School From Home: Menyenangkan atau Menyusahkan?

online

Tak dipungkiri lagi sejak pandemi ini dimulai, pemerintah menganjurkan sekolah, perguruan tinggi, maupun banyak perusahaan untuk menerapkan kebijakan belajar dan kerja dari rumah atau biasa disebut school from home dan work from home sebagai upaya untuk mengurangi dan memutus rantai persebaran virus covid-19. Masyarakat diharuskan untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru. Bersamaan dengan hal tersebut, teknologi dan informasi saat ini juga sudah sangat canggih sehingga hal tersebut bisa saja dapat menjadi lebih efisien dan mudah diakses meskipun sedang dirumah saja.

Menurut teman-teman, apakah dengan adanya school from home dan work from home ini menyenangkan atau justru menyusahkan?

Menyenangkan atau menyusahkan, menurutku ini tergantung pada berbagai faktor seperti usia, tingkat Pendidikan, dan juga bidang. Hal ini karena terdapat sebagian besar orang merasa bahwa adanya WFH atau SFH ini menyenangkan sebab mereka lebih mudah dalam mengatur waktu sehingga merasa lebih leluasa, termasuk aku sebagai mahasiswa Agribisnis pun merasakan hal itu. Terdapat studi yang menjelaskan bahwa mayoritas pekerja yang melakukan work from home telah memperoleh beberapa hasil positif seperti memiliki banyak waktu untuk diri sendiri dan keluarga, mengurangi stress di perjalanan, dan memiliki lebih banyak fleksibilitas (Maruyama & Tietza, 2012) dalam (Kartika, et al., 2021).

Namun, terdapat pula sebagian besar orang yang merasa bahwa WFH ini menyusahkan karena mereka harus kerja terjun langsung ke lapang dan tidak bisa dilakukan secara daring. Oleh sebab itu, hal ini membuat aktivitas mereka menjadi terhambat. Selain itu WFH juga berdampak pada pendidikan sekolah anak usia dini yang mana metode pembelajaran dilakukan dengan cara bermain. Terlebih, tidak semua orangtua paham terhadap psikologi anak, cara mengatasi situasi hati anak yang tidak menentu, cara menstimulus anak, cara memberikan reward and punishment dengan baik dan paling utama adalah cara mengajar anak dengan baik sesuai dengan konsep psikologi anak begitu penting peran orangtua dirumah (Wiresti, 2021). Sehingga, kemungkinan besar jika orangtua tidak memahaminya maka akan berdampak pada psikologis anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menyenangkan atau meyusahkan dari adanya WFH ini tidak dapat disama ratakan pada setiap individu. Namun yang pasti adanya WFH ini menimbulka dampak positif dan juga negative bagi yang menjalakan, begitu pula WFO.

Sumber

Kartika, Lindawati. Jayawingun, Roni. Indrawan, R Dikky. 2021. Efektivitas Program Work From Home (Wfh) Berbasis Outcome Masa Pandemi Covid-19.7(3): 338-356.

Wiresti, Ririn Dwi. 2021. Analisis Dampak Work From Home Pada Anak Usia Dini Di Masa Pandemi Covid-19. 5(1): 641-653

Menurut saya sebagai seorang mahasiswa belajar dari rumah merupakan hal yang menyenangkan bagi saya, karena memang semenjak masa kuliah, saya bukan mahasiswa yang kerap berpergian bersama teman dan lebih menyukai hal-hal yang menurut saya nyaman seperti beristirahat dirumah, ataupun bermain game dirumah. Memang terkadang hal ini membosankan dan ingin rasanya bermain bersama teman-teman, namun jika ditanya keseluruhan, saya lebih senang belajar dari rumah, karena belajar terasa lebih santai dari rumah.

Kalau dibilang menyenangkan, tentunya SFH lebih menyenangkan karena setidaknya bisa menghemat ongkos perjalanan untuk ke kampus, tidak perlu pusing memikirkan beli makan siang, bisa lebih kumpul dengan keluarga dan yang paling penting juga setidaknya bisa “disambi” dengan kegiatan lain. Untuk sisi menyusahkannya? tentu saja untuk materi yang disampaikan oleh para dosen. Tidak dipungkiri lagi, keefektifan pembelajaran pada saat daring sangat drastis berkurang dibandingkan saat bisa tatap muka di kelas. Frekuensi untuk mencatat menjadi kurang, informasi yang disampaikan terkadang mengalami kendala, dan yang paling disayangkan adalah tidak bisa bertemu dengan teman-teman yang lain. Tapi sekali lagi, kembali pada individu masing-masing. Kalau dari aku cukup berimbang.

