Meningkatkan Self-Awareness Melalui Komunikasi Intrapersonal

a2af1072-ea77-45a8-8506-80864735ef9a DUA

Salah satu kunci agar dapat menciptakan hubungan yang harmonis yaitu dengan menjalin komunikasi yang baik. Komunikasi menurut Bernard Berelson & Gary A. Steiner merupakan proses transmisi atau penyaluran informasi, gagasan, keterampilan maupun emosi melalui kata-kata, simbol atau gambar.

Saluran ini dapat diibaratkan seperti sebuah benang yang terbentang, pada ujung benang sebelah kanan terdapat pemberi pesan (komunikator) sedangkan di ujung benang sebelah kiri adalah penerima pesan (komunikan). Komunikasi yang ideal terjadi ketika informasi yang disampaikan dapat dipahami serta menimbulkan hubungan timbal balik antara komunikator dan komunikan.

Komunikasi memiliki beragam tipe salah satunya adalah komunikasi intrapersonal yang berarti komunikasi itu terjadi pada diri pribadi individu. Menurut Judy Pearson dan Paul Nelson (2011) Komunikasi Intrapersonal berupa proses penggunaan pesan untuk menghasilkan makna dalam diri. Penting untuk diketahui, terjalinnya komunikasi yang baik dengan diri sendiri mampu mempengaruhi cara berkomunikasi kita dengan orang lain. Oleh sebab itu komunikasi intrapersonal memegang peranan yang penting selain sebagai alat berkomunikasi yang baik dengan lingkungan agar terjalin hubungan yang harmonis dapat juga sebagai sarana mengenal diri salah satunya dalam meningkatkan kesadaran diri ( Self-Awareness ) tiap individu.

Sebagian besar individu cenderung melakukan hal yang sedang trending agar menjadi populer atau agar tidak ketinggalan jaman, selain itu individu lebih senang memenuhi ekspektasi orang-orang disekitar tanpa mengetahui makna maupun manfaat dari tindakan yang ia lakukan bagi dirinya sendiri. Hal itu menunjukan kurangnya Self-Awareness dalam diri individu tersebut. Kesadaran diri merupakan bentuk dari kecerdasan emosi dimana seorang individu mampu memahami emosi yang sedang dirasakan, mampu menganalisis atau kritis terhadap dirinya, dan sadar dengan keadaannya secara nyata (Mendalu, 2010).

Berdasarkan penelitian dari Dr. Tasha Eurich, terdapat dua tipe kesadaran diri yaitu Internal Self-Awareness (ISA) yakni kemampuan memahami diri sendiri dan External Self-Awareness (ESA) adalah kemampuan memahami bagaimana orang lain melihat diri kita sendiri. Ada empat profil kesadaran diri (1) Seekers memiliki ISA dan ESA yang sama rendah sehingga sering merasakan frustasi karena mengalami stagnansi, (2) Introspector memiliki ISA tinggi tetapi ESA rendah yang menyebabkan seseorang hanya terlalu fokus pada dirinya tanpa memedulikan pendapat dari orang lain, (3) Pleasers memiliki ISA rendah tetapi ESA tinggi, yakni individu cenderung mementingkan kebahagiaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri, dan (4) Aware memiliki ISA dan ESA yang sama-sama tinggi, individu memahami dirinya, mengetahui tujuannya dan mereka tetap menghargai pendapat maupun umpan balik dari orang lain. Berdasarkan empat profil kesadaran diri tersebut sebaiknya kita dapat menyeimbangkan antara internal dan eksternal self-awareness dalam diri agar kita menjadi lebih aware terhadap diri sendiri dan juga lingkungan.

Individu cenderung mengalami kesulitan dalam memahami dirinya sendiri, belum mampu bertindak dengan kesadaran penuh, dan juga belum mampu mengetahui keputusan yang dipilih sudah sesuai dengan dirinya atau tidak sesuai. Hal itu disebabkan oleh beberapa aspek yaitu dimana tindakan kita sering kali berada pada tingkat bawah sadar, terjadi gerakan secara otomatis karena kita kurang meletakan perhatian kita pada inner world ( unconscious ), ada bagian dalam diri kita yang belum dapat kita ketahui seutuhnya dan terkadang baru dapat disadari melalui bantuan orang lain ( Blind Spot ), belum terbiasa melihat kedua sisi dalam diri, kita cenderung hanya melihat sisi positif saja ( Feel-good effect ), dan seringnya melebih-lebihkan diri sendiri padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu ( Cult of Self ).

