Mengenal Radiasi Sinar Biru yang Dipancarkan Gawai (Gadget) – Dapatkah Menyebabkan Kebutaan?

https://i1.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2018/01/How-Smartphone-Radiation-Could-Harm-Our-Children-by-Androback.jpg?w=500&ssl=1

Di era Internet of Things (IoT) yang berbasis pada kemajuan dan kecanggihan teknologi digital, manusia menjadi semakin mudah dalam melakukan berbagai kegiatan terutama dalam hal berkomunikasi. Beragam peralatan diciptakan untuk menjamin kemudahan dalam berkomunikasi seperti ponsel cerdas (smartphone), tab, dan berbagai macam gawai (gadget) lainnya. Perkembangan digital tersebut nyatanya bukan hanya memberikan dampak positif, namun ternyata juga memberikan dampak negatif terutama dalam bidang kesehatan. Selain menjadikan seseorang pemalas karena semua telah tersedia dalam genggaman, gawai (gadget) dapat membahayakan indra penglihatan. Penggunaan komputer, laptop, ponsel cerdas, atau alat elektronik lain yang memancarkan radiasi sinar biru akan berdampak pada eye strain. Eye Strain adalah ketegangan pada retina mata yang dapat berdampak pada kerusakan mata.

Spektrum radiasi sinar biru merupakan spektrum yang dapat diterima oleh mata dan juga dapat menyebabkan ketegangan yang berdampak pada kerusakan mata. Kerusakan tersebut dihasilkan dari radikal bebas yang dipicu oleh radiasi sinar biru. Radikal bebas yang dimaksud adalah senyawa-senyawa yang mampu menembus jaringan terdalam mata dan merusak jaringan tersebut seperti debu, bakteri dll3. Resiko ketegangan pada mata akibat gawai digital (digital eye strain) tergantung pada panjang cahaya, intensitas, dan lamanya paparan dari sinar biru. Sinar biru sendiri merupakan sinar yang spektrumnya berada di dekat sinar ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 400-495 nm1. Sedangkan radiasi sinar biru yang dipancarkan oleh piranti elektronik (ponsel cerdas, televisi, komputer, dll) mempunyai panjang gelombang 400-440 nm2.

Beberapa gejala penyakit akibat ketegangan pada mata (digital eye strain) diantaranya adalah sakit kepala (pusing), penglihatan kabur, susah tidur, serta mata terasa kaku dan tegang. Kaitannya dengan kebutaan, ketegangan pada mata menempati peringkat ketiga dalam penyakit penyebab kebutaan1. Hasil penelitian yang di lakukan di Amerika menyatakan bahwa sekitar 60 % orang dewasa mengalami (digital eye strain) yang diakibatkan oleh penggunaan ponsel pintar, televisi, tablet dan beberapa gawai (gadget) lainnya secara terus-menerus1 . Semakin meningkatnya pengguna gawai, maka akan semakin banyak yang menderita gejala digital eye strain. Dari hasil perhitungan peneliti, durasi maksimum dan aman untuk menggunakan ponsel cerdas, laptop, dan berbagai gawai lainnya tanpa henti adalah sepanjang 257 menit atau sekitar 4 jam 17 menit. Setelah durasi maksimum tersebut tercapai, dianjurkan untuk beristirahat tidak melihat gawai selama 2 jam.

Cahaya adalah bentuk dari radiasi elektromagnetik yang membawa energi. Semakin pendek panjang gelombang cahaya (semakin besar frekuensinya), maka akan semakin besar energi yang dibawanya. Sinar biru memiliki panjang gelombang yang pendek dibanding sinar dengan warna lainnya, sehingga sinar biru yang akan membawa energi yang cukup besar. Banyak fakta menyatakan bahwa sinar biru menyebabkan kerusakan pada retina mata, terutama degenerasi makula (Makula adalah daerah kecil yang berbentuk bulat, terletak di bagian belakang retina dengan jarak sejauh 3,5 mm dari temporal dan 0,5 mm lebih kecil terhadap diskus). Degenerasi makula juga disebut sebagai proses penurunan penglihatan pusat mata yaitu kemampuan memandang lurus ke depan. Makula Merupakan bagian dari retina yang berfungsi sebagai penglihatan tengah, penderita degenerasi makula akan mengalami gangguan pada penglihatan sentralnya karena sel pada makulanya sudah rusak akibat paparan sinar biru.

Reseptor retina sangat rentan terhadap cedera yang diakibatkan cahaya. Sinar biru dapat menyebabkan cedera fotokimia di retina. Sinar biru tidak menyebabkan rabun jauh/mata minus, tapi menyebabkan kebutaan. Hal ini dikarenakan penyakit rabut jaun bukan pada bagian retinanya tapi tepat didepan retina mata, sementara sinar biru berdampak pada bagian retina mata. Risiko kerusakan pada mata yang terjadi tergantung dari panjang gelombang cahaya, intensitas, serta durasi paparan. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena digital eye strain s dalam aktivitasnya sehari-hari memakai gawai.

Ada beberapa cara untuk melindungi mata dari radiasi sinar biru selain membatasi lamanya penggunaan gawai. Pastikan melihat layar gawai dari jarak yang sesuai. Jarak dari mata ke layar gawai terutama komputer hendaknya sepanjang ujung jari saat lengan terulur, sedangkan untuk ponsel cerdas sekitar 30-40 cm. Usahakan juga agar posisi gawai lebih rendah dari posisi mata, yaitu membentuk sudut sekitar 15 derajat. Penting juga untuk beristirahat dari penglihatan mata terhadap layar dengan memusatkan perhatian pada sesuatu yang berjarak 6 meter selama 20 detik. Lakukan ini setidaknya setiap 20 menit sekali untuk memberi kesempatan pada mata untuk beristirahat dan mengubah fokus. Jarak yang baik antara mata dengan gadget adalah sekitar 30-40 cm. Beberapa orang juga menikmati kacamata dengan lensa khusus yang membantu merefleksikan atau menyaring cahaya biru. Hal ini dalam rangka agar dapat lebih lama dalam menggunakan komputer dan juga melakukan aktivitas lainnya yang mencakup penggunaan perangkat pemancar radiasi sinar biru.

Sumber:

  1. www.Imbavision.com (diakses 2 Januari 2018)
  2. Roberts JE. Journal Ultraviolet radiation as a risk factor for cataract and macular degeneration. Eye Contact Lens. 2011;37(4):246-9
  3. Godley BF, Shamsi FA, Liang FQ, Jarrett SG, Davies S, Boulton M. Journal Blue light induces mitochondrial DNA damage and free radical production in epithelial cells. J Biol Chem. 2005;280(22): 21061-6.
  4. Shaban H, Richter C. Journal A2E and blue light in the retina: the paradigm of agerelated macular degeneration. Biol Chem. 2002;383(3-4):537-45.
  5. Okuno T, Saito H, Ojima J. Juornal Evaluation of blue light hazards from various light sources. Dev Ophtalmol. 2002;35:104- 12.