Plastik, Manusia dan Lingkungan : Si Jagonya Kemasan Plastik (PET)

Banyak yang menyatakan bahwa botol dengan bahan Polyethylen Terephtalate (PET) merupakan botol yang mudah terurai ikatan kimianya, larangan memakainya berulang untuk media penyimpan air minum sering sekali terdengar. Adapula yang menyebutkan bahwa tidak disarankan memakainya untuk air panas, karena akan membuat ikatan komponen polimer PET bermigrasi ke benda (makanan atau minuman) yang ada di dalamnya dan akan berbahaya bila terkonsumsi oleh manusia.

PET mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1940 oleh DuPont Tim. Mereka sedang dalam usaha pencarian PET untuk bahan tekstil yang berupa fiber dan akhirnya bahan itu diberi nama “dakron”. Kemudian, masih merupakan kelompok DuPont tim, John Rex Whinfield bersama timnya mendapatkan hak paten “PET” pada tahun 1941. Setelah berselang beberapa tahun, pada akhir tahun 1950-an , seorang ilmuwan menemukan cara untuk membentuk PET menjadi bentuk lembaran, dari sana PET mulai digunakan sebagai bahan untuk kertas film di bidang fotografi dan kertas rontgen.

Barulah pada tahun 1970-an, teknologi stretch-blow molding PET ditemukan. Teknologi ini menghasilkan benda berongga, seperti botol yang memiliki orientasi molekular biaksial (dua sumbu). Orientasi biaksial meningkatkan sifat fisik, kejernihan, dan sifat penghalang gas, yang semuanya penting dalam produk seperti botol. Teknologi tersebut juga membuat PET film berbentuk botol yang tahan pecah dan mempunyai bentuk yang cukup kuat namun ringan. Sehingga pada tahun 1973 PET berbentuk botol dipatenkan dan pada tahun 1977 merupakan tahun kali pertama PET botol di daur ulang.

Fakta PET
Produksi dan penggunaan
PET merupakan salah satu bahan yang paling banyak digunakan di dunia. PET juga merupakan bahan yang sangat ringan, beberapa tahun terakhir beratnya secara konstan berkurang dan pada tahun 2013, European Federation Bottled Water (EFBW) menyatakan beratnya berkisar 20 – 30 gram saja untuk 1 botol PET. Hasil itu merupakan salah satu prestasi untuk setidaknya dapat mengurangi biaya lingkungan dan biaya produksi yang dikeluarkan.

PET hingga saat ini paling banyak digunakan sebagai pembungkus makanan dan minuman. Permintaan PET sebagai bahan pembungkus pada tahun 2014 ialah sebanyak 16 juta ton dan diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 20 juta ton pada tahun 2019[10]. Botol PET satu kali penggunaan (dengan ukuran 0,5 L) kuat untuk menahan beban 50 kali beratnya di dalam air.

Bahaya PET
Hal ini yang mungkin masih berkecamuk di pikiran kita. Banyak informasi mengatakan bahwa PET tidak bisa digunakan berulang untuk penyimpanan air minum. Alasan utamanya adalah kekhawatiran bahan kimia yang terkandung di dalam botol tersebut migrasi ke dalam air minum yang ada didalamnya. Faktanya, tidak ada bahan kemasan yang benar – benar inert (tidak bereaksi), mungkin rasa dari makanan akan terserap oleh kemasan PET dan dari hal itu dapat kita simpulkan bahwa komponen dari kemasan PET dapat migrasi ke dalam benda di dalamnya.

Penelitian lebih lanjut mengenai kandungan berbahaya, lebih tepatnya antimony (katalis) menyatakan bahwa antimony yang terkandung di dalam kemasan botol untuk air mineral akan terurai dan melebihi batas Maximum Contaminant Levels (MCLs) dengan kondisi dipanaskan pada suhu 65°C dalam dua minggu atau dipanaskan pada suhu 80°C dalam 2 hari[1] sedangkan untuk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang disimpan di suhu di bawah 60°C dalam 4 minggu kondisinya masih aman untuk dikonsumsi.

Selain itu, EFBW tim telah membahasnya bahwa nilai komponen berbahaya (antimony (katalis), acetaldehyde, monomer EG , TPA atau DMT) di dalam PET masih jauh di bawah batas standar apabila tidak dilakukan perlakuan khusus layaknya percobaan (seperti dipanaskan ataupun direaksikan dengan bahan kimia tertentu). Pemberitaan yang sempat ada pada tahun 2009, yaitu tentang gangguan sistem endokrin akibat migrasi kandungan kemasan PET botol ke dalam air mineral pun tidak dapat diverifikasi setelah dilakukan studi lebih lanjut.

Daur Ulang
PET merupakan bahan yang 100% dapat di daur ulang. Selain kemasan botol, PET resin hasil daur ulang dapat juga digunakan untuk memproduksi pakaian, onderdil kendaraan, karpet dan lain – lain. Angka daur ulang PET di USA dan Eropa berturut – turut sekitar 31% dan 52% pada tahun 2012.

Sumber:
[1] Aghaee , E. M. 2014. “Effects of storage time and temperature on the antimony and some trace element release from polyethylene terephthalate (PET) into the bottled drinking water”. Tehran University of Medical Sciences : Tehran. Iran.

[2] Demilel, Biral dkk. .2011. “Crystallization Behavior of PET Materials”.

[3] European Federation Bottled Water (EFBW). 2013. “The Facts about PET”. Rue de l’Association 32 : Brussels.

[4] Heriady, Setia, Anita S. dan Nasution S. 2015. “Jurnal ilmu Lingkungan : Migrasi Formaldehid Pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)”. Universitas Riau : Riau.

[5] International Life Sciences Institute (ILSI).2000. “Packaging Materials : 1. POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET) FOR FOOD PACKAGING APPLICATIONS”. ILSI Europe : Brussels. Belgium.