Self-love: Narsis atau bukan?

Sebenarnya self-love dan narsis itu dua hal yang berbeda atau sama sih ? Misal ketika ada seseorang yang gemar selfie atau sering mengupload foto/video di sebuah platform tertentu, seperti Instagram atau Tiktok. Apakah orang tersebut menunjukkan bagaimana cara dia mencintai dirinya sendiri atau bisa dibilang narsis ?

Bagaimana pendapat kalian, apakah self-love dan narsis merupakan dua hal yang berbeda ? Atau sebaliknya bahwa kedua hal tersebut sama ?

2 Likes

Menurut saya self-love dengan narsis itu sangat berbeda. Dimana yang saya ketahui jika self-love itu merupakan rasa cinta kita terhadap diri sendiri, memahami diri sendiri, menerima kekurangan diri sendiri apa adanya tanpa rasa insecure, tetap melakukan hal yang terbaik untuk dirinya. Berbeda dengan narsis, menurut saya orang yang termasuk dalam kategori tersebut merupakan orang yang merasa dirinya special dan ingin dibilang “wah” atau dipuji dengan orang lain. Sehingga dapat dilihat perbedaannya bahwa self-love merupakan rasa percaya diri seseorang dengan segala kekurangan yang dimiliki, tetapi narsis merupakan rasa percaya diri seseorang dengan kelebihan yang dimiliki dan haus akan pujian.

1 Like

Menurut saya, self-love dan narsis merupakan dua hal yang berbeda. self-love didasarkan atas bentuk dari sifat percaya diri seseorang terhadap kecintaannya pada dirinya sendiri, sedangkan narsis menurut saya merupakan tindakan dari sifat percaya diri seseorang yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan oleh publik

1 Like

Menurut aku, dua hal ini dari segi definisi dan tujuannya pun sudah sangat berbeda. Self-love mengajarkan kita untuk menghargai kedamaian dan kebahagiaan diri kita sendiri. Dengan mengerti untuk menghargai hal tersebut, maka kita akan semakin mencintai diri kita sendiri dan menerima segala kekurangan yang kita miliki. Sedangkan, narsis lebih dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi ego dan kepuasan diri dari validasi orang lain.

1 Like

menurut saya self love bukanlah sifat narsis karena self love dan narsis itu adalah dua hal yang berbeda. Berdasarkan yang saya kutip dari lady bird journal, orang dengan self-love yang baik percaya bahwa mereka mempunyai kualitas dan kemampuan yang baik pada diri mereka, dan juga percaya hal yang sama ada pada orang lain. Sebaliknya, cara pikir “yang terbaik” dan kebutuhan untuk orang lain melakukan hal yang lebih tidak baik merupakan hal yang umum ada pada narsisme.

Beda self-love dan narsis yang lainnya adalah orang dengan self-love peduli dengan meningkatkan kemampuan mereka, jadi mereka sangat ingin melakukan yang terbaik pada hal apapun yang mereka lakukan, baik sebagai teman, pasangan maupun dalam hal pekerjaan. Sementara orang dengan narsisme cenderung lebih peduli untuk “terlihat” melakukan peran mereka, dan tidak menerima kritik untuk hal yang mereka bisa tingkatkan

lalu, keinginan untuk mendapatkan penerimaan dari luar diri (baik dalam bentuk pujian ataupun perhatian) yang berlebihan merupakan hal yang banyak terjadi pada kasus narsisme. Orang dengan self-love menemukan validasi dari dalam diri mereka dan pengetahuan bahwa mereka melakukan hal yang baik.

1 Like

Menurut saya Narsisme dengan Self Love berbeda. Narsisme bukan bagian dari self love.

Self Love
kondisi bagaimana seorang individu mengenali diri sehingga dapat mencintai diri sendiri dengan segala kondisi yang ada. Sejalan dengan pendapat Yasmin dan Fardani bahwa self love adalah kondisi seseorang mampu mengapresiasi diri yang dapat mendukung perkembangan fisik, psikologis, dan spiritualnya.

Sedangkan

Narsisme
kondisi cinta diri sendiri yang sangat ekstrim, paham yang menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting ada extreme self-impotency (Kartono, 2000). Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, karena narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis (dalam Narsisisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Individu narsistik memanfaatkan hubungan interpersonal hanya untuk mendapatkan perhatian, mencapai popularitas, serta melakukan segala sesuatu yang menyenangkan untuk dirinya sendiri (Mehdizadeh, 2010).
Dalam menentukan seseorang dapat dikatakan memiliki kepribadian narsistik terdapat pedoman yang dijadikan acuan yaitu DSM-IV. Pada DSM-IV dijelaskan bahwa individu narsistik apabila memiliki paling tidak 5 ciri dari ciri berikut ini,: (dalam Santy, 2017).

  1. Punya rasa bangga terhadap kepentingan diri. Merasa diri yang paling hebat tapi seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki.
  2. Percaya bahwa dirinya spesial, unggul dan unik.
  3. Dipenuhi dan asyik berfantasi tentang kesuksesan, kecantikan ,kekuasaan dan cinta sejati.
  4. Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi.
  5. Merasa layak diperlakukan istimewa.
  6. Kurang empati.
  7. Mengeksploitasi hubungan interpersonal, mengharapkan penghargaan dari orang lain.
  8. Sering kali merasa iri terhadap orang lain atau menganggap orang lain iri terhadap dirinya.
  9. Angkuh, sombong, suka meninggikan diri, dan mudah menghina.