Menurut saya pribadi, keduanya berada di posisi yang sama-sama akan dirasakan di situasi yang mungkin berbeda. Namun hal ini juga berangkat dari bagaimana fasilitas pembelajaran serta sistem pembelajaran pada setiap sekolah. Namun, jika dilihat berdasarkan fenomena yang dekat dengan kita, banyak yang mengungkapkan bahwa belajar dari rumah rupanya tidak semenyenangkan dari belajar langsung di sekolah. Sekalipun kita mengakui bahwa tidaka da keadaan yang akan benar-benar menyenangkan dari keduanya.

Karena adanya segala keterbatasan itu juga seperti kapasitas handphone, jaringan, mulai dari sistem belajar yang mudah membuat orang merasa bosan karena hanya berinteraksi secara monoton menatap layar handphone atau laptop.

Belum lagi jika tidka mampu memahami mateir yang telah disampaikan dengan baik, tugas-tugas yang diberkan secara beruntun belum lagi pekerjaan rumah lainnya yang membuat sbeuah kebiasaan baru yang harus dinormalisasikan di keadaan yang serba harus mengerjakannya dari rumah.Tentu, tidak semua orang akan terbiasa dengan pola kerja seperti ini,.Oleh sebab itu, yang menjadi alasan secara general mengapa pembelajaran dari rumah tampak menyusahkan.

Selama menjalankan kegiatan kuliah dari rumah, sepengalaman ku cukup menyusahkan karena tidak ada batasan waktu antara di rumah dengan di kampus. Seakan-akan 24 jam yang dimiliki oleh mahasiswa hanya untuk mengejarakan tugas saja. Terutama dalam mengerjakan praktikum yang sebenarnya membutuhkan alat khusus. Selanjutnya, informasi buku atau artikel yang terbatas untuk dicari pada internet membuat sebagian mahasiswa kesulitan dalam mencari referensi.

Menurut saya, sebagai seorang mahasiswa, belajar di rumah tentunya fine fine saja. Ya memang ada sedikit perbedaan ketika online maupun offline. Dengan belajar secara offline, kita bisa bertemu dengan rekan rekan kita, bisa bertukar opini secara langsung, bisa berdiskusi secara langsung, bisa melakukan kegiatan kegiatan yang seru, dll. Namun, belajar online juga tidak buruk buruk amat. Memang, belajar online terkadang jauh lebuh jenuh dibandingkan secara offline. Namun, dengan situasi dan kondisi yang ada sekarang, mau tidak mau kita tetap harus melaluinya bukan?.

Menurut saya pribadi cukup menyusahkan, karena ketika dirumah saja pun kita sangat bosan. Setidaknya kita perlu udara luar untuk me refresh otak kita. Apalagi belajar dirumah dan tugas kuliah yang sangat menumpuk. Jam istirahat pun akan kita gunakan untuk mengerjakan tugas yang ada. Namun kembali lagi, adanya belajar dirumah melatih kita untuk mengatur waktu dan tanggung jawab mengerjakan tugas kuliah, tapi kalau bicara menyenangkan atau menyusahkan saya lebih ke menyusahkan. Apalagi jika jaringan yang menyusahkan atau tidak stabil. Menjadi masalah baru yang memperlambat belajar dirumah.

Kalau dari pengalaman saya selama belajar dari rumah, itu menyusahkan karena ada banyak faktor yang menyebabkan saya jadi kurang bersemangat untuk belajar. Seperti yang biasanya kita harus mandi dulu sebelum berangkat ke kampus untuk kuliah dan mendapatkan ilmu, namun jika di rumah tidak mandi pun tidak apa-apa, hal ini yang membuat semangat saya menjadi kurang berenergi.

Selain itu juga menurut saya belajar dengan tatap muka sangat efektif untuk mendapatkan lebih banyak ilmu atau insight. Sehingga tatap muka berperan penting dalam pengetahuan anak-anak yang belajar, walaupun secara online juga masih bisa dilakukan tetapi akan ada beberapa hal yang hilang jika kita lakukan secara daring.

Aku sendiri sangat merasakan manfaat ketika belajar dari rumah maupun WFH, karena kelebihan fleksible yang bisa aku dapetin, dengan fleksible aku bisa menjadi seseorang yang multitasking dan sekaligus aku bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman dari multitasking itu sendiri, tp memang pasti ada kekurangan. yang namanya virtual kurang dapet ‘feel’ nya sih. dan sering ada misscom kalau hanya lewat ‘ketik’ an.

