Mistisme Gamelan Jawa



Dikisahkan seorang putra jawa yang sedang mencari identitas “kejawaannya” singgah di pendopo tua. Syahdan, bertemulah ia dengan mahaguru seraya ia mendengar alunan nada yang bertalu. Sang putra tergugah penasaran, dan jalan merunduk menghadap mahaguru, menyampaikan maksudnya untuk belajar tentang apa gerangan yang bernada indah tadi. Dipilihnya lah kendhang yang bersuara “daaang…daaangg…daaaangg” menggema di pendopo tua itu bersama dengan cerita keadiluhungan jawa dan gamelan yang dikisahkan mahaguru.

Dalam kehidupan, yang muda adalah seorang penabuh, yang tua adalah penentu irama. Karenanya, irama adalah puncak keindahan.

Jawa dan gamelan menjadi satu dalam karsa entitas manusia. Luhur, bijaksana, membentuk harmonisasi dari citra kehidupan. Sang putra bergelora dengan “kejawaan” dan bertekad untuk mencapai kuluhuran budhi yang hakiki.

Catatan kecil :

Seni karawitan mengacu pada musik gamelan klasik yang berakar dari bahasa Sanskerta, “rawit”, yang berarti ‘rumit’ atau ‘dikerjakan dengan baik’. Kata rawit juga yang mengacu pada rasa kehalusan dan keanggunan.

Lokasi pemotretan : Lembah Tumpang, Malang

4 Likes