Sebuah Investigasi Multitasking: Hal-Hal yang Dilakukan Mahasiswa Saat Belajar

https://i2.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2018/01/business-insider.jpg?w=553&ssl=1
Bahwa pada saat duduk di Sekolah Dasar (SD) maupun menengah, kita tidak mengenal adanya beban belajar mandiri di luar kelas? Misalnya siswa yang duduk di kelas 12 akan mendapat beban belajar di sekolah sebanyak 24 jam per minggu untuk mata pelajaran wajib dan 20 jam per minggu untuk kelompok mata pelajaran peminatan. Hal ini sesuai dengan panduan struktur (JJM) Jumlah Jam Mengajar Kurikulum 2013[1]. Namun, tidak ada peraturan khusus yang memuat beban belajar siswa secara mandiri di luar kelas.

Secara khusus, kemunculan teknologi berpengaruh pada jumlah waktu dimana mahasiswa dan orang pada umumnya terlibat dalam melakukan lebih dari satu tugas sekaligus. Isu ini juga sangat menonjol bagi generasi mahasiswa sekarang, yang telah dijuluki sebagai “Multitasking Generation“ karena di mana-mana mereka atau bahkan kita selalu menggabungkan teknologi ke dalam kehidupan sehari-hari.

Latar belakang di atas membawa Charles Calderwood, Phillip L. Ackerman dan Erin Marie Conklin pada kesimpulan bahwa gangguan dan multitasking media di kalangan mahasiswa adalah isu penting untuk dipelajari, karena saat belajar di luar kelas mahasiswa hanya sedikit menerima pengawasan atau bahkan tidak sama sekali, baik dari orang tua maupun dosen. Charles, dkk [6] melakukan investigasi secara real time terhadap 58 mahasiswa Georgia Institute of Technology. Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk mengukur secara objektif frekuensi dan durasi perilaku multitasking mahasiswa pada saat menyelesaikan tugas di luar kelas. Tujuan kedua untuk mengetahui apakah ada efek reaktivitas peserta yang terkait dengan penggunaan peralatan dalam penelitian ini. Tujuan ketiga adalah untuk mengetahui apakah perilaku multitasking berkaitan dengan mood dan motivasi mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya.

Penelitian dilakukan dengan mula-mula merekrut 60 mahasiswa psikologi yang sedang menempuh salah satu dari mata kuliah sains, matematika dan satu mata kuliah pilihan. Namun karena kegagalan perangkat yang digunakan pada dua orang mahasiswa, maka sampel penelitia ini menjadi 58 mahasiswa. Tiap mahasiswa diharuskan membawa pekerjaan rumah dari tiga mata kuliah berbeda yang bisa diselesaikan dalam waktu 3 jam. Mereka dianjurkan membawa laptop, audio player, dan handphone yang boleh mereka gunakan selama mengerjakan tugas. Tugas yang dibawa harus dikerjakan di laboratorium yang telah dilengkapi dengan beragam perangkat pengamatan. Masing-masing mahasiswa menempati satu meja belajar dengan fasilitas printer, speaker MP3, komputer, kamera, dan sambungan internet.

Data hasil penelitian pada menunjukkan bahwa kelelahan subjektif ditemukan meningkat selama 3 jam belajar mandiri, sementara pengaruh positif dan motivasi mengerjakan pekerjaan rumah menurun sepanjang sesi pengamatan. Motivasi mengerjakan pekerjaan rumah yang tinggi dan self-efficacy (efikasi diri) untuk berkonsentrasi pada pekerjaan rumah dikaitkan dengan pendeknya durasi perilaku multitasking, sementara pengaruh negatif yang lebih tinggi dikaitkan dengan durasi multitasking yang lebih besar selama sesi belajar.

Penelitian semacam ini memberikan kontribusi besar untuk menjawab pertanyaan mengapa mahasiswa terlibat dalam perilaku multitasking selama belajar, dan dapat menjadi langkah awal menuju pengembangan intervensi yang ditargetkan untuk mengurangi perilaku multitasking melalui peningkatan mood, motivasi, dan self efficacy mahasiswa.

Multitasking pada hal ini ditekankan pada aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan lebih dari satu media teknologi dalam satu waktu saat sedang belajar mandiri atau mengerjakan PR. Aktivitas tersebut diantaranya, membaca dan mengirim pesan, membuka browser yang tidak berhubungan dengan tugas, menonton video, berkirim email, dsb. Mood dan motivasi ditingkatkan dengan harapan mahasiswa tidak menjadikan prilaku multitasking media sebagai pelarian dari kebosanan. Self efficacy (efikasi diri) yang merupakan tingkat kepercayaan diri mahasiswa akan kemampuannya juga ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan konsentrasi mahasiswa dalam belajar.

Bagaimana Sahabat Warstek? Apakah Anda juga mengalami gangguan dalam belajar berupa prilaku multitasking seperti pada penelitian tersebut? Salah satu cara menghindari gangguan berupa prilaku multitasking dapat diawali dengan mengetahui dampak-dampak negatif dalam penggunaan media multitasking secara berlebihan.

Sumber:
Referensi:
[1] Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

[2] Satuan kredit semester - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas diakses pada 26 Januari 2018

[3] Jacobsen, W. C., & Forste, R. (2011). The Wired Generation: Academic and Social Outcomes of Electronic Media Use Among University Students. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking. Vol. 14(5), 275–280.

[4] Leone, C. M., & Richards, M. H. (1989). Classwork and homework in early adolescence: the ecology of achievement. Journal of Youth and Adolescence. Vol. 18(6), 531–548.

[5] Wallis, C. (2006). genM: the multitasking generation. Time, 167(13). genM: The Multitasking Generation - TIME. Diakses pada 26 Januari 2018

[6]Calderwood, C., Ackerman, P. L., & Conklin, E. M. (2014). What else do college students “do” while studying? An investigation of multitasking. Computers & Education. Vol. 75, 19-29.