School From Home: Menyenangkan atau Menyusahkan?

Sebagai seorang mahasiswi yang di tahun ini masih melaksanakan kewajiban sebagai pelajar, tentunya karena adanya pendemi ini sangat mempengaruhi kehidupan belajar-mengajar kita. Saya pribadi lebih suka belajar tatap muka secara langsung, karena materi yang diajarkan oleh dosen bisa langsung dipahami dan dapat dipraktekan atau bisa kita lihat secara langsung. Sedangkan, dengan anjuran school from home ini, kita harus menatap layar laptop terus menerus. Di samping itu, belajar dari rumah ini juga terkadang menghambat proses belajar, entah karena jaringan yang kurang bagus sehingga tidak bisa mendegarkan materi dengan jelas, dimana ujung-ujungnya bisa membuat kita merasa malas dan mengantuk. Terlebih ketika berada di rumah, suasana nya pun juga berbeda ketika berada di kelas/ruang kuliah. Suasana di rumah tentunya semakin membuat kita merasa mager untuk melakukan kegiatan, apalagi dituntut untuk sebisa mungkin memahami materi yang diberikan oleh dosen semasa situasi yang di serba online ini.

Keduanya!!!
Menyenangkan jika suasana dan kondiri rumah kondusif, jaringan internet memadai, dan dengan school from home memacu saya sendiri untuk produktif dan fleksibel akan kegiatan tertentu. Sebaliknya, akan terasa sangat menyusahkan jika jaringan internet tidak stabil, apalagi saat musim hujan, tugas yang diberikan saat sekolah online juga lebih banyak dibandingkan sekolah tatap muka. So, menurutku keduanya ada sisi baik buruknya.

Bagi saya ada senang dan susahnya, Jadi untuk senangnya adalah merasa lebih bebas, tidak terburu-buru untuk siap siap berangkat ke kampus, hemat uang ongkos, lebih rileks. Untuk Susahnya pembelajaran lebih tidak efektif, di kampus saya waktu pemberian materi secara lisan sangat pendek, Dosen juga serasa terburu-buru karena waktunya sudah dibatasi. Jika ingin bertanya secara langsung ke dosen susah jika sudah diluar sesi video meeting. Alhasil harus bertanya secara tulisan dan tidak jarang informasi yang diberikan masih membuat bingung. Selain itu tak jarang lama dibalesnya.

Di rumah saya merasa bosan dan sepi karena saya terbiasa mendengar keramaian suasana kampus, bisa bercengkrama dengan teman, Nugas bareng ataupun mengisi kekosongan waktu saat menunggu waktu peralihan mata kuliah. Untuk membuat projek bersama juga kurang efektif, tidak bisa berdiskusi secara langsung.

Saya pribadi merasa bahwa adanya school from home dan juga work from home itu menyenangkan. Namun tidak menutup fakta bahwa di beberapa titik saya kesulitan untuk menjalaninya. Saya lebih nyaman dengan kegiatan dari rumah karena tidak perlu menghabiskan waktu dan uang di perjalanan. Saya bisa menghadiri dua kelas secara bersamaan. Selain itu dengan adanya work from home, saya bisa belajar untuk mengatur waktu dan skala prioritas dengan lebih baik. Kegiatan dalam dilakukan dengan fleksibel dan tingkat produktivitas pun saya rasa cukup bertambah. Jadi, saya merasa adanya work from home ini menyenangkan untuk dilakukan.

menurut saya school from home itu menyenangkan sekaligus menyusahkan. menyusahkannya ketika kita mendapat tugas kelompok yang hanya bisa dikerjakan dengan keluar rumah bersama dengan teman kelompok sedangkan kita dihimbau untuk tetap di rumah saja, atau saat koneksi yang kita gunakan tidak stabil menjadi kesusahan untuk menerrima materi yang diberikan. menyenangkannya kita bisa menjadi lebih produktif karena tidak menghabiskan waktu diperjalanan, belajar mengatur waktu, bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan

Bagi kita golongan mahasiswa atau pekerja kantoran yang merupakan generasi dewasa muda, bekerja dan belajar dari rumah, menyenangkan atau tidak bisa relatif dan bergantung pada banyak faktor.

Namun untuk adik-adik usia sekolah kita, jelas 'school from home; itu benar-benar menyebalkan dan menyusahkan. Proses belajar mengajar sendiri menurut saya hanyalah salahsatu bagian dari sekolah bagi adik adik kita; banyak sekali hal yang membuat anak sekolah semangat untuk bersekolah tiap pagi, teman main atau mengobrol, aktivitas fisik, jajan, dan hal-hal non akademik lainnya. Di sekolah anak-anak bukan hanya belajar dari sisi akademik namun juga sisi non-akademik.

Sementara belajar dari rumah hanya menyisakan belajar dan tugasnya saja dari proses bersekolah, sementara hal-hal menyenangkan lainnya hilang.

Mungkin saya bisa saja salah karena di zaman modern ini anak-anak sekolah bisa saja mendapatkan hiburan dari game atau internet di rumah, namun saya yakin rasanya berbeda dengan benar-benar datang bersekolah dan bercanda ria di dalam kelas, lorong, dan lapangan.