Kesadaran diri memerlukan perhatian khusus bagi diri kita, peningkatan kesadaran diri bisa dilatih dengan melakukan introspeksi diri karena dengan melakukan introspeksi diri kita telah memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk merenungkan segala pemikiran, perkataan, maupun tindakan yang telah kita lakukan sebelumnya. Ketika kita meluangkan waktu untuk hal itu kita akan mulai menyadari hal-hal yang memang kita perlukan untuk diri kita, bukan hanya sekedar mengikuti perintah atau pilihan yang orang lain jalani yang hanya akan menjadi kesenangan sementara tanpa memiliki makan apapun bagi diri kita, hal itu yang biasanya membuat kita menyesal dan merasa tidak berguna.

Introspeksi diri berarti melakukan pengamatan terhadap diri sendiri, memetik pelajaran dari kesalahan dan memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan agar tidak terulang lagi dimasa depan. Introspeksi diri dapat dilatih melalui komunikasi intrapersonal dalam bentuk melakukan perbincangan dengan diri sendiri atau yang biasa kita kenal dengan Self-talk . Komunikasi dalam bentuk self-talk dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu secara sadar biasanya berupa doa, harapan, cita-cita dan secara tidak sadar yang terjadi spontan (Suseno, 2012:19).

Melakukan Self-talk menyebabkan individu mampu menyadari aspek kepribadian mereka sendiri dengan lebih sadar dalam berpikir, bertindak, dan merasa. Ketika seseorang memulai untuk berbicara dengan diri sendiri maka akan ada dua hal yang dilibatkan yakni dirinya sendiri dan kognitif (pikirannya), apa yang diungkapkan terhadap diri sendiri akan mempengaruhi keadaan jiwa dan kondisi emosi seseorang tersebut karena alam bawah sadarnya telah diperintahkan untuk melakukan sesuatu (Aulia, 2013:24-25).

Introspeksi diri dapat dilakukan secara meluas seperti mulai menanyakan diri sendiri dengan kata tanya ‘Apa?’ contohnya “Apa yang telah saya lakukan selama pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal dirumah saja? Apakah yang saya lakukan sudah bermanfaat atau hanya membuang-buang waktu saja?”. Dengan melakukan self-talk , berbincang dengan diri sendiri dapat membantu kita mengenali diri kita dan sadar akan keberadaannya, mampu mengungkapkan segala pemikiran, keinginan, kelebihan, dan kekurangan dalam diri.

Menjalin hubungan harmonis melalui komunikasi tidak hanya dengan orang lain, hubungan harmonis itu juga dapat kita jalin dengan diri kita sendiri. Self-Awareness merupakan salah satu jalur agar kita bisa memahami diri kita sendiri, meningkatkan Self-Awareness dapat dimulai dengan melakukan introspeksi diri melalui sarana komunikasi Intrapersonal dalam bentuk self-talk , hal itu dilakukan agar kita mampu memahami dan mengetahui apa yang sebenarnya kita inginkan, apa tujuan kita sehingga kita mampu menjalani kehidupan atas kehendak diri kita sendiri, mengetahui makna dari tiap keputusan dan bertanggung jawab sepenuhnya akan hal itu.

Referensi:
Ambar, 2017. Komunikasi Intrapersonal – Pengertian – Proses . [online] PakarKomunikasi.com. Available at: https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-intrapersonal

Ersyafiani, N., 2018. Self-Talk: Seni Berdialog Dengan Diri Sendiri . [online] Pijar Psikologi. Available at: https://pijarpsikologi.org/self-talk-seni-berdialog-dengan-diri-sendiri/

Wulandari, C. (2017). Self-Talk Untuk Mencapai Penerimaan Diri pada Penyandang Disabilitas Netra di Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Netra “Bhakti Candrasa” Surakarta. Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta: Surakarta.

Widari, P. (2018). Self-Talk Untuk Menumbuhkan Kesadaran Diri Penghafal Al-Qur’an Di Wisma Tahfidz Nur Hidayah Pucangan Kartasura. Skripsi. Fakultas Ushuluddin dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta: Surakarta.

2 Likes