Belajar dari rumah atau school from home (SFH) merupakan hal yang harus dijalani oleh anak-anak usia sekolah di masa pandemi covid-19. Beberapa anak mungkin merasa senang, karena tidak harus repot pergi ke sekolah. Karena pembelajaran dilaksanakan di rumah, tanpa tatap muka langsung dengan guru, maka orang tualah yang harus berperan aktif, minimal dalam menyiapkan fasilitas (laptop, aplikasi pembelajaran, kuota internet) sehingga lebih banyak hal0hal yang harus disiapkan. pada umunya, anak terbiasa belajar di sekolah dan berinteraksi, mereka akan cenderung lebih cepat bosan dengan sistem SFH.

Saya sendiri diawal beranggapan bahwa school from home itu menyusahkan, karena tidak bertemu secara langsung. Namun, setelah saya melanjalankan school from home selama satu tahun lebih, saya merasa bahkan school from home itu menyenangkan. Karena malah dapat membuat diri saya lebih produktif.

Menjawab pernyataan diatas, kalau menurut saya sendiri WFH memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Pada awal masa pandemik yang mengharuskan semua kegiatan di rumah saya merasa disusahkan karena seluruh kegiatan yang saya lakukan berbasis offline, sehingga membuat pekerjaan tidak optimal. Tetapi sekarang sudah setahun lebih dari awal masa pandemik dan saya setiap hari melakukan pekerjaan dari rumah, dan menurut saya WFH bisa saja menjadi menyenangkan, karena saya lebih produktif dengan waktu kerja yang fleksibel.

Menurut saya ada yang merasa menyenangkan ada juga yang menyusahkan. Tetapi menurut saya lebih banyak yang menyusahkan. Mulai dari tugas banyak, belajar bareng susah, sampai bertanya ke guru/dosen suah. Ini mengkibatkan banyak siswa atau mahasiswa yang memiliki kesadaran yang rendah dalam mengikuti pembelajaran. Rendahnya kesadaran menyebabkan siswa atau mahasiswa tidak mengikuti pembelajaran daring diikuti oleh kurangnya minat dan keraguan tentang kegunaan pembelajaran daring, kurang kehadiran, kurangnya sentuhan pribadi, dan kurangnya interaksi karena masalah konektivitas ditemukan menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring.

Menurut saya, menyenangkan atau menyusahkan itu kembali kepada pribadi masing-masing. Untuk orang yang introvert mungkin lebih menyenangkan karena dengan penerapan kebijakan WFH tersebut dapat mengurangi interaksi dengan orang lain. Sebaliknya untuk extrovert akan lebih menyusahkan karena berkurangnya interaksi dengan orang lain.
Disamping itu, dalam kegiatan WFH juga membutuhkan peralatan yang memadai seperti laptop, handphone, kuota dll. karena jika tidak, akan sangat merepotkan.

Buat aku yang memang suka berdiam diri di rumah, sampai saat ini kegiatan pembelajaran daring masih menyenangkan. Hal ini juga tentunya karena aku memiliki fasilitas yang sangat mendukung, sehingga semuanya terasa lancar dan menyenangkan. Dengan berubahnya kegiatan pembelajaran menjadi daring, dalam satu hari aku lebih bisa explore untuk belajar banyak hal diluar bidang studi yang sedang aku jalani.

Walaupun terasa menyenangkan, pastinya kegiatan pembelajaran daring ini juga menimbulkan dampak negatif. Aku pribadi jadi cenderung lebih tidak stabil secara mental. Karena saat ini waktu sendiri jauh lebih banyak dari biasanya, aku lebih mudah stress dan overthinking mengenai hal yang belum tentu terjadi. Tapi jika dibadingkan, buat aku tetap masih lebih banyak sisi positif dari pembelajaran daring sehingga selama ini aku masih merasa bahwa kegiatan ini menyenangkan.

Namun, jika dilihat lebih jauh lagi masih banyak yang merasa bahwa pembelajaran daring ini menyusahkan. Suatu penelitian mengenai permasalahan pembelajaran daring yang dilakukan kepada 54 siswa SMA menunjukkan hasil bahwa masih banyak kendala dalam pembelajaran daring. Tidak hanya kondisi budaya siswa yang belum bisa mengikuti sistem pembelajaran daring, tetapi juga masalah teknis seperti ketersediaan fasilitas pembelajaran.

