Sekilas Tentang Buku The Power of Now : A Guide to Spiritual Enlightenment

Book

Apa yang terjadi bila tidak ada masa lalu dan masa depan? Hmmm… kedengaran mustahil menurut orang awam. Tapi yang dibahas di buku ini adalah betapa meruginya manusia bila tidak menikmati saat Sekarang ini yang benar benar nyata. Kebanyakan dari kita masih terlalu banyak mengidentikkan diri dengan pikiran kita. Padahal aktivitas berpikir hanyalah beberapa persen dari pemberdayaan otak kita. Pikiran tidak lebih dari semacam tools yang harusnya kita gunakan ketika kita membutuhkan saja. Inilah yang menjadi dasar bahwa kebanyakan dari kita ketagihan untuk berpikir.
Di awal-awal buku ini membahas mengenai Ego yang mana ego tersebut menimbulkan hijab antara manusia dan sang Pencipta. Dengan pola penulisan tanya jawab pada buku ini menjelaskan bagaimana cara untuk keluar dari dominasi masa lalu dan masa depan untuk bertransformasi dalam mengamati saat Sekarang.

Perjalananan lahiriah anda terdiri dari jutaan langkah, Perjalanan batin anda hanya memiliki satu langkah yang Anda ambil saat ini. Semakin dalam kesadaran Anda atas satu langkah ini, semakin sadar Anda bahwa dalam satu langkah ini terkandung semua langkah termasuk tujuan itu sendiri.

1 Like

Manusia berubah. Berani berbenah agar menjadi lebih baik. Dan, buku ini membantu memperbaiki perspektif kita tentang makna perubahan itu. Bukan hanya tentang dunia di sekitar, melainkan dalam diri kita sendiri.

Eckhart Tolle melalui The Power of Now menggugah kesadaran kita bahwa kita sejatinya berbeda dari pikiran kita. Bahwa pikiran adalah instrumen yang ampuh bila digunakan dengan tepat dan di sisi lain bersifat destruktif (merusak) jika kita sendiri tidak dapat mengendalikannya.

Maka, keseimbangan menjadi kuncinya. Memahami bahwa keseimbangan itu penting untuk kesehatan jiwa sama artinya dengan menyadari, hidup itu adalah roda yang berputar. Kadang kita di atas, kadang di bawah. Bahkan, mungkin kebaikan (atau keberuntungan) tidak akan pernah datang tanpa pengalaman buruk (atau kegagalan).

Menariknya, Tolle tidak sedang mengajari kita laiknya mentor atau mereka yang pandai bermain kata-nasihat. Sebaliknya, ia menyodorkan beragam aspek kehidupan. Sederhananya, ia mengupas alasan di balik keberanian orang-orang menjajal kegiatan ekstrem seperti naik gunung tertinggi, balap mobil, hingga menembus dasar bumi dengan scuba diving.

Penulis secara tidak langsung menyadarkan kita bahwa aktivitas-aktivitas itu memberi pelakunya suasana “sekarang”. Fokus pada apa yang dilakukan saat ini, yang ternyata mampu membebaskan kita dari persoalan waktu, beban pikiran, dan masalah pribadi lainnya.

Meski begitu, Tolle juga mengingatkan, fokus pada apa yang terjadi sekarang terkadang melahirkan hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama bila kita memiliki masalah dan aktivitas itu sekadar pelarian.

Namun, kembali lagi pada persoalan mendasar, baginya mengingat peristiwa masa lalu hanya membuang waktu. Apalagi jika semuanya tidak berjalan sesuai keinginan.

Ia pun sekali lagi mengingatkan, betapa keresahan kita akan sia-sia belaka karena masa lalu tidak akan dapat digariskan ulang. Maka, yang bisa kita lakukan adalah mengoptimalkan power untuk mengubah masa depan yang lebih baik.

Setiap hari kita hidup dengan masalah. Itu yang pertama harus dipahami. Dengan demikian, kita akan belajar mengerti bahwa “bicara tentang sebuah masalah” berbeda dengan “mengeluh”.

The Power of Now membimbing pembaca menemukan perjalanan spiritual mereka masing-masing. Tujuan utamanya adalah untuk memahami bahwa kita dapat menyebabkan penderitaan kita sendiri. Mengapa tidak berupaya mengikhlaskan masa lalu agar bisa hidup lebih utuh dan bahagia di masa sekarang?

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam 30 bahasa sejak diterbitkan pertama 1997 silam dan tercatat dalam The Summer Reading List For The Healing Soul versi Forbes 2018.