Rekayasa Genetika Mengatasi Spesies Penyerbu?

Para ilmuwan membuka diskusi publik mengenai perkembangan munculnya teknologi penggerak gen. Nyamuk macan Asia telah berkembang pesat di seluruh dunia dari berbagai asal mereka di Asia Tenggara.

http://revistaelagro.com/wp-content/uploads/2011/12/Adulto%20de%20Forcipomyia.jpg
Para ilmuwan membuka diskusi publik mengenai perkembangan munculnya teknologi penggerak gen. Nyamuk macan Asia telah berkembang pesat di seluruh dunia dari berbagai asal mereka di Asia Tenggara. Spesies ini menyebarkan banyak virus yang menimpa manusia, termasuk demam berdarah, demam Nil Barat dan radang otak Jepang.
Gen untuk memukul nyamuk harimau, menaklukkan ular pohon cokeat, dan mengusiri ikan mas Asia, semua spesies penyerbu jahat, terdengar seperti ide yang membengkak. Tapi gagasan terbaru dalam pemberantasan dengan rekayasa genetik rekayasaa menimbulkan risiko sendiri, para ahli bioteknologi memperingatkan.
Spesies penyerbu melampiaskan malapetaka di seluruh dunia, mengganggu ekosistem asli dan menimbulkan kerugian lebih dari 120 miliar dolar pada kerusakan setiap tahun di Amerika Serikat saja. Banyak spesies yang merusak secara ekonomi-dan lingkungan, seperti nyamuk, ular, dan ikan mas, menentang tahan menghadapi teknologi pembasmi yang ada kini.
Tapi ada kabar baik. Penggerak gen yang bisa memicu penurunan drastic spesies penyerbu dengan mengutak-atik mekanika genetika ditemukan ketika teknologi lama jatuh tempo, seperti diumumkan tim ilmuwan internasional pada Kamis, 17 Juli 2014.
"Setelah spesies penyerbu tiba di habitat baru dan mendorong spesies asli punah, kita tidak perlu memiliki banyak jalan keluar untuk itu. Teknologi penggerak gen berpeluang menyebabkan kepunahan lokal spesies penyerbu, dan mengembalikan ekosistem asli, "kata Kevin Esvelt, ahli rekayasa genetika di Harvard University, dan mitra penulis makalah yang diterbitkan minggu ini dalam jurnal Science dan eLife.
Tapi dia dan rekan-rekannya memperingatkan, bahwa kita harus melangkah hati-hati; jika tidak, teknologi baru bisa meledak di wajah kita. “Kami ingin memastikan teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab untuk memecahkan masalah yang dihadapi umat manusia dan alam,” kata Esvelt.