Seperti Apakah Biografi Al Mawardi?

al mawardi
Abu Hasan Ali Bin Muhammad Bin Habib Al Mawardi lahir pada tahun 364 H adalah seorang ahli fikih, hadist dan politikus muslim. Ia dikenal sebagai tokoh terkemuka madzhab syafi’ie pada abad ke 10 dan pejabat tinggi yang berpengaruh besar dalam pemerintahan Abbasiyah. Seperti Apakah Biografi Al Mawardi ?

Biografi Al Mawardi

Al Mawardi memiliki nama lengkap Abu al-Hasan ‘Ali bin Habib al-Mawardi lahir pada tahun 364 H/974 M di kota Bashrah (Irak). Beliau hidup di zaman kegemilangan Dinasti ‘Abbasiyyah sebagai pusat ilmu pengetahuan dan berkumpulnya para sarjana Muslim dengan karya-karya yang variatif dan inovatif. Beliau merupakan pribadi yang baik, berbudi pekerti, dan menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti ilmu hadis, tafsir, nahwu, sharf, adab, politik, dan fikih. Ia merupakan ulama terkemuka Mazhab Syafi’i di zaman itu. Ia dijuluki sebagai Hakim Agung Negara (406 H). Selain itu, beliau mempunyai peran penting dalam negara sebagai penengah antara khalifah dan para menteri-menteri negara jika terjadi perbedaan pendapat antara keduanya, selanjutnya menjadi penengah antara para menteri-menteri dan khalifah al-Qadir di Baghdad dengan Kerajaan Bani Buwaihi dan kerajaan Saljuk (381-422 H). Dengan peran penting yang diemban, beliau mempunyai hubungan yang erat serta mendapatkan kepercayaan dari khalifah hingga akhir hayatnya.

Kepribadian beliau yang santun, tegas, dan tidak pandang bulu, pernah membuatnya tersingkir dari pemerintahan. Hal ini terjadi karena fatwanya dalam al-Ah}kâm al-Sult}âniyyah yang menolak pemberian gelar ‘Mâlik al-Mulûk’ (Raja Diraja) bagi pembesar Dinasti Buwaih.

Di Kota Bashrah secara bersama-sama dengan rekan sejawatnya seperti alHasan bin ‘Ali bin Muhammad al-Jalbi, Abu Hulayfah al-Fadl bin alHabib al-Jamhi, Muhammad bin ‘Adi bin Zahri al-Maqr, dan lain-lainya, beliau memulai belajar ilmu hadis. Kepada Abi al-Qasim Abdul Wahid bin Muhammad al-Simriy al-Qadhi untuk selanjutnya mempelajari fiqih. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke Baghdad untuk belajar fikih kepada Syekh Abu Hamid (Ahmad bin Abi Tahir al-Isfarani) hingga mencapai tingkatan mahir dalam bidang fikih.

Setelah pengembaraannya yang panjang sebagai qâd’i di beberapa daerah pemerintahan, beliau kembali ke Baghdad untuk belajar selama beberapa tahun untuk berguru kepada para senior maupun guru-gurunya, menafsirkan al-Qur’an, mempelajari fikih dan dasar-dasarnya, dan menulis karya-karya yang lainnya.

Terdapat 16 karya Imam al-Mawardi yang dapat dikelompokkan dalam tiga bidang keilmuan, yaitu:

  • Ilmu-ilmu agama: Kitâb al-Naqt wa al-‘Uyûn (tafsir), al-Hawî al-Kabîr (merupakan ensiklopedi yang komprehensif tentang fikih Syafi’i), al-Iqnâ’ (merupakan rangkuman dari kitab sebelumnya-fikih Syafi’i), Âdab al-Qâd’i (adab), A’lâmu alNubuwwah (sirah nabawi).
  • Politik, administrasi, dan sosial: al-Ah}kâm al-Sultâniyyah (karya dalam bidang administrasi negara yang sangat terkenal dan menjadi pedoman administrasi negara di masa itu), Nasîh}at al-Mulûk (politik), dan Tashîl al-Naz}ar wa Ta’jîl al-Z}afar.
  • Sastra: al-Nah}wu (Linguistik), al-Amtsâl wa al-Hikâm, alBaghiyah al-‘Ulyâ fî Âdab al-Dunyâ wa al-Dîn.

Imam al-Mawardi meninggal pada tahun 1058 H dan dimakamkan di pemakaman Bab al-Harb, kota Baghdad, setelah berkelana ke berbagai tempat di wilayah kekuasan Dinasti ‘Abbasiyyah. Beliau meninggal di usianya 86 tahun (364-450 H) dan berperan besar dalam perkembangan maupun kemajuan khazanah keilmuan Islam dan pembangunan negara, baik di Bashrah, Baghdad, dan kota-kota lainnya.

Sumber:

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tsaqafah/article/view/372/365