Perlu dilakukan perluasan jaringan internet di daerah-daerah yang belum tersedia jaringan khususnya di pedesaan oleh pihak penyedia internet atau pemerintah, dan peningkatan kualitas jaringan untuk jaringan yang sudah ada. Siswa juga kehilangan motivasi karena merasa bahwa kegiatan pembelajaran secara konvensional lebih mudah dibandingkan pembelajaran daring. Jadi walaupun aku menganggap bahwa pembelajaran daring ini menyenangkan, realitanya masih lebih banyak yang merasa kesusahan karena keterbatasan akses pembelajaran dan menganggap bahwa sekolah secara tatap muka lebih efektif untuk dilakukan.

Summary

Yuzulia, I. (2021). The Challenges of Online Learning during Pandemic: Students’ Voice. Wanastra: Jurnal Bahasa dan Sastra , 13 (1), 08-12.

Menyusahkan juga dan menyenangkan juga pengalaman kuliah online selama kuliah Kalau menyenangkannya nya itu lebih banyak karena sekolah dari rumah atau kuliah dari rumah sangat memudahkan saya pertama itu dari waktu dan tempat yang fleksibel Jadi kalau waktunya kita bentrok kita bisa sesuaikan dengan dosen tersebut tempatnya juga kita bisa fleksibel bisa memilih Selain itu irit juga kalau kuliah online karena kita nggak banyak memakan biaya dari akomodasi transportasi karena kan kalau kuliah offline Biasanya kita itu banyak mengeluarkan uang kayak kita butuh fotocopy kita butuh makan atau biaya biaya tidak terduga tetapi selama kuliah online ini biaya tersebut tidak keluar banyak jadi kita bisa save money Susahnya itu saat ini saya rasakan saya dalam proses kripsi di mana harusnya saya banyak bimbingan sama dosen saya tetapi karena online dan ppkm akhirnya memperhambat skripsi saya pertama perpustakaan ditutup kedua dosen sulit untuk ditemui kalau misalkan kita konsultasi secara online itu kurang enak lebih enak kita konsultasi secara offline atau secara tatap muka karena dosen juga lebih friendly dan kita lebih bisa berkeluh kesah apa yang kita sulit skripsinya kita bisa tanyakan ke dosen

Menurut saya sebagai seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi sangat menyusahkan, yang dimana seharusnya saat berkuliah Offline bisa memperkaya praktek kita dalam berbicara didepan umum, lebih berbaur, dan langsung mempraktekkan dari komunikasi itu sendiri tanpa ada nya noise (gangguan sinyal, dll) dan sangat amat disayangkan jika terus menerus menggencarkan kegiatan daring dikarenakan kebanyakan siswa atau mahasiswa menjadi malas-malasan saat jam sekolah ataupun kuliah, dikarenakan banyak yang tidak menyalakan kamera dan malah tidur-tiduran seolah tidak ada kegiatan

Menurut ku school from home memiliki kelebihan dan kekurangnya sendiri. Pada awal Covid-19 tersebar di Indonesia aku merasa sangat disusahkan karena dengan mendadak melakukan seluruh aktivitas didalam rumah, untuk berkumpul bersama teman saja tidak bisa apalagi dengan belajar dari rumah yang sering kali terkendala dengan jaringan internet atau alat elektronik yang dipakai, bagian ini menjadi sangat menyusahkan. Tapi makin kesini setelah pandemi terus berlangsung aku pikir jauh lebih menyenangkan untuk melakukan aktifitas di dalam rumah, karena banyak memiliki waktu untuk bersantai dan bisa mencoba melakukan hal terbaru yang membuat diri lebih produktif.

School from home kalo menurut aku sih menyenangkan dan juga menyusahkan. Menyenangkannya karena dapat menghemat ongkos perjalanan ke kampus terlebih jika menjadi seorang mahasiswa rantau dimana ada biaya lain seperti biaya kos, makan dan pastinya biaya nongkrong.

Yang menyusahkan dari school from home menurut aku sih kadang sering miskomunikasi bersama teman kelompok dalam pengerjaan tugas, terbatasnya kuota internet jika tidak menggunakan WiFi, koneksi yang belum tentu selalu baik dan pastinya banyak hal yang dapat membuat seorang siswa atau mahasiswa teralihkan dalam proses pembelajaran contohnya seperti : mengikuti kelas melalui google meet dan jika sedang tidak menyalakan kamera pasti sering teralihkan dengan bermain handphone.