Mesir, menaklukkan Baitul Maqdis (Yerusalem) dan berhasil membawa Salib Besar (The True Cross). Kemudian giliran Persia mengalami kekalahan lagi. Panji-panji Bizantium kembali berkibar lagi di Mesir, Suriah serta Palestina, dan Heraklius berhasil mengembalikan salib itu.

Kalau saja orang ingat akan kedudukan kedua kerajaan itu, mereka akan dapat mengira-ngira betapa besarnya dua nama ini, yang mendengarnya saja hati orang sudah gentar. Tiada satu kerajaan pun yang pernah berpikir hendak melawan mereka. Yang terlintas dalam pikiran orang ialah hendak membina persahabatan dengan keduanya. Jika kerajaan-kerajaan dunia yang terkenal pada waktu itu saja sudah demikian keadaannya, apalagi negeri-negeri Arab.

Yaman dan Irak waktu itu di bawah pengaruh Persia, sedang Mesir sampai ke Syam di bawah pengaruh Heraclius. Pada waktu itu Hijaz dan seluruh semenanjung jazirah terkurung dalam lingkaran pengaruh kedua imperium ini. Kehidupan orang Arab pada masa itu hanya tergantung pada soal perdagangan dengan Yaman dan Syam. Dalam hal ini perlu sekali mereka mengambil hati Kisra dan Heraclius agar kedua kerajaan ini tidak merusak perdagangan mereka.

Disamping itu kehidupan orang-orang Arab tidak lebih daripada kabilah-kabilah, yang dalam bermusuhan, kadang keras, kadang lunak. Tak ada ikatan di antara mereka yang merupakan suatu kesatuan politik, yang dapat mereka gunakan untuk menghadapi pengaruh kedua kerajaan raksasa tersebut.

Oleh sebab itu, Rasulullah mengirimkan utusan-utusannya kepada kedua penguasa besar itu—juga kepada Ghassan, Yaman, Mesir dan Abisinia. Beliau mengajak mereka untuk memeluk Islam, tanpa merasa khawatir akan segala akibat yang mungkin timbul. Dampak yang mungkin dapat membawa seluruh negeri Arab tunduk di bawah cengkeraman Persia dan Bizantium.

Akan tetapi kenyataannya, Rasulullah tidak ragu-ragu mengajak para raja itu menganut agama yang benar. Beliau mengirim utusan kepada Heraclius, Kisra, Muqauqis, Harits Al-Ghassani (Raja Hira), Harits Al-Himyari (Raja Yaman) dan kepada Najasi, penguasa Abesinia (Ethiopia). Beliau hendak mengajak mereka masuk Islam.

Para sahabat menyatakan mereka kesanggupan mereka melakukan tugas besar ini. Rasulullah kemudian membuat sebentuk cincin dari perak bertuliskan: “Muhammad Rasulullah”.

Adapun surat buat Heraclius itu dibawa oleh Dihyah bin Khalifah al-Kalbi, dan surat kepada Kisra dibawa oleh Abdullah bin Hudzafah. Sementara surat kepada Najasyi dibawa oleh Amr bin Umayyah, dan surat kepada Muqauqis oleh Hatib bin Abi Balta’ah.

Sementara itu, surat kepada penguasa Oman dibawa oleh Amr bin Ash, surat kepada penguasa Yaman oleh Salit bin Amr, dan surat kepada Raja Bahrain oleh Al-‘Ala bin Al-Hadzrami. Sedangkan surat kepada Harith Al-Ghassani, Raja Syam, dibawa oleh Syuja’ bin Wahab. Dan surat kepada Harits Al-Himyari, Raja Yaman, dibawa oleh Muhajir bin Umayyah.

Masing-masing mereka kemudian berangkat menuju tempat yang telah ditugaskan oleh Nabi. Para penulis sejarah berbeda pendapat tentang waktu keberangkatan mereka. Sebagian besar menyatakan para utusan berangkat dalam waktu yang berbarengan, sementara sebagian lagi berpendapat mereka berangkat dalam waktu yang berlainan.

Referensi : http://isyjihadanwamutsyahidan.blogspot.co.id/2009/12/surat-surat-rasulullah-saw-kepada-para.html