Seperti apa keterkaitan antara filsafat dengan agama dan budaya?

Filsafat merupakan kajian dan sikap hidup yang menggambarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebijaksanaan. Filsafat memiliki banyak cabang- cabang filsafat seperti logika, metodologi, metafisika, filsafat agama, dan lain-lain. Suatu ilmu pengetahuan itu saling berhubungan, begitu juga dengan filsafat. Filsafat dapat berinter-relasi dengan filsafat, agama, dan budaya. Seperti apa hubungan antara filsafat dengan agama dan budaya?

Filsafat dan Agama

Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Selain menaruh filsafat sebagai sumber pengetahuan, Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Hubungan filsafat dan agama di Barat telah terjadi sejak periode Yunani Klasik, pertengahan, modern, dan kontemporer, meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya mengalami pasang surut.

Dewasa ini, di Barat terdapat kecenderungan yang kuat terhadap peranan agama. Masyarakat modern yang rasionalistik, vitalistik, dan materialistik, ternyata hampa spiritual sehingga mulai menengok dunia Timur yang kaya nilai- nilai spiritual. Kalau dilihat melalui sudut pandang Islam maka hubungan antar filsafat dan agama yaitu sangat erat hubungannya. Al-Quran mengatakan bahwa sarana yang digunakan dalam mempelajari objek, yakni akal dan objek yang diperintahkan untuk dipelajari yaitu yang bersifat realitas secara menyeluruh. Ayat-ayat yang menerangkan itu di antaranya “maka berpikirlah wahai orang- orang yang berakal dan berbudi”. Di sini dapat kita katakan bahwa Al-Quran memandang positif hubungan antara filsafat dan agama.

Kerja akal disebut berfilsafat jika dalam memakainya seseorang menggunakan metode berpikir yang memenuhi syarat-syarat pemikiran logis. Kebenaran tidak akan berlawanan dengan kebenaran sehingga jika pemikiran akal (sebagai sumber asasi filsafat) dan Al-Quran (sebagai sumber asasi agama) tidak membawa pertentangan maka itu merupakan suatu kebenaran. Mengenai dikotomi agama dan filsafat serta hubungan antara keduanya, para pemikir terpecah dalam tiga kelompok:

  • Kelompok pertama, berpandangan bahwa antara keduanya terdapat hubungan keharmonisan dan tidak ada pertentangan sama sekali.
  • Kelompok kedua, memandang bahwa filsafat itu bertolak belakang dengan agama dan tidak ada kesesuaiannya sama sekali.
  • Kelompok ketiga, yang cenderung moderat, substansi gagasannya adalah pada sebagian perkara dan persoalan terdapat keharmonisan antara agama dan filsafat di mana kaidah-kaidah filsafat dapat diaplikasikan untuk memahami, menafsirkan, dan menakwilkan ajaran agama.

Sangat penting untuk digarisbawahi bahwa yang dimaksud filsafat dalam bahasan ini adalah metafisika ( mâ ba’d ath-thabî’ah ). Sebelumnya telah disinggung bahwa sebagian pemikir Islam memandang bahwa antara agama dan filsafat terdapat keharmonisan. Sekitar abad ketiga dan keempat hijriah, filsafat di dunia Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Abu Yazid Balkhi, salah seorang filsuf dan teolog Islam, mengungkapkan hubungan antara agama dan filsafat, berkata “Syariat (baca: agama) adalah filsafat mayor dan filsuf hakiki adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran syariat”. Ia yakin bahwa filsafat merupakan ilmu dan obat yang paling ampuh untuk menyembuhkan segala penyakit kemanusiaan.

Filsafat dan Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Budhayah . Kata ini berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi artinya akal, tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah. Sementara daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Dalam bahasa Arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan adalah al-Hadlarah , as Tsaqafiyah/ Tsaaqafah yang artinya juga peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk kata kebudayaan adalah Culture (Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur (Belanda).

Secara istilah, banyak pengertian tentang kebudayaan di antaranya

  1. kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu;

  2. aspek ekspresi simbolik perilaku manusia atau makna bersama yang memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi konsesus dan karenanya mengabaikan konflik;

  3. kondisi kehidupan biasa yang melebihi dari yang diperlukan (Ibnu Chaldun);

  4. bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, struktur intuitif yang mengandung nilai- nilai rohaniah tinggi yang menggerakkan masyarakat atau khazanah historis yang terefleksikan dalam nilai yang menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang jauh dari kontradiksi ruang dan waktu.

Oleh karena itu, kebudayaan adalah satu sikap batin, sifat dari jiwa manusia, yaitu usaha untuk mempertahankan hakikat dan kebebasannya sebagai makhluk yang membuat hidup ini lebih indah dan mulia. Hal tersebut membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman pelaksanaanya. Hal itu sejalan dengan pemikiran filsafat yaitu senantiasa untuk memikirkan hakikat tentang sesuatu sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa filsafat dapat berinter- relasi dengan budaya.