Mobil Mbak Misyel

Mobil Mbak Misyel

250px-New_Avanza

Matahari tak terasa sudah menyapa. Sinarnya menembus jendela, membangunkanku. Dengan semangat, aku segera berlari ke teras dan merenggangkan badanku.

“Pagi, Yas.” Sapa bu RT yang setiap pagi lewat depan rumahku.

“Pagi, Bu RT. Mau masak apa nih hari ini?”

“Pak RT minta lodeh sayur.”

“Wah… Mantap tuh!”

Ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 06.00. Sudah saatnya mandi dan aku bersiap-siap berangkat sekolah.

“Tyas masuk dulu ya, bu. Mau siap-siap sekolah.”

“Iya, Yas.”

Depan rumahku memang sebagai tempat nongkrong Mbak Sum, pedagang sayur langganan ibu-ibu RT 01. Tetapi, juara utama untuk kedatangan selalu Bu RT.

Butuh waktu 30 menit untukku bersiap-siap. Mulai mandi hingga mengemas bekal makan siang. Setelah selesai sarapan, sekitar pukul 06.30, aku berangkat sekolah. Sekolahku dekat dari rumah, maka aku jalan kaki ke sana.

“Tyas~” Sapa Rani, sahabatku di kelas.

“Eh… Udah dateng aja nih. PR Bu Marmi kamu udah selesai belum? Aku beberapa ada yang masih bingung caranya, nih.”

“Aku ajarin sini…”

Tak berselang lama, bunyi bel terdengar.

Tet~

Bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi. Aku menyimpan tugas bu Marmi dan menyimak pelajaran pertama yang aku gemari, Bahasa Indonesia.


Kring~

Bel istirahat pertama kini memecah kesunyian. Para siswa berduyun-duyun mengarah ke kantin. Begitu juga aku dan Rani. Setelah mendapatkan kue kacang favorit kami, kami duduk di bawah pohon di taman sekolah.

“Wah… Kue kacang ini emang paling enak.” Aku mengangguk. Menyetujui pendapat Rani.

Teng… Tong…

Pengumuman untuk seluruh pelajar, silakan belajar di rumah lebih awal. Karena guru ada rapat untuk pelaksaan ujian kelas 9 SMP.

“Yey!” Terdengar sorak sorai menggaung di SMP N Sukamaju.

Aku dan Rani bergegas mengemasi tas dan pulang. Kebetulan, rumah kami berdekatan, jadi kami sering berjalan pulang bersama. Namun, kalau berangkat seringnya berangkat sendiri-sendiri. Karena aku yang terkenal sering datang mepet. Hehe.

Tiba-tiba disela obrolan, Rani menarik tanganku.

“Eh… Tuh ada apaan rame-rame di depan rumahmu?”

“Eh… Iya, ya. Yaudah, aku duluan ya, Ran.” Setengah berlari, aku bergegas ke rumah.

Terlihat Bu RT, Ibu, Mbak Sum, dan Bu Rejeki sedang mengobrol serius.

“Iya… Ih… Tuh liat aja.” Ucap Bu Rejeki setengah berbisik dengan nada khasnya kalau sedang memberitakan sesuatu.

Aku cemberut. Yang paling tidak aku suka dari perkumpulan ibu-ibu saat belanja adalah, kadang mereka sambil bertukar gosip. Walau, tentu ibuku hanya sebagai pendengar saja.Sebenarnya, aku penasaran. Tapi, lebih baik nanti aku tanya ibu langsung saja di dalam rumah.

Setelah aku ganti pakaian, ibu masuk dan wawancara pun ku mulai.

“Ibu-ibu tadi pada bahas apa sih? Seru amat.”

“Itu lho… Mbak Misyel habis beli mobil baru.”

“Astaga… Gitu aja diributin.” Kataku sambil berlalu dan masuk kamar.


Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 07.35. Aduh… aku bisa telat nih kalau tidak bergegas. Ku lihat Mbak Misyel sedang mencuci mobil barunya. Mobilnya diparkir di depan rumah yang menutupi setengah jalan. Ya, gang rumah kami memang cukup sempit. Tidak bisa dilalui untuk 2 mobil bersimpangan. Walau terburu-buru, aku tetap waspada. Karena, dari arah berlawanan tertutup mobil Mbak Misyel.

Jam 07.45 aku sudah tiba di sekolah. Syukurlah tidak terlambat.

Tak terasa jam pulang sudah tiba. Sama seperti kemarin, ibu-ibu masih menceritakan mobil baru Mbak Misyel.

“Kok ya parkirnya tuh di depan rumah, lho. Kan ada parkiran khusus mobil di ujung gang. Saya mau jualan kan lewatnya juga susah.”Celetuk Mbak Sum berapi-api.

“Iya tuh, Bu RT. Tolong diingetin dong.” Pinta Bu Rejeki. Bu RT pun mengangguk.

Keesokannya, mobil Mbak Misyel masih terparkir di depan rumah dengan cantiknya. Hari ini hari Minggu, banyak anak-anak bermain dan bersepeda di jalan. Bu Rejeki yang jengkel, menanyakan hal itu pada Bu RT.

“Udah diingetin belum sih, Bu? Jalannya kan kecil, apalagi ini hari Minggu. Banyak orang lalu-lalang.”

“Sudah, Bu Jeki. Tapi, Mbak Misyelnya ngeyel.”

Tiba-tiba…

“BRAK!”

“Huuaa~ Ibu~” Suara tangis anak Bu Rejeki menggema.

Tergopoh-gopoh Bu Rejeki menolong anaknya yang tertabrak motor dari arah lain, yang tidak bisa melihat arah lawan karena tertutup mobil Mbak Misyel.

“HADUH!!! INI NIHH GARA-GARA MOBIL INI!!!”

Mbak Misyel yang tidak terima disalahkan juga ikut marah. Adegan tunjuk menunjuk pun tak terelakkan.

Pak RT segera turun tangan, mediasi dilakukan di rumah Pak RT, disaksikan beberapa warga.

Akhirnya, Mbak Misyel mengaku salah. Dan mau untuk memindahkan mobil di area parkir khusus agar tak menutupi jalan. Bu Rejeki dan Mbak Misyel saling berjabat tangan.

Keterangan gambar= Toyota Avanza - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas