Miskomunikasi Nonverbal Antarbudaya

Mengapa bahasa tubuh di suatu daerah, diartikan berbeda di daerah lain?

Sudah menjadi impian banyak orang untuk dapat berkunjung ke suatu tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Terkadang, ketika momen tersebut ada dan terjadi di depan mata, kita menjadi ragu dan takut untuk menjalin interaksi dengan mereka para penduduk asal tempat tersebut. Kita akan mengalami culture shock atau gegar budaya ketika berada di suatu tempat yang baru. Kita akan paranoia apakah bisa bertahan hidup sana dengan baik, apakah kita dapat bertukar pesan dan informasi dengan penduduk asli, dan apakah sikap atau pergerakan yang akan kita tunjukkan mungkin salah atau mengganggu mereka, dan sebagainya. Dalam tulisan ini saya akan menyampaikan opini saya, mengapa suatu bahasa tubuh di suatu daerah, diartikan berbeda di daerah lain, sehingga terjadi kesalahpahaman makna antara pendatang dan penduduk asal.

Gestur atau bahasa tubuh adalah termasuk ke dalam komunikasi bukan lisan atau biasa dikenal dengan sebutan komunikasi nonverbal. Selain gestur, hal lain yang termasuk ke dalam komunikasi nonverbal yaitu intonasi atau tekanan kata-kata tertentu, mimik wajah, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima pesan.

Dapat dikatakan bahwa setiap gerakan tubuh memiliki arti dan tidak ada gerakan yang sama sekali kebetulan. Gerakan tubuh akan mewakili pesan yang hendak disampaikan oleh pengirimnya. Suatu daerah tentunya memiliki budaya dan adat yang berbeda dengan budaya lain. Budaya merupakan suatu tatanan kehidupan dan kebiasaan yang telah melekat dalam diri seseorang di masyarakat. Sehingga cenderung berlangsung atau diterapkan terus menerus dari generasi ke generasi.

Budaya yang berbeda antar daerah ini juga menyebabkan komunikasi yang berbeda satu sama lain. Komunikasi merupakan suatu penciptaan makna antara dua orang atau lebih. Sedangkan komunikasi yang terjadi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berbeda bangsa, ras, bahasa, agama, tingkat pendidikan, status sosial atau bahkan jenis kelamin. Dapat dilihat bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berbeda. Jangankan dalam satu latar belakang budaya yang berbeda, terkadang kita ketika berkomunikasi dengan orang lain yang sama budayanya dengan kita juga kadang terjadi suatu bentrokan komunikasi berupa kesalahpahaman, apalagi dengan orang yang berbeda kebudayaan.

Komunikasi dalam budaya tertentu pastinya menyampaikan suatu makna atau maksud tertentu juga. Seperti contoh mimik wajah tersenyum merupakan contoh komunikasi nonverbal dalam suatu budaya yang global. Mengapa saya katakan global, karena makna dari mimik senyuman ini menyampaikan pesan berupa rasa senang atau bahagia akan suatu hal, yang tentunya secara tidak langsung telah disepakati oleh seluruh masyarakat dari berbagai budaya di dunia ini dengan arti maksud yang sama demikian. Lalu, bagaimana jika pesan nonverbal yang disampaikan dari orang yang berbeda budaya, diterima dan diartikan berbeda pula dengan orang dari budaya lain?


Seperti yang telah dituliskan di atas, bahwa budaya adalah suatu hal yang telah melekat dalam diri masyarakat tertentu dalam menyikapi suatu hal. Untuk memperjelas opini ini, perhatikan contoh berikut. Ketika seseorang yang berasal dari Negara Korea Selatan (sebut saja idola K-Pop) membuat tanda dengan jarinya berupa ibu jari dan jari telunjuk yang saling bertumpang tindih, gestur tersebut diartikan sebagai tanda cinta (penggemar K-Pop menyebutnya finger heart atau jari cinta). Jika mereka saling memperagakan finger heart satu sama lain, itu berarti mereka saling mencintai dan menyayangi. Itulah yang terjadi antara mereka yang satu budaya, mereka akan langsung paham dengan bahasa jari tersebut. Berbeda hal nya jika orang Korea menyampaikan finger heart pada orang lain yang berbeda negara dan tentunya berbeda budaya. Mereka akan kebingungan, apa maksud dari bahasa tubuh tersebut. Mari anggap ini adalah komunikasi yang terjadi antara warga Korea Selatan dengan orang berkewarganegaraan Jerman atau Amerika Serikat. Jika orang Amerika Serikat tersebut merupakan pribadi yang anti atau tidak mengikuti perkembangan Korean Popular (K-Pop), maka ia akan bingung dan bahkan memaknai bahasa jari tersebut dengan arti meminta uang. Karena memang itulah yang dipahami oleh mereka, penduduk Amerika Serikat. Jika ibu jari ditempelkan dengan jari telunjuk, maka makna dari pesan nonverbal tersebut adalah meminta uang. Pemahaman budaya itulah yang selama ini melekat pada diri mereka, sehingga memaknai finger heart demikian disertai dengan mengeluarkan uang dari dompet. Satu orang yang berasal dari Korea Selatan, memaknai gestur tersebut dengan arti cinta, satu lagi mengartikannya dengan pesan meminta uang. Perbedaan budaya yang melatarbekalangi keduanya lah yang membuat pemaknaan pesan nonverbal diantara mereka juga berbeda.

Pada akhirnya, saran yang perlu diperhatikan yang dapat saya sampaikan agar tidak takut kesuliatn berkomunikasi dengan masyarakat asing saat berkunjung dari suatu daerah, cobalah sebelumnya untuk mempelajari budaya dan kebiasaan apa saja yang terjadi dalam masyarakat di daerah tujuan tersebut, agar suatu kesalahpahaman
komunikasi dapat terhindarkan.


Jadi, jangan sekali-kali kalian menunjuk dan menggerakan jari telunjuk ke atas pada orang Filipina ya… karena mereka akan tersinggung. Ingin tahu kenapa? Mungkin maksud dari kita (contoh Amerika Serikat dan Indonesia) adalah memanggil orang tersebut untuk mendekati kita, tetapi yang mereka tangkap dari pesan jari tersebut adalah sebuah arti berupa kita seperti mengejek orang tersebut seperti anjing, atau berbicara dengan anjing. Lebih waspada dan pelajari kebiasaan komunikasi dari budaya di berbagai negara lain ya, sobat Youdics! Karena kita pasti tidak menginginkan jika suatu pesan yang kita maksudkan baik, tetapi justru ditangkap dan dimaknai buruk oleh orang lain, bukankah begitu?

Terimakasih Youdics, salam komunikasi!

SUMBER REFERENSI
Littlejohn, Stephen. 1996. Theories of Human Communication . Wadsworth Publishing Company Inc Belmont.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung: Remaja Rosdakarya.

S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D., Tandiyo Pradekso, MA. Realitas Sosial, Budaya, dan Komunikasi . Teori Komunikasi. Modul 8. Universitas Terbuka.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1993. Teori Komunikasi . Jakarta: Universitas Terbuka.

Tubbs, Stewart L & Sylvia Moss. 2000. Human Communication (Prinsip-Prinsip Dasar). Bandung: Rosdakarya.

Sumber gambar: Brightside (Bright Side — Inspiration. Creativity. Wonder.).