Sempat ramai diperbincangkan oleh kalangan Remaja, apakah Tes MBTI perlu dilakukan?

image

Apakah kamu pernah dengar tes MBTI?
Tes MBTI (Meyers Briggs Type Indicator) merupakan jenis tes kepribadian yang paling sering digunakan di seluruh dunia.

Dalam teori Carl Gustav Jung yang merupakan seorang psikolog analitis, bahwa manusia memiliki dua kepribadian yaitu introvert dan extrovert. Beliau juga mengatakan bahwa manusia memiliki empat fungsi kepribadian, yakni sensing, intuition, thinking dan feeling.

Maka dari itu muncul tes MBTI yang didasari oleh teori diatas. Tes MBTI ini membagi manusia kedalam 16 kepribadian dengan empat skala penilaian, yaitu extrovert-introvert, sensing-intuition, feeling-thinking dan judging-perceiving

Berdasarkan penjelasan diatas, menurut kamu apakah setiap manusia perlu untuk melakukan tes MBTI? kenapa? dan bagi yang sudah pernah tes, apakah hasil tes MBTI tersebut sesuai dengan kepribadian kamu?

Sumber: Tahukah Kamu Fakta di Balik MBTI?

Tes MBT ini sangat tidak valid atau tidak akurat. Tes MBTI hanya mengukur kepribadiaan saja dengan sudut pandang diri kita saja. Tes MBTI sangat tidak dianjurkan.

Sejak dulu kala, MBTI banyak dianggap oleh peneliti dan psikolog bahwa hal itu kurang valid untuk dijadikan sebagai Alat Tes Psikologi secara klinis. Seorang psikolog mengatakan bahwa Myers-Brigg tidak ilmiah, tidak berarti dan palsu. Meskipun ada pula yang berpikir lebih terbuka tentang itu. Pada tahun 1991, komite National Academy of Sciences meninjau data dari penelitian MBTI dan mencatat “ketidaksesuaian antara hasil penelitian (kurangnya nilai yang terbukti) dan popularitas.” Selain itu, MBTI lahir dari ide-ide yang diajukan sebelum psikologi menjadi ilmu empiris dimana ide-ide tersebut tidak diuji sebelum alat tersebut menjadi produk komersial. Psikolog masa modern ini juga menuntut empat kriteria untuk alat tes yang kredibel yaitu dapat diandalkan, valid, independen, dan komprehensif. Sementara hasil yang didapatkan MBTI dari keempat kriteria itu adalah “tidak terlalu”.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MBTI tidak dapat diandalkan karena orang yang sama bisa mendapatkan hasil yang berbeda saat mengulang tes. Studi lain mempertanyakan validitas MBTI terhadap kemampuan tes dalam keakuratannya menghubungkan “tipe kepribadian” dengan di dunia nyata.

Sejak kritik awal itu, Perusahaan Myers-Briggs mengatakan telah melakukan penelitian sendiri untuk memperbaiki tes dan menilai validitasnya.

Berikut ini adalah hasil penelitian mereka :

Konsistensi Skala
Perusahaan menggunakan Koefisiensi Alpha Cronbach untuk mengukur konsistensi skala dari pertanyaan-pertanyaan yang ada. Nilai alpha yang dianggap valid berada di antara 0,70 dan 0,90 . Perusahaan tersebut sudah melakukan test pada skala mereka dengan jumlah 10,000 responden. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai Alpha yang cukup bagus.

Screenshot_198

Tes Reliabilitas
Tes Reliablitas juga dilakukan untuk menunjukkan hubungan apabila tes yang dilakukan berulang (biasanya dalam jarak waktu yang lama). Dari tes yang tidak hanya dilakukan sekali, MBTI juga berubah seiring berjalannya waktu sesuai dengan jaman. Batas koefisiensi yang bagus seharusnya berada diatas 0,70. Perusahaan tersebut menunjukkan hasil dari 2,900 responden yang mengikuti asesmen tersebut dengan jarak antara 5-7 bulan sejak melakukan tes pertama.

Screenshot_200

Validitas Diskriminasi
Kemudian pada analisis validitas diskriminan untuk mengetahui apakah skala mereka yang seharusnya tidak ada hubungan sama sekali benar-benar tidak berhubungan, apakah ada yang tercampur, ataukah memang pertanyaannya sesuai dengan nilai yang akan diuku. Nilai yang yang diterima dari tes ini yaitu antara 0,70 - 0,80. Apabila lebih dari itu berarti ada kemungkinan bahwa item berhubungan dan menjadi invalid. Jumlah responden yaitu 10,000 orang.

Dari tabel diatas didapatkan bahwa Skala Observant-Intuitive dan Judging-Prospecting memiliki koefisien tertinggi, pada 0,37, sedikit hubungan positif yang telah dicerminkan oleh instrumen lain yang mengukur konsep serupa. Terlepas dari itu, koefisien korelasinya terlalu rendah untuk salah satu skala untuk memiliki dampak yang tidak dapat diterima pada skala lainnya. Jadi, pemeriksaan validitas diskriminasi ini menunjukkan bahwa kelima skala itu berbeda dan tidak saling mempengaruhi.

Hasil analisis itu menunjukkan bahwa penilaian tersebut didasarkan pada lima skala yang berbeda dan independen, adanya konsistensi pada semua skala, dan orang yang melakukan tes kembali kemungkinan besar akan mendapatkan skor yang sama di semua skala, bahkan setelah 6 bulan.

Perlu atau tidaknya seseorang melakukan tes MBTI tergantung dari kebutuhan masing-masing. Tes kepribadian bukanlah suatu keharusan meskipun kategori MBTI membuat kepribadian terlihat lebih jelas. Orang-orang tertarik pada tes seperti MBTI karena keinginan untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Dan bahkan ketika hasil MBTI tidak sesuai dengan intuisi tentang diri sendiri atau hasilnya salah, mereka masih dapat memberikan insight. Label MBTI terkadang tidak sepenuhnya menggambarkan seseorang. Sebaliknya, nilai sebenarnya dari tes itu tampaknya berada dalam dorongan “untuk mendamaikan kesenjangan antara apa yang dikatakan hasil tes kepada kita, dan apa yang kita ketahui benar tentang diri kita sendiri.” Dalam pengertian ini, MBTI dapat berfungsi sebagai titik awal untuk eksplorasi diri dengan memberi orang alat dan bahasa untuk merefleksikan diri mereka sendiri dan orang lain.

Saya pernah melakukan tes MBTI beberapa kali :grin:, dan hasilnya terkadang berubah-ubah. Namun dari setiap hasilnya cukup menggambarkan sebagian kepribadian, meskipun ada pula yang tidak sesuai.

Sumber
1 Like