Seperti apa Tradisi Dhukutan yand ada di Karang Anyar?

Mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal terjadi karena warga setempat tidak melakukan tradisi sesuai apa yang diperintahkan. Hal ini disesalkan oleh umat Hindu dan Budha yang menjadi pemrakarsa tradisi tersebut. Dalam tradisi Dhukutan, seluruh sesaji yang digunakan tidak boleh di masak dengan cara digoreng tetapi hanya ditanak dan dibakar saja. Juga, sesaji tersebut tidak boleh dicicipi terlebih dahulu. Bagaimana menurut kalian?

dari sumber yang saya baca, Kisah mengenai mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal terjadi karena warga setempat tidak melakukan tradisi sesuai apa yang diperintahkan. Dalam tradisi Dhukutan, seluruh sesaji yang digunakan tidak boleh di masak dengan cara digoreng tetapi hanya ditanak dan dibakar saja. Juga, sesaji tersebut tidak boleh dicicipi terlebih dahulu.

Pada medio 80an terdapat kisah mengubah tradisi Dhukutan, 18 bayi jadi tumbal yang terjadi. Peristiwa tersebut terjadi karena ada warga yang menyepelekan tradisi yang sudah mendarah daging tersebut. Jagung yang biasanya menjadi bahan utama dalam tradisi diubah penggunaannya dengan beras. Selain itu, sesaji yang seharusnya ditempatkan di sekitar situs Menggung ditempatkan di luar situs dan agenda tradisi juga diadakan di lain tempat.

Akibat peristiwa yang dianggap menyalahi aturan tradisi tersebut, dalam dua bulan di kampung tersebut terjadi kematian 18 bayi serta 2 orang dewasa. Kematian yang beruntun tersebut dianggap sebagai tumbal atas kekurangajaran karena tidak menaati tradisi yang sudah berkembang sejak lama. Hal ini disesalkan oleh umat Hindu dan Budha yang menjadi pemrakarsa tradisi tersebut. Sementara seseorang yang menjadi provokator meninggal tanpa alasan yang jelas.