SCOTT FARQUHAR; CO-FOUNDER DAN CO-CEO ATLASSIAN
Bersama dengan Mike Cannon-Brookes, Scott Faquhar adalah co-founder dan co-CEO dari Atlassian, sebuah kolaborasi perusahaan perangkat lunak yang membantu para tim untuk mengatur, berdiskusi, dan menyelesaikan pekerjaan-bersama. Didirikan di Sydney, Australia pada 2002, Atlassian terkenal dengan terbitannya untuk melacak aplikasi, ‘Jira’, serta produk kolaborasi timnya, ‘Confluence’. Dia juga merupakan seorang dosen tambahan di Sekolah Teknik Ilmu Komputer University of New South Wales.
Fakta-fakta:
- Ia dan rekan CEO Mike Cannon-Brookes memulai perusahaannya setelah lulus kuliah, dengan dana dari kartu kredit.
- Atlassian, yang tidak memiliki tim penjualan, menawarkan NASA, Tesla dan SpaceX sebagai pelanggan.
- Farquhar adalah co-founder Pledge 1%, yang mewajibkan perusahaan-perusahaan untuk menyumbang setidaknya 1% dari ekuitas, waktu atau produk karyawan untuk amal.
Bagaimana kisah Farquhar menuju kesuksesan?
Scott Farquhar ingat sangat menginginkan sebuah komputer. Saat itu dia berumur sekitar 11 tahun, anak sulung dari empat bersaudara di sebuah keluarga kelas pekerja di Sydney Barat, dan pada saat krisis pada tahun 1990an menerjang.
“Saya sangat sangat menginginkan komputer karena teman memiliki komputer dan saat itu saya tahu bahwa kita dapat bermain game di komputer,” kenang Farquhar. “Saya ingat memeras orang tua saya dengan emosional dan bahkan menangis karena menginginkan komputer — saya merasa bersalah, karena orang tua saya saat itu tidak mampu membelinya.”
Satu atau dua tahun kemudian, Ayahnya berhasil membeli komputer Wang tua dengan hasil kerjanya. komputernya sudah sangat usang dan bahkan tidak dapat menjalankan Microsoft DOS, tetapi Ia menghabiskan waktu satu tahun berusaha untuk main game di komputernya dan selalu gagal. Sekolah dasar mengajarkan komputasi dasar kemudian dia memenangkan ‘technology prize’ pada kelas enam, tetapi ia menggambarkan pelajaran komputasi di sekolah negeri sangat jelek sampai pada titik tidak ada (pelajarannya). Dia pun tidak menyentuh hal yang berbau komputer sampai akhirnya kuliah.
Pada tahun 1998, Cannon-Brookes dan Farquhar, keduanya berumur 18, bertemu di kelas beasiswa di bidang teknologi informasi bisnis di University of New South Wales. Mereka bertemu di hari pertama kuliah tetapi tidak langsung klop. Seperti yang dikatakan Farquhar, “Orang-orang dari Cranbrook sedikit mempunyai kesan pertama yang menyebalkan tentang mereka sebelum mereka mulai kuliah.”
Mereka mendaftarkan Atlassian sebagai nama bisnis pada tahun 2001 dan mendirikan perusahaan perangkat lunak di kantor Kent Street yang sederhana pada bulan Oktober 2002.
Pendiri Atlassian pada awalnya tidak mengetahui persis apa yang akan mereka jual, tetapi mereka ingin yang mereka jual adalah software. Mereka saat itu memiliki sebuah asumsi: setelah dikembangkan, perangkat lunak dapat direplikasi dan dijual dengan harga murah, dan pendistribusian produk akan semakin murah dan mudah karena kecepatan internet meningkat.
Asumsinya ternyata menjadi kenyataan. Jira diluncurkan dan dapat diunduh pada April 2002. The assumption turned out to be a solid one. Pendapatan tumbuh dengan cepat dari 1 juta dollar pada awal tahun sampai 14.9 juta dollar pada tahun 2005-2006 saat Cannon-Brookes dan Farquhar diberi gelar Pengusaha Muda dan Pengusaha Terbaik oleh perusahaan akuntansi Ernst & Young.
Pada Juni 2006, Atlassian memiliki 4.340 pelanggan dan 50 staff di Sydney dan San Francisco yang mengembangkan, mendukung, dan memasarkan ‘Jira’, dan sebuah platform kolaborasi, ‘Confluence’. Jumlah karyawan Atlassian hampir meningkat dua kali lipat menjadi 98 orang pada juni 2007 saat memperoleh pendapatan sebesar 22.5 juta dollar pada tahun itu.
Awalnya, Farquhar mengatakan bahwa filosofi manajemennya didasarkan pada pengalaman magang kooperatif dan keahlian mantan teman sekelasnya, dan lebih sedikit tentang apa yang harus dilakukan daripada apa yang tidak boleh dilakukan.
“Ketika kita pergi makan siang dengan kawanan yang telah bergabung dengan perusahaan-perusahaan lain, masalah terbesar yang kami temukan adalah bahwa mereka pikir manajer mereka adalah orang idiot dalam beberapa hal,” ujar Farquhar.
“Lebih dari itu, mereka tidak memiliki mekanisme untuk melakukan perubahan. Mereka selalu merasa bahwa mereka tidak diberdayakan dan saya berkata pada mike, ‘Gawat, Saya harap tidak ada yang meninggalkan Atlassian dan pergi makan siang lalu membicarakan tentang bagaimana mereka tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya.’
“Pada akhirnya, Hal itu menyebabkan salah satu nilai kita adalah ‘menjadi perubahan yang kita cari’.”
Nilai-nilai dari Atlassian, dari presentasi pada tahun 2010 dalam ‘The Business of Software’ oleh Scott Farquhar.
Atlassian terkenal dibangun atas lima nilai inti, mencerminkan impian para pendiri:
- Open company, no bullshit. (Dirikan perusahaan, jangan basa basi.)
- Build everything with heart and balance. (Bangun semua hal dengan hati dan keseimbangan.)
- Don’t f*** the customer. (Jangan kecewakan pelanggan.)
- Play as a team. (bekerja sama sebagai tim.)
- Be the change you seek. (Jadilah sebuah perubahan yang diinginkan.)
Duabelas tahun sejak didirikan, nilai-nilai Atlassian dikenal tidak hanya oleh 750 orang stafnya tetapi juga 30.000 pelanggan, investor, dan industri teknologi yang lebih luas.
“The way companies fail is they don’t make changes. People don’t feel empowered to make change,”
—Scott Farquhar.
Sources
How Atlassian’s Scott Farquhar and Mike Cannon-Brookes became software titans
Scott Farquhar
http://www.metisstrategy.com/interview/scott-farquhar-2/
https://www.businessinsider.com.au/atlassian-the-untold-story-how-two-australian-young-guns-built-a-company-headed-for-a-billion-dollar-ipo-2014-2