Setujukah Anda bahwa manusia merupakan holobiont dan bukan lagi single-organism? Apa yang mendasari judgment yang Anda pilih?

370px-Holobiont_representation
Gambar 1. Ilustrasi Holobiont (Sumber: ms.wikitrev.com/Holobiont)

Progresivitas perkembangan zaman berpengaruh masif di berbagai bidang terutama di dunia sains penelitian. Transparansi perkembangan tersebut dapat dilihat dari perkembangan ilmu genomik yang merupakan studi mengenai keseluruhan genome dari suatu organism. Walaupun tidak dapat dikategorikan sebagai perkembangan keilmuan yang pesat, tetapi ilmu genomik di Indonesia setidaknya telah memunculkan bibit dan babak baru, seperti dengan adanya startup teknologi genom, yaitu Nusantics. Pada bincang Redaksi-28 National Geographic Indonesia bertajuk Sains Mikroba dalam Tradisi Rempah Nusantara, Sharlini Eriza Putri sebagai CEO Nusantics menyebutkan bahwa setengah dari sel badan manusia merupakan kepemilikan mikrobioma, secara umum kita mengenalnya, seperti bakteri, virus, jamur, archea, dan sebagainya [1]. Hal ini didapatkan setelah dilakukan pengurutan sel di badan manusia. Tentunya dengan paradigma ini, maka paradigma lampau mengenai manusia adalah organisme tunggal dianggap sudah tidak berlaku lagi dan bukan 100% manusia atau anggapan manusia saat ini adalah holobiont.

Holobiont sendiri merupakan himpunan banyak spesies yang tinggal di sekitarnya dan bersama membentuk diskrit unit ekologi [2]. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah Sharlini menyebutkan bahwa masih banyak hal yang belum diketahui karena sains saat ini belum bisa membuat korelasi misal kausalitas jika gen ini dapat membuat sifat ini. Hal inilah yang memicu ujaran kontradiksi mengenai holobiont, serta kontroversi mengenai apakah angapan holobiont dapat dikategorikan pula sebagai single individual (unit evolusi tunggal).

Referensi:
[1] Putri, Sharlini Eriza. 2021. Bincang Redaksi-28 National Geographic dalam Hari Mikrobioma Sedunia: Sains Mikrobioma & Tradisi Rempah Nusantara. Muhammad, Fikri.
[2] Margulis, Lynn & Fester, René. 1991. Simbiosis sebagai Sumber Inovasi Evolusi. Akhbar MIT. ISBN 9780262132695. Ensiklopedia. site:ms.wikitrev.com
[3] Nusantics

Ya, saya setuju bahwa manusia merupakan holobiont, sebuah entitas biologis yang terdiri dari organisme induk dan berbagai mikroorganisme yang hidup bersamanya. Konsep holobiont menyoroti keterlibatan erat antara organisme makro (seperti manusia) dengan komunitas mikroorganisme yang mendukung kehidupannya.

Sebagai holobiont, manusia tidak dapat dipahami hanya sebagai individu tunggal, tetapi sebagai ekosistem hidup yang melibatkan berbagai spesies mikroba yang berkoloni di berbagai bagian tubuhnya. Microbiota manusia, yang terdiri dari bakteri, virus, fungi, dan arkea, hidup di kulit, saluran pencernaan, sistem pernapasan, dan banyak bagian tubuh lainnya.

Salah satu wilayah yang paling banyak dipelajari dalam konteks holobiont adalah saluran pencernaan manusia. Mikrobiota usus, misalnya, memiliki peran penting dalam pencernaan makanan, sintesis vitamin, dan bahkan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Hubungan mutualistik antara manusia dan mikroorganisme ini memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan keseimbangan biologis.

Ketika kita mempertimbangkan konsep holobiont, ada beberapa alasan mengapa manusia dapat dianggap demikian:

1. Keterlibatan Mikroorganisme dalam Pencernaan dan Metabolisme:

Mikrobiota usus membantu mencerna makanan, menghasilkan senyawa-senyawa yang penting untuk tubuh manusia, dan berkontribusi pada metabolisme. Proses fermentasi oleh bakteri usus, misalnya, menghasilkan asam lemak rantai pendek yang memberikan energi tambahan bagi tubuh.

2. Perlindungan Terhadap Patogen:

Mikrobiota melibatkan perlindungan terhadap patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan menduduki tempat di permukaan tubuh dan bersaing untuk sumber daya dengan mikroorganisme patogen, mikrobiota membantu mencegah infeksi dan menjaga keseimbangan flora normal.

3. Regulasi Sistem Kekebalan Tubuh:

Mikrobiota juga memainkan peran penting dalam regulasi sistem kekebalan tubuh. Interaksi antara mikroorganisme dan sel-sel kekebalan membentuk dasar penting untuk respons kekebalan yang seimbang.

4. Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental:

Ada bukti bahwa mikrobiota usus dapat memengaruhi kesehatan mental dan kondisi neurologis. Hubungan antara usus dan otak, dikenal sebagai sumbu usus-otak, menyoroti peran penting mikrobiota dalam kesehatan mental.

5. Variabilitas Individual dalam Mikrobiota:

Setiap individu memiliki komposisi mikrobiota yang unik, menciptakan variasi antarindividu dalam respons terhadap makanan, obat-obatan, dan lingkungan. Ini menekankan bahwa manusia bukanlah entitas homogen, tetapi memiliki keragaman biologis yang mencakup mikrobiota mereka.

6. Dampak Terhadap Kesehatan Kronis:

Gangguan dalam komposisi mikrobiota telah dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan kronis, seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit inflamasi usus. Hal ini menunjukkan bahwa keseimbangan mikrobiota memainkan peran penting dalam mencegah penyakit dan mempertahankan kesehatan.

7. Pertimbangan Ekologis:

Melihat manusia sebagai holobiont memberikan pandangan ekologis terhadap hubungan antara organisme manusia dan mikroorganisme. Ini menciptakan pemahaman bahwa interaksi ini merupakan suatu ekosistem dengan keseimbangan dinamis.

8. Interaksi Genetik dan Lingkungan:

Gen manusia dan mikroorganisme saling memengaruhi. Perubahan dalam lingkungan atau pola hidup dapat memengaruhi komposisi mikrobiota, dan sebaliknya, variasi genetik manusia dapat memengaruhi jenis mikrobiota yang lebih cenderung berkembang.

Melihat manusia sebagai holobiont menggeser paradigma tradisional yang hanya memandang organisme manusia sebagai entitas terpisah. Konsep ini membuka pintu untuk penelitian dan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana interaksi antara manusia dan mikroorganisme berdampak pada kesehatan dan penyakit.

Dengan demikian, manusia dapat dilihat bukan hanya sebagai individu tunggal, tetapi sebagai kolaborator dalam ekosistem biologis yang kompleks, yang melibatkan berbagai entitas hidup. Pemahaman lebih lanjut tentang interaksi ini dapat membuka peluang untuk pengembangan strategi baru dalam bidang kesehatan, termasuk pengembangan terapi mikrobiota dan pendekatan lain yang melibatkan regulasi holobiont untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.