Mengapa perlu mengetahui tentang patogenesis dan patofisiologi dalam pengendalian penyakit?

Mengapa perlu mengetahui tentang patogenesis dan patofisiologi dalam pengendalian penyakit ?

Patogenesis merupakan proses masuknya agent ke dalam tubuh host yang meliputi proses perkembangan agent, perubahan struktur agent, hingga efek yang ditimbulkan oleh agent. Maka dari itu SKM perlu mengetahui apa itu patogenesis untuk dapat memutus rantai perkembangbiakan di dalam tubuh host, selain itu dengan kita mengetahui tahapan-tahapan patogenesis suatu penyakit kita dapat mencegah atau memperlambat terjadinya stadium lanjut yang ditimbulkan dari aktivitas agent di dalam tubuh host.

Patofisiologis merupakan perubahan gangguan/fungsi-fungsi organ tubuh akibat aktivitas agent di dalam tubuh host. Maka dari itu sebagai SKM harus mengetahui patofisiologis agar tidak salah dalam mendiagnosa suatu penyakit akibat gangguan fungsi-fungsi dalam tubuh. Dengan kita mengetahui patofisiologis suatu penyakit, kita dapat mendiagnosa suatu penyakit dan mencegah gangguan fungsi-fungsi tubuh yang mungkin ditimbulkan lebih lanjut.

Inti dari keduanya adalah dengan kita mengetahui patogenesis dan patofisiologis , kita dapat mengetahui perkembangan stadium agent dan gangguan fungsi tubuh yang diitimbulkan. Dengan begitu sebagai tenaga kesehatan nantinya tidak salah dalam mendiagnosis suatu penyakit dan melakukan suatu tindakan pencegahan sedini mungkin.

Patogenesis dan patofisiologi dalam pengendalian penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan-kelainan organ tubuh lain penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.

Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak dikarenakan adanya proses infeksi. Bahkan sebagian penelitian menyebutkan bahwa orang yang mulai terkena Penyakit Tidak Menular ini tidak merasakan adanya gejala. Sehingga banyak orang yang baru menyadarinya ketika Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut sudah dalam keadaan parah. Penyakit non infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh mikroorganisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam terjadinya PTM.

Pada penyakit menular diistilakan dengan Etiologi dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan Faktor Risiko.

Pengertian dari faktor resiko itu adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari faktor resiko inilah yang kemudian dijadikan dasar penentuan tindakan pencegahan dan penanggulangan. Sehingga dalam epidemiologi penyakit tidak menular dipakai istilah faktor risiko bukan etiologi karena bukan menyangkut penyakit infeksi.

Kegunaan faktor resiko ini, pada dasarnya untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini penyakit tidak menular. Misalnya :

  1. Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
  2. Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya factor resiko dapat menjadikannya sebagai factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan factor pengganggu sehingga factor resiko itu adalah factor penyebab.
  3. Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose.

Perlu juga untuk mengetahui tentang riwayat alamiah penyakit. Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit. Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :

  1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
  2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
  3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
  4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah tampak.

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit.

Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :

  1. Fase sebelum sakit
    Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan primer ( primary prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/ penyebab), host (pejamu) dan environtment (lingkungan).

    Pada tahap prepatogenesis ini responden memiliki ciri-ciri : responden masih berada dalam keadaan normal/sehat. Sudah terjadi paparan faktor pencetus penyebab terjadinya penyakit namun belum ada tanda-tanda responden terkena penyait.

  2. Fase selama proses sakit
    Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali seorang terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.