Sumber :
Yasmin., A., N., & Fardani., R., A. (2020). Konstruksi Makna Love Yourself dan Mental Health Awareness bagi Army (kelompok penggemar BTS) terhadap lagu dan campaign milik BTS. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 06, (02), 207-211.

Kartono, K. (2000). Hygiene Mental . Jakarta: CV. Mandar Maju.

Mehdizadeh, S. (2010). Narcissism and Selfesteem on Facebook. Cyberpsychology, behavior and Social Networking, 13(4) , 357-364.

Santy, N., N. (2017). Dampak Kecenderungan Narsiscisme Terhadap Self Esteem pada Pengguna Facebook Mahasiswa PGSD UNP. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 05, (01), hal 27.

1 Like

Self love dan narsis merupakan dua hal yang berbeda. Self love bukanlah narsis, orang yang narsis menganggap dirinya paling benar dan haus akan perhatian. Sementara orang yang self love adalah dia yang bisa menghargai dirinya sendiri sehingga bisa menjadi individu yang lebih baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Seseorang yang mencintai dirinya sendiri adalah orang yang dapat bersahabat dengan dirinya sendiri dimana hal tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Sebab orang yang tidak dapat mencintai dirinya sendiri ketika ia melakukan kesalahan kecil akan terus mengomentarinya hal-hal negatif dan seringkali merasa insecure.

2 Likes

American Psychiatric Association dalam DSM V (2013) mendefinisikan kepribadian narsistik sebagai pola kepribadian yang menetap ditandai dengan adanya fantasi atau perilaku berlebihan terhadap kesuksesan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan, dan cinta ideal, kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang lain serta kurangnya kemampuan untuk berempati. Laeli, dkk. (2018) juga menyatakan bahwa individu yang mengalami gangguan kepribadian narsistik memiliki keyakinan atas kemampuan diri yang berlebihan, memiliki sifat egois yaitu mengutamakan kepentingan pribadi serta memiliki perasaan superioritas (berkuasa).

Sementara itu Self-love menurut Koshaba (dalam Yasmin dan Fardani, 2020) diartikan sebagai sebuah kondisi di mana kita dapat mengapresiasi diri ketika mampu bertindak ke arah yang mendukung perkembangan fisik, psikologis, dan spiritual diri. Misal mulai menerima kekurangan dan kelebihan, memiliki rasa kasih sayang terhadap diri sendiri, lebih fokus terhadap tujuan hidup yang dimiliki, serta hidup secara puas melalui usaha yang telah dilakukan.

Dari kedua pengertian diatas dapat diketahui bahwa Narsistik termasuk dalam salah satu gangguan psikologis dimana dia merasa superior dan terlalu mengagung-agungkan diri sendiri. Berkebalikan dengan Self-love dimana hal tersebut lebih kepada rasa apresiasi pada diri sendiri, menerima diri apa adanya, dan berusaha berkembang menjadi lebih baik.

Sumber
  • DSM-V. (2013). The Diagnostic and Statistical anual Of Mental Disorder Fifth Edition. Washington DC: American Psychiatric Publishing.
  • Laeli, A.N., Sartika, E., Rahman, F.N., & Fatchurrahmi, R. (2018). Hubungan Kontrol Diri dan Harga Diri terhadap Kecenderungan Narsistik pada Mahasiswa Semester Awal Pengguna Instagram. PSIKOLOGIKA, 23(1), 27-40.
  • Yasmin, A.N. & Fardani, R.A. (2020). Konstruksi Makna Love Yourself dan Mental Health Awareness bagi Army (Kelompok Penggemar BTS) terhadap Lagu dan Campaign Milik BTS. Source : Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2), 206-211.
1 Like

Menurut saya itu adalah 2 hal berbeda. Bentuk self love dan narsisme tidak mudah dilihat secara kasat mata. Dalam masyarakat saat ini, ada kala dimana dianggap tabu untuk menikmati dan mencintai diri sendiri secara terbuka dan mungkin disalahartikan sebagai narsisme. Padahal sebenarnya, ini mungkin hanyalah sebuah sarana apresiasi harga diri.

Mencintai diri sendiri adalah tindakan tanpa penyesalan untuk menerima diri sendiri, mengutamakan diri sendiri, dan bangga serta percaya diri dengan pencapaiannya. Ini adalah kondisi mental yang sehat, tidak seperti narsisme. Narsisme adalah gangguan kepribadian di mana individu memiliki rasa kepentingan diri yang tinggi dan kurangnya empati. Mereka yang memiliki gangguan narsistik membutuhkan kepastian terus-menerus dari orang lain, karena harga diri mereka sebenarnya rapuh.

1 Like

Hello! Seperti diskusi teman-teman di atas, memang benar jika self love dan narsisme adalah dua hal yang berbeda. Self love merupakan cara kita untuk mencintai dan menerima diri sendiri, sementara narsis itu… well, perilaku yang sangat pede untuk mendapat pengakuan atau pujian untuk publik.

2 Likes