Peninggalan arkeologis apa saja dari kerajaan Majapahit di Trowulan?

Situs Trowulan merupakan situs perkotaan masa klasik di Indonesia, situs yang luasnya 11 km x 9 km, meliputi wilayah Kecamatan Trowulan dan Kecamatan Sooko di Kabupaten Mojokerto, serta meliputi Kecamatan Mojoagung dan Mojowarno Kabupaten Jombang.

Situs bekas Kerajaan Majapahit dibangun di dataran yang merupakan dataran ujung penghabisan dari tiga jajaran gunung, yakni gunung pananggungan, gunung welirang dan gunung anjasmara.

Sebagai bekas kota Kerajaan Majapahit, di Trowulan terdapat banyak peninggalan arkeologis baik dibawah maupun diatas permukaan tanah yang berupa artefak, ekofak, dan fitur.

###Candi Gentong

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung, diketahuilah bahwa Candi Gentong ini telah di bangun sejak zaman pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389), tepatnya pada tahun 1370.

Menurut berbagai sumber, Candi Gentong merupakan satu dari tiga candi yang berderet dari arah bujur barat ke timur, yang masih utuh. Sedang kedua candi lain yakni Candi Gedong dan Candi Tengah, kini sudah tidak ada wujud dan bekasnya lagi.

Candi gentong terletak di Desa Jambumente, Trowulan, Mojokerto. Candi ini berada disebelah timur ± 360 m dari bangunan candi brahu, bentuk candi gentong sangat menarik dan belum dijumpai pada bangunan kuno lain.

Bangunan candi gentong ini tebagi menjadi 3 struktur bata yang berdenah bujur sangkar, pada ketiga struktur pada candi gentong pernah mengalami vandalisme, karena pada masing-masing sisi sebelah selatan struktur dindingnya terputus pada satu garis. candi ini memiliki panjang dan lebar seluas ±9,50 meter dan ±11,50 meter untuk bangunan kedua. Sedang bangunan ketiga berukuran ±23,50 meter.

###Gapura Bentar Wringin Lawang

Gapura wringin lawang diperkirankan menjadi salah satu pintu perbatasan menuju pusat kota Majapahit. Gapura bentar ini terbuat dari bata, dan anak tangga pada gapura tersebut terbuat dari batu. Gapura agung ini terbuat dari bahan bata merah dengan luas dasar 13 x 11 meter dan tinggi 15,5 meter.

Diperkirakan dibangun pada abad ke-14. Gerbang ini lazim disebut bergaya candi bentar atau tipe gerbang terbelah. Gaya arsitektur seperti ini diduga muncul pada era Majapahit dan kini banyak ditemukan dalam arsitektur Bali. Kebanyakan sejarawan sepakat bahwa gapura ini adalah pintu masuk menuju kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit.

Dugaan mengenai fungsi asli bangunan ini mengundang banyak spekulasi, salah satu yang paling populer adalah gerbang ini diduga menjadi pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada.

###Gapura Bajang Ratu

Gapura ini terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, bangunan gapura ini seperti candi bentar tetapi atapnya di satukan yang disebut paduraksa (gapura yang memiliki atap), bahan bangunan gapura ini bata dan bangunannya berbentuk segi empat yang berukuran 11,5 x 10,5 m dan tingginya 1,40 m.

Keunikan paduraksa ini adalah mempunyai sayap dan pagar tembok di kedua sisi dan pada kaki gapura terdapat hiasan yang menggambarkan cerita sri tanjung.

Dibagian atas pintu gapura terdapat relief kala yaitu dalam bentuk mata melotot dan gigi bertaring. Relief yang terdapat pada gapura bajang ratu ini sebagai symbol penolak marabahaya (pelindung), lalu pada sayap kanan garuda terdapat didinding yang ada relief yang menggambarkan cerita Ramayana, relief sri tanjung dan sayap garuda dianggap sebagai lambang pelepasan.

Fungsi gapura bajang ratu sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara, yang dalam Negarakertagama disebut kembali ke dunia wisnu 1382 saka.