Palu Menghancurkan Kaca

hammer-breaking-glass

Makna dari pepatah

Palu Menghancurkan Kaca, Tetapi Palu Membentuk Baja.

Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu/masalah menghantam, kita akan mudah putus asa, frustasi, kecewa, marah, dan jadi remuk redam. Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. “Mental baja” adalah mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur di saat masalah dan keadaan yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya.

Mengapa demikian? Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa “masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik”. Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dengan palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mereka yang bermental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.

Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yang keliru!

Jika kita adalah “baja”, kita akan selalu melihat palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita. Sebaliknya jika kita “kaca” maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan kita.

source :

Memang tidak semua orang memiliki mental yang kuat. Perlu adanya kemauan yang tinggi dari dalam diri masing - masing jika ingin memiliki mental baja. Proses untuk menguatkan mental memang sulit dan sakit pastinya dalam setiap prosesnya, namun hasilnya akan membuat kita menjadi lebih baik. Contoh orang yang memiliki mental baja adalah orang yang mampu menerima kritikan, percaya diri, berani mengambil risiko, menerima kegagalan, dan lain sebagainya.

Memang terkadang manusia itu sendiri sulit mengenal dirinya sendiri, hingga ia tidak tau apakah ia memiliki mental seperti baja atau kaca?. Butuh pikiran yang bijak karena seseorang dapat menolong dirinya sendiri dan atau bahkan terbalik seseorang bisa mencelakakan dirinya sendiri. Semua ini tergantung bagaimana orang tersebut menempatkan cara berpikirnya.