Mengurangi *Zoom Fatigue* dengan Berpenampilan Segar selama Telekonferensi

Masa pandemi COVID-19 menyebabkan hampir seluruh kegiatan harus dilakukan secara daring. Salah satu kegiatan yang menjadi lumrah adalah telekonferensi melalui aplikasi seperti Zoom. Bahkan saat ini sedang tren sebutan baru yaitu Zoom Fatigue atau fenomena kelelahan ketika dan setelah telekonferensi. Saat melakukan telekonferensi mata terfokus pada kotak kecil di layar komputer, terdapat potensi mata menjadi jenuh. Salah satu faktor yang dapat mengurangi kejenuhan adalah dengan berpenampilan segar, apakah berpenampilan segar benar-benar bisa membantu mengurangi kelelahan selama telekonferensi?

Pencarian mengenai Zoom Fatigue meningkat drastis sejak bulan Maret 2020, Harvard Business Review mengatakan bahwa kenaikan tersebut dikarenakan perbedaan fokus dalam komunikasi yang dilakukan melalui media telekonferensi.

It’s because they force us to focus more intently on conversations in order to absorb information. Harvard Business Review, 2020

Telekonferensi menuntut peserta untuk dapat mengikuti jalannya perbincangan untuk mendapatkan informasi, berbeda dalam kondisi konferensi biasa. Pada konferensi biasa, peserta dapat mengulangi informasi yang dirasa belum jelas melalui peserta lain tanpa mengganggu jalannya konferensi. Kondisi lain yang dapat memicu kelelahan dalam melakukan telekonferensi adalah adanya kontak langsung secara masif pada pembicara. pada konferensi biasa, peserta hanya bisa melihat beberapa bagian dari wajah pembicara sehingga lebih fokus pada suara yang dikeluarkan oleh pembicara tersebut.

This is because having to engage in a “constant gaze” makes us uncomfortable and tired. Harvard Business Review, 2020

Kelelahan melakukan telekonferensi disebabkan oleh rasa tidak nyaman ketika harus menjadi lebih dekat dengan pembicara dalam video. Untuk menjelaskan hal ini lebih intens, ketika seseorang melakukan telekonferensi apabila mata tidak memandang aplikasi telekonferensi seperti melihat jendela atau hal lain maka dapat dikatakan orang tersebut sudah tidak fokus memperhatikan pembicara. Akan tetapi hal ini juga menjadi paradoks karena dalam telekonferensi perlu adanya jeda untuk menciptakan fokus sehingga otak tidak kelelahan.

Research shows that when you’re on video, you tend to spend the most time gazing at your own face. This can be easily avoided by hiding yourself from view. Still, onscreen distractions go far beyond yourself. Harvard Business Review, 2020

Salah satu saran yang disajikan oleh Fossilen dan Duffy (2020) untuk mengurangi kelelahan dalam melakukan telekonferensi adalah Reduce Onscreen Stimuli. Fossilen dan Duffy (2020) menemukan dari banyak penelitian bahwa ketika melakukan telekonferensi seseorang akan lebih sering melihat wajah. Hal ini juga berpengaruh ketika melihat video orang lain, mata akan lebih memilih melihat selain wajah. Cara untuk mengurangi Zoom Fatigue pada penelitian tersebut dengan memberikan fokus lain pada mata seperti menggunakan aksen atau aksesoris pada wajah dan bahu. Seperti pertanyaan @Bimanantasetyo, salah satu alternatif yang dilakukan adalah dengan membuat tampilan seputar bagian tubuh yang terekam video lebih sedap dipandang.

Memahami cara untuk mengurangi Zoom Fatigue lebih baik dipahami dengan mengetahui penyebab terjadinya. Sklar (2020) melalui artikelnya yang berjudul ‘Zoom fatigue’ is taxing the brain. Here’s why that happens menjelaskan bahwa terdapat dua sisi telekonferensi menggunakan aplikasi Zoom yaitu:

  1. Zoom Gloom


Sumber: Forbes.com

Secara harfiah manusia tetap berkomunikasi walaupun sedang diam. Selama percakapan secara langsung, sebagian otak berfokus pada kata-kata yang sedang diucapkan, tetapi masih terdapat makna tambahan dari bahasa non-verbal. Contohnya seperti apakah ketika berbicara berhadapan atau sedikit berbalik, jika dalam pembicaraan terlihat kegelisahan saat orang lain berbicara, atau bahkan jika mereka menarik nafas dengan cepat sebagai persiapan untuk menyela.

Zoom Gloom yang dimaksud pada faktor ini adalah adanya ketimpangan antara harapan dengan proses hasil ketika melakukan interaksi melalui telekonferensi. Harapan melakukan telekonferensi adalah tetap dapat beraktivitas normal dalam perkuliahan maupun seminar yang membutuhkan forum. Hasil yang didapat melalui telekonferensi tetap sama yaitu dapat terlaksananya kegiatan perkuliahan maupun seminar, akan tetapi proses dalam mencapai pemahaman sulit untuk dicerna melalui satu kali percobaan.

“For somebody who’s really dependent on those non-verbal cues, it can be a big drain not to have them,” Franklin says. Prolonged eye contact has become the strongest facial cue readily available, and it can feel threatening or overly intimate if held too long. Sklar (2020)

Masalah lain adalah ketika menggunakan fitur tampilan multi layar. Seluruh peserta muncul dan melihat tampilan galeri, hal ini menantang penglihatan sentral otak, memaksanya untuk memecahkan kode begitu banyak orang sekaligus sehingga pemahaman dirasa semakin sulit, bahkan pembicara pun tidak mudah dipahami.

  1. Zoom Boon


Sumber: asia.nikken.com

Tetap dapat berinteraksi dengan orang banyak dalam kondisi pandemi COVID-19 merupakan salah satu anugerah meski tidak bertemu secara langsung. Salah satu kelebihan aplikasi Zoom adalah setiap pembicara akan menjadi tampilan utama. Hal ini memberikan keuntungan bagi penyandang disabilitas mental autisme.

Now that the pandemic has pushed his coworkers (Climate Central) to be remote as well, he has observed their video calls lead to fewer people talking and less filler conversation at the beginning and end of each meeting. Upton says his sense of tension and anxiety has been reduced to the point of being negligible. Sklar (2020)

Seseorang dengan autisme memiliki kesulitan menemukan fokus dalam perbincangan banyak arah. Aplikasi Zoom efektif digunakan oleh penyandang autis karena hanya satu pembicara yang ditampilkan. Apabila dalam diskusi pun harus satu persatu dalam membuka suara. Sklar (2020) kemudian memberikan penjelasan bahwa bagaimanapun aplikasi telekonferensi seperti Zoom telah membantu memungkinkan untuk menjaga hubungan jarak jauh, menghubungkan ruang kerja dari jarak jauh, dan bahkan sekarang, di

terlepas dari kelelahan mental yang bisa mereka timbulkan, menumbuhkan rasa kebersamaan selama pandemi.

Referensi

Sklar, Julia. 2020. ‘Zoom fatigue’ is taxing the brain. Here’s why that happens. National Geographic Articles, diakses melalui https://www.judicialcollege.vic.edu.au/sites/default/files/2020-05/Sklar,%20Julia%20(2020)%20-%20National%20Geographic%20-%20‘Zoom%20fatigue%20is%20taxing%20the%20brain.%20Here’s%20why%20that%20happens’.pdf