Mengapa teori-teori konspirasi sangat diminati?

Apakah covid-19 disebabkan oleh 5G, produk dari program senjata biologis China, dan bahkan sebuah cara agar manusia bisa disisipi mikrochip oleh para penguasa?

Jawabannya adalah Tidak.

Tidak ada bukti bahwa salah satu dari klaim ini benar, tetapi bagi sebagian orang bahwa kurangnya bukti itu sendiri merupakan bukti yang jelas untuk mendukung teori konspirasi yang mereka percayai.

Tidak hanya di Indonesia, di seluruh dunia juga banyak orang yang mempercayai berbagai teori-teori konspirasi tanpa dasar yang jelas maupun hanya menggunakan ilmu cocoklogi.

Mengapa banyak orang yang menyukai teori-teori tersebut dan bahkan mempercayainya diatas ilmu pengetahuan yang sebenarnya?

Joel B. Carnevale Assistant Professor of Management di Syracuse University’s Martin J. Whitman School of Management, yang kerap berfokus pada penelitian perilaku sosial membahas mengenai mengapa orang bisa jatuh pada teori konspirasi.

1. Konspirasi memberikan rasa kontrol pada hal yang tidak terkontrol

Manusia secara alami tidak menyukai ketidakpastian, lebih condong pada hal yang terstruktur dan aturan tersusun dari dunia. Ketika ada krisis atau perubahan cepat, manusia menganggapnya sebagai ancaman.

“Untuk mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan dinamis seperti itu, kita mengembangkan berbagai keterampilan dan strategi seperti kemampuan untuk dengan cepat menemukan dan mengidentifikasi pola untuk memecahkan masalah yang kompleks dan baru,” tulisnya sebagaimana mengutip Express News.

Nah, di situasi sekarang yang belum pasti, kita menggabungkan kemampuan kita dalam pengenalan pola di tengah beragam informasi. Karenanya, menyusun teori-teori sederhana yang diklaim dengan kepastian mutlak lebih mudah dipercaya

2. Konspirasi mengafirmasi bias

“Semakin lama, kita menjadi sangat aman dalam gelembung kita sehingga kita hanya menerima informasi, apakah benar atau tidak, yang sesuai dengan pendapat kita, daripada mendasarkan pendapat kita pada bukti yang ada di luar sana.” ucap mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Konspirasi tidak hanya memaksakan struktur pada lingkungan, tetapi ini juga mengeksploitasi bias kognitif manusia. Teori konspirasi memanfaatkan kerentanan kita terhadap bias konfirmasi, atau kecenderungan untuk lebih menyukai dan memberi bobot lebih besar pada informasi yang menegaskan pandangan kita yang sudah terbentuk sebelumnya.

3. Konspirasi ekspresi dari narsisme

Dengan melimpahruahnya informasi yang bisa diakses dari mana saja, akan mudah bagi seseorang menjadi pengikut paham suatu teori, terutama dalam momen penuh ketidakpastian.

“Orang-orang dengan tingkat narsisme yang tinggi mungkin akan lebih percaya pada teori konspirasi… konspirasi juga menegaskan kehebatan dengan memberi mereka perasaan bahwa mereka memiliki pengetahuan eksklusif yang hanya diketahui oleh sedikit orang,” ujar Carnevale.

Soo kita jangan langsung percaya pada semua teori konspirasi yang ada. Tetap kita harus mencari kebenaran yang ada

Teori konspirasi bukalah fenomena yang baru belakangan ini muncul. Hal ini sudah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lalu. Hal yang sedang marak menyangkut teori praduga ini berhubungan dengan virus corona yang disebut-sebut sebagai senjata biologis dan sengaja disebarkan untuk memenuhi agenda tertentu hingga membuat tatanan dunia yang lebih rapih.

Definisi dari teori konspirasi sendiri adalah keyakinan apabila beberapa kelompok tertentu bertemu secara rahasia untuk membuat rencana tertentu dan melaksanakannya untuk tujuan yang jahat. Banyak peneliti yang menduga jika beberapa mekanisme psikologis yang berasal dari proses evolusi dapat berkontribusi terhadap kepercayaan.

Saat kamu merasa tidak berdaya dan teralienasi dari dunia, akan lebih mudah untuk menarik kepercayaan apabila terdapat kekuatan yang bekerjasama untuk melawan kamu dan kepentingan yang ada. Setelah kepercayaan tersebut mengakar, bias kognitif dan jalan pintas secara mental dapat memperkuat teori konspirasi.