Saya pribadi menyikapi School from home ini sebagai sesuatu yang menyusahkan. Bagaimana tidak, sebagai seorang yang hidup di tempat dengan kecepatan internet yang sangat lambat, ini bagitu menghambat saya dalam menjalani sekolah online dan mencari materi melalui internet. Selain itu, jika terlalu lama sekolah dari rumah akan menyulitkan diri dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Menurut saya menyenangkan sekaligus membosankan, bukan menyusahkan.
Tugas yang diberikan ketika sekolah daring mungkin lebih banyak, tetapi tidak sama sekali menyusahkan menurut saya. Akan tetapi yang saya khawatirkan yaitu pembelajaran praktek, itu merupakan salah satu yang harus melakukan kontak fisik langsung, tidak bisa dilakukan secara online. Praktek, kerja lapangan, workshop itu merupakan ilmu yang sama pentingnya dengan teori, malah kemungkinan lebih penting. Hanya mengetahui teori saja tidak cukup untuk terjun di dunia kerja.

Kalau membahas berdasarkan pengalaman yang saya rasakan selama ini maka saya akan mengatakan bahwa SFH dan WFH ini tidak ada masalah bagi saya karena untungnya tidak banyak kendala yang saya alami. Namun, kalau membahas fenomena ini secara umum pasti ada saja orang-orang yang merasa bahwa kegiatan ini menyusahkan. Kita ambil contoh anak usia dini yang terpaksa harus sekolah daring, tentu output belajar yang ia dapatkan akan berbeda dengan output ketika ia belajar di sekolah karena usia-usia segitu masih butuh banyak bimbingan dari pihak sekolahnya. Ketika di rumah, belum tentu orang tua akan seratus persen berperan selayaknya gurunya di sekolah. Jadi, kadar senang atau susahnya SFH dan WFH ini akan berbeda bagi tiap individu.

Sebagai mahasiswa DKV saya menerimanya sebagai kabar baik, karena sebagian besar waktu menyelesaikan tugas di rumah dikampus hanya menerima materi dan mebuat tugas yang akan nanti diselesaikan dirumah. Saya merasa pengeluaran lebih sedikit karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk transport ke kampus, cetak tugas tinggal mengumpulkan lewat online, dan belajar bisa sambil rebahan dan makan.

2021-09-24T05:23:00Z
KK Sosmed Podcast - Elisabeth Maranatha

Menurut aku itu baik tapi membosankan. Cukup stay depan meja belajar dan didalam kamar seharian selama proses pembelajaran seperti ini setahun lebih, hal yang membosankan.

tapi, dengan situasi seperti ini juga menambah pengetahuan dan wawasan. Banyak acara yang dapat dilakukan secara online, magang sambil mengikuti webinar, atau pengalaman yang gabisa dirasakan saat offline. Seperti mengikuti 2 atau lebih acara dengan waktu yang berdekatan, kalau offline tidak bisa karena jarak dan waktu juga.

Kalau di aku sendiri sih masih enjoy-enjoy aja ngelakuin school from home. Kebetulan untuk tugas kuliah sendiri, aku ga perlu masuk ke lab yang ketika praktikum harus dengan menggunakan alat-alat khusus yang ga ada di rumah. Jadi, kalau ada kegiatan praktek masih bisa dicari bahan-bahan penunjang praktikum di rumah tanpa menggunakan fasilitas kampus. Jadi, ya kalau dibilang susah ya engga juga, dibilang seneng ya biasa aja. Meskipun, memang aku bakalan lebih pilih school from home karena kebetulan kalo harus tatap muka harus bayar biaya kos, transport, makan dan memang lebih murah di rumah sih, setidaknya tidak terlalu jadi beban orang tua.

Menurut saya, school from home itu menyenangkan bagi mereka yang bisa belajar menggunakan audio, tetapi bagi mereka yang belajar harus f2f seperti saya ini, sangat menyusahkan.

Menurutku, karena aku sebagai mahasiswa dan mengalami belajar atau kuliah dari rumah itu tidak selalu menyenangkan ataupun menyusahkan, tergantung kondisi.
terkadang jika kita mendapatkan mata kuliah yang diharuskan praktikum, namun terhalang pandemi jadi praktikumnya secara online, menurutku itu menyusahkan karena jadinya aku sendiri tidak mengerti dan kurang mempunyai bayangan bagaimana cara mengoperasikan atau mengerjakan sesuatu karena tidak mencobanya secara langsung.

Menyenangkan atau menyusahkan tergantung dari perspektif siapa. Jika dari perspektif anak mungkin ada yang merasa senang karena tidak ada upacara dan yang lain nya. Bahkan, bagi mereka pun masih ada hal yang menyusahkan nya juga seperti menjadi banyak beban tugas, tidak bisa bertemu dengan teman-teman, tidak bisa jajan, dan lain sebagai nya.

Bagi orangtua, mereka merasa hal ini menyusahkan karena jika pada tingkat SD sudah pasti yang belajar dan repot adalah orangtuanya, saat offlin eorangtua dapat menitipkan anaknya di sekolah untuk dididik oleh guru disana tetapi, saat online, orangtua harus mengurus anak dan memberinya pembelajaran juga. Orangtua yang ada dirumah maupun bekerja sama lelahnya. Orangtua juga harus menjaga fokus anaknya untuk belajar.

Bagi guru, hal ini bisa menjadi menyenangkan karena semua nya dilakukan secara online tetapi, adapun yang menganggap hal ini menyusahkan seperti lebih banyak webinar, banyaknya kelas yang diampu, kelelahan zoom, guru juga harus mengurus keluarga nya dirumah apalagi jika anaknya juga belajar online sehingga ia harus mengajar dan mengajari anaknya dirumah juga. Tidak terbayang betapa lelahnya.