PLTU berdampak negatif bagi lingkungan. Setujukah kamu bila PLTU dinonaktifkan saja?

Kebutuhan energi listrik saat ini menjadi kebutuhan primer yang pemenuhannya tidak bisa dielakkan lagi. Permintaan listrik tidak hanya datang dari penggunaan harian masyarakat, tapi juga dari industri-industri yang berkembang saat ini. Dengan adanya peningkatan kebutuhan listrik, pemerintah berusaha memenuhinya dengan menambah jumlah pembangkit listrik, utamanya yang berada di kawasan Jawa dan Bali.

Saat ini Indonesia memiliki enam jenis pembangkit listrik, yakni bertenaga uap, gas, diesel, panas bumi, air, dan energi terbarukan. Dari keenam jenis ini, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih mendominasi kapasitas pembangkit listrik di Indonesia. PLTU menghasilkan 33,22 gigawatt atau setara dengan 50% pembangkit (Kementrian ESDM, 2020). Pemilihan PLTU sebagai pembangkit dengan kapasitas paling besar bukan tanpa alasan. Dari segi generation cost, PLTU terbilang paling murah di antara pembangkit lainnya. Hal ini berkaitan dengan tarif listrik yang dikenakan ke masyarakat dan industri. Dengan generation cost yang murah, diharapkan daya beli masyarakat meningkat serta industri makin kompetitif.

Namun di lain pihak, keberadaan PLTU bukan tidak tanpa masalah. Masyarakat di sekitar PLTU mengeluhkan dampak dari emisi batubara ataupun limbah yang mempengaruhi matapencaharian mereka. Contohnya, petani di sekitar PLTU Indramayu melaporkan bahwa emisi debu dari PLTU mempengaruhi curah hujan serta berdampak pada kesehatan tanaman. Hal ini menyebabkan petani mengalami penurunan hasil panen secara signifikan. Dampak serupa juga dirasakan oleh nelayan di sekitar PLTU. Akibat limbah PLTU yang dibuang ke laut, hasil tangkapan nelayan jadi berkurang.

Keberadaan PLTU memang menguntungkan, tapi di lain sisi juga sudah terbukti merugikan masyarakat. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini? Apakah sebaiknya PLTU dinonaktifkan saja?

Source:

PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) memang memiliki dampak negatif bagi lingkungan, terutama terkait dengan emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.

Pro Penonaktifan PLTU

  1. Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca: PLTU menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, yang menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2). Dengan menonaktifkan PLTU, dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
  2. Peningkatan Kualitas Udara: PLTU juga menghasilkan partikel-partikel berbahaya dan polutan lainnya yang dapat merugikan kesehatan manusia dan lingkungan. Dengan menonaktifkan PLTU, dapat meningkatkan kualitas udara di sekitarnya.
  3. Mendorong Energi Terbarukan: Penonaktifan PLTU dapat menjadi insentif untuk mengembangkan dan mengadopsi sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Ini dapat mengarah pada sistem energi yang lebih berkelanjutan.
  4. Perlindungan Ekosistem: PLTU sering kali membutuhkan lahan yang besar dan dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem lokal, termasuk habitat satwa liar. Dengan menonaktifkan PLTU, dapat memberikan perlindungan lebih besar terhadap keanekaragaman hayati.

Kontra Penonaktifan PLTU

  1. Stabilitas Pasokan Energi: PLTU memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyediakan energi listrik. Menonaktifkannya dapat mengakibatkan ketidakstabilan pasokan energi, terutama jika sumber energi terbarukan belum sepenuhnya dapat menggantikan kapasitas PLTU.
  2. Dampak Sosial dan Ekonomi: Penonaktifan PLTU dapat berdampak pada pekerjaan dan ekonomi di daerah sekitarnya. Banyak pekerja terlibat dalam industri ini, dan penutupan PLTU dapat memunculkan tantangan sosial dan ekonomi.
  3. Tantangan Transisi Energi: Menggantikan PLTU dengan sumber energi terbarukan memerlukan investasi dan waktu. Proses transisi ini dapat menimbulkan tantangan teknis dan keuangan yang perlu diatasi.
  4. Pentingnya PLTU dalam Kebutuhan Energi: Beberapa wilayah masih sangat bergantung pada PLTU untuk memenuhi kebutuhan energi. Menonaktifkannya tanpa pengganti yang memadai dapat menimbulkan masalah kekurangan energi.

Penting untuk mencari solusi yang seimbang untuk mengurangi dampak negatif PLTU sambil mempertahankan kestabilan pasokan energi dan memperhatikan aspek sosial dan ekonomi. Transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan merupakan tujuan yang perlu dikejar, namun harus dilakukan dengan bijak untuk meminimalkan dampak negatifnya.