Topik ini menarik ya karena membahas tentang teori konspirasi dan aku merupakan salah satu orang yang menyukai teori konspirasi, akan tetapi aku gak percaya 100% pada teori tersebut. Ada beberapa hal kenapa orang sangat menyukai teori konspirasi, yakni :

  1. Alasan epistemik. Alasan epistemik mengacu pada keinginan untuk memperoleh kepastian dan pemahaman. Di tengah kondisi yang membingungkan, kacau, berbahaya, atau penuh ketidakpastian, orang jadi ingin memahami sekaligus terdorong untuk menjelaskan apa yang terjadi. Dengan percaya teori konspirasi, seseorang jadi bisa membangun pemahaman yang konsisten, stabil, dan jelas akan suatu permasalahan.
  2. Alasan eksistensial. Menurut studi lain, orang percaya teori konspirasi agar lebih aman dan terkendali. Saat orang merasa terancam, mendeteksi bahaya dapat meredakan kecemasan. Menurut penelitian yang memahami motivasi eksistensial ini, ada bukti percaya pada teori konspirasi dapat membantu seseorang merasakan kontrol pada sesuatu. Tak pelak, banyak orang tertarik teori konspirasi sebagai cara untuk memahami dunia dan merasa bisa mengendalikan nasib mereka sendiri.
  3. Alasan sosial. Orang dapat termotivasi percaya pada teori konspirasi karena alasan sosial. Sejumlah ahli menyimpulkan, dengan percaya pada konspirasi yang menggambarkan seseorang atau kelompok sebagai oposisi, mereka jadi merasa lebih baik. Orang yang percaya teori konspirasi juga merasa mereka adalah “pahlawan” dari suatu cerita. Sedangkan orang yang tidak sependapat adalah “musuh”. Secara sosial, orang jadi mudah percaya teori konspirasi saat jagoan politiknya kalah, status sosialnya lebih rendah, dikucilkan dari sekitar, punya prasangka pada kelompok yang kuat.
Summary

Kompas.com

Dimana ada fenomena besar, pasti di situ ada teori konspirasi yang muncul. Tak hanya di Indonesia yang gemar mengonsumsi teori-teori, di belahan dunia manapun banyak juga yang lebih meletakkan keyakinannya pada teori konspirasi. Teori konspirasi ada karena dibangun dan dibentuk sedemikian rupa oleh orang-orang yang tidak percaya begitu saja dengan fakta rasional. Dengan alasan-alasan yang menarik dan mengguncang, teori konspirasi mampu menarik perhatian orang awam, terutama pada orang-orang yang pada awal sudah kontra dengan suatu fakta.

Seringnya teori konspirasi terkesan mengada-ada dan tidak masuk akal. Tetapi kenapa masih saja ada orang yang percaya? Jawaban sederhananya adalah fakta dan argumen rasional tidak terlalu bagus untuk mengubah keyakinan orang. Salah satu alasan mengapa teori konspirasi muncul dengan keteraturan seperti itu adalah karena keinginan kita untuk memaksakan struktur pada dunia dan kemampuan luar biasa untuk mengenali pola. Sebuah penelitiann menunjukkan korelasi antara kebutuhan individu akan struktur dan kecenderungan untuk percaya pada teori konspirasi. Manusia suka menghubungkan antar unsur hingga mencapai titik pola tertentu. Tampaknya kebutuhan kita akan struktur dan keterampilan pengenalan pola kita bisa menjadi agak terlalu aktif, sehingga menyebabkan kecenderungan untuk melihat pola. Contoh sederhananya seperti rasi bintang, awan yang terlihat seperti anjing dan vaksin yang menyebabkan autisme (padahal sebenarnya tidak ada). Ditambah dengan kondisi masyarakat kita yang gampang dicekoki dengan pernyataan-pernyataan yang unik dan sepihak dengannya saja, teori konspirasi akan mudah menjamur di masyarakat.

Referensi

Why people believe in conspiracy theories – and how to change their minds

Alasan lain mengapa kita begitu mudah percaya pada teori konspirasi adalah kita ini binatang sosial dan status kita dalam masyarakat jauh lebih penting (dari sebuah sudut pandang evolusioner) ketimbang kebenaran. Oleh karena itulah kita terus-menerus membandingkan perbuatan dan keyakinan kita dengan teman-teman sebaya kita, dan kemudian mengubah perbuatan dan keyakinan itu agar sesuai. Ini artinya jika kelompok sosial kita meyakini sesuatu, kita cenderung akan mengikuti kawanan kita.