Racism Communication

white & black
“ Racism Comunnication “

Oleh : Achmad Fauzan Kamil

Tagar di media sosial yang boming pada pertengahan tahun 2020 salah satunya adalah Black Lives Matters. Dilatarbelakangi oleh tindakan diskriminatif dan rasisme aparat kepolisian Amerika Serikat (AS) terhadap George Floyd. Aksi ini menjadi besar karena dilakukan di berbagai tempat di Amerika Serikat dan menjadi perhatian negara lain. Demonstran yang ikut dalam aksi ini menuntut keadilan dan kesetaraan untuk berbagai kalangan terutama permasalahan rasisme antara kulit putih dan kulit hitam.

Lalu apa itu rasisme ? dan apakah rasisme dapat terjadi atau telah terjadi di Indonesia ?

Rasisme merupakan bentuk ketidakadilan yang telah diciptakan dengan menganggap ras, kebudayaan, kepercayaan dan nilai tertentu lebih unggul dan menciptakan berbagai tindakan diskriminatif terhadap ras dan kebudayaan lain. Tindakan rasisme adalah bentuk komunikasi yang dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal. Di era digital dan penggunaan teknologi infomasi yang masif salah satunya dari media sosial, pesan-pesan rasisme dapat dengan mudah dan cepat disebarkan. Rasisme dapat terjadi dalam diri manusia tanpa disadari, ketika mereka telah memproduksi pesan tentang stereotipe ras atau kebudayaan tertentu maka rasisme secara alami dapat dilakukan sejak dalam pikiran.

Di Indonesia, rasisme timbul dari berbagai segi kehidupan baik itu fisik, gender, kebudayaan ekonomi, bahkan opini. Dari segi fisik perbedaan dapat terlihat secara langsung dari bentuk fisik antara mayoritas dan minoritas contohnya orang Papua atau yang berasal dari Indonesia Timur adalah korban rasisme yang dapat ditemui di berbagai tempat, salah satunya adalah kasus mahasiswa Papua di Surabaya pada tahun 2019 karena dugaan salah satu mahasiswa papua telah mencabut bendera Indonesia yang berada di depan asramanya dan saat pengepungan di asrama papua tersebut beberapa kali ada peneriakan bernada rasisme menurut salah satu anggota asrama. Dari sini kita dapat mengetahui rasisme tidak pernah benar-benar hilang dari masyarakat Indonesia hanya menunggu pihak minoritas melakukan hal yang berlawanan dengan mayoritas untuk nada rasisme kembali bermunculan.

Secara historis, rasisme telah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan yang dibawa oleh kolonial dengan membagi masyarakat dalam tiga kelompok yaitu : orang Eropa, Timur asing, dan pribumi. Hingga kini, rasisme masih tetap ada di Indonesia, bukti bahwa Indonesia masih menghargai peninggalan dan kebudayaan. Tindakan rasisme yang banyak diberitakan media hanya gambaran singkat bagaimana masyarakat menggambarkan ras tertentu dan kemudian bertindak sehingga dapat terlihat dengan jelas.

bagaimana dengan rasisme yang tidak terlihat dan dianggap sebagai suatu kewajaran ?

Contoh sederhana adalah ketika ada dua orang pemuda, satu pemuda asal Indonesia Timur yang berkulit hitam dengan rambut kriting dan satu pemuda yang berkulit putih dengan rambut lurus. Siapa yang paling kalian khawatirkan untuk melakukan kejahatan ? suatu kewajaran jika kalian menilai orang Indonesia timur lebih memungkinkan untuk melakukan kejahatan dan suatu ketidakwajaran jika disaat yang sama kalian menaikan tagar #NoRacism dalam media sosial masing-masing. Alasannya hal demikian dapat terjadi karena otak manusia yang telah memproduksi pesan tentang konotasi warna putih yang selalu ditempatkan pada posisi yang lebih baik daripada warna hitam. Seharusnya dalam lingkungan sosial yang kita jalani, warna kulit ataupun bentuk fisik lainnya bernilai sebagai suatu yang bersifat subjektif dan tidak memiliki keterkaitan tentang tindakan yang akan dilakukan. Tetapi sebagian lingkungan sosial di Indoensia saat ini masih menggambarkan dan menanamkan perbedaan yang konkrit bahwa hal baik harus dilambangkan dengan warna putih dan sebaliknya.

Selain itu contoh lain rasisme di Indonesia adalah “Gold Digger Prank”. Prank dibuat dengan tujuan menghibur dengan cara menjahili orang lain, prank ini telah banyak dibuat pada channel youtube beberapa creator. Dilihat dari isi kontennya, semua creator prank ini ingin melakukan riset rasisme yang dilakukan perempuan terhadap pria yang miskin dan kaya, apakah akan terdapat perbedaan dari cara perempuan tersebut bersikap. Hal yang disayangkan adalah sebagaian besar creator di prank ini seolah melakukan riset rasisme yang dilakukan perempuan terhadap pria dari sisi ekonomi dengan meninggalkan pesan rasisme terhadap gender perempuan dengan merendahkannya. Mengapa merendahkan ? karena sebagian besar pelaku prank ini adalah pria dan korban adalah perempuan yang ketika perempuan telah bersifat lebih terbuka pada pria yang kaya,pria ini akan meninggalkan begitu saja atau melakukan tindakan lain seperti menutup pintu mobil yang ingin dimasuki perempuan.

Konten prank semacam ini seolah memberikan pesan untuk menyalahkan perempuan yang bersikap berbeda kepada pria miskin dan kaya, yang menurut penulis adalah bentuk kewajaran dari manusia. Dalam komunikasi antarpribadi, manusia akan berteman atau menjalin hubungan dengan salah faktornya adalah menghasilkan keuntungan bagi dirinya dan sifat manusia yang akan mencari peluang, lalu bergerak menuju hal tersebut. Bahkan sebagian besar dari kalian atau semuanya telah berteman karena keuntungan, misalkan karena ada kesamaan passion atau kesukaan tertentu maka kalian akan berteman untuk menambah wawasan dan menambahkan relasi komunikasi.

Kemudian rasisme lain yang kurang diperhatikan dan tanpa disadari pada era media sosial adalah dari segi opini, pemikiran, atau pendapat dengan menganggap opini yang telah kita hasilkan lebih baik dan merendahkan opini orang lain, bahkan diantaranya sampai menyerang personal dari pembuat opini terutama tentang isu sosial-politik. Di negara dengan sistem demokrasi, dimana kebebasan berbicara serta berpendapat telah dijamin oleh undang-undang, opini seharusnya menjadi lumrah dan diterima hanya sebagai opini tanpa ada serangan terhadap personal. Akan sangat memprihatinkan ketika perkembangan teknologi komunikasi dan informasi digunakan hanya untuk menyebarkan pesan-pesan rasis, terlebih lagi di Indonesia yang memiliki latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya yang beragam. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasisme atau mengurangi tindakan ini dengan meningkatkan kesadaran akan perbedaan yang ada pada diri setiap manusia karena dengan memahami perbedaan yang ada, kita akan dapat lebih menghargai manusia lain dan bersikap bijak dalam lingkungan sosial.

2 Likes