Mengapa pengobatan tuberculosis membutuhkan waktu yang lama?

Obat tuberkulosis harus diminum dalam jangka waktu yang lama dan harus rutin agar bisa sembuh total. Jangka waktunya berkisar 6 bulan, hingga lebih. Mengapa dibutuhkan waktu yang lama untuk mengobati tuberculosis?

Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi terhadap obat. Dokter akan memberikan obat dengan komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien.

Obat Tuberkulosis yang biasa digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri Tuberkulosis yang resisten, biasanya dokter memberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat tersebut.

Dengan kontrol rutin setiap minggu, perkembangan kesehatan pasien Tuberkulosis akan dievaluasi oleh dokter atau tenaga kesehatan. Keluhan yang berkurang dan kenaikan berat badan menunjukkan perkembangan yang baik. Pasien Tuberkulosis harus selalu didampingi oleh pendamping meminum obat (PMO) setiap kali minum obat. Ini sangat penting karena ada kecenderungan pasien berhenti minum obat karena gejalanya telah hilang.

Setelah minum obat anti Tuberkulosis (OAT) biasanya gejala Tuberkulosis bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu.

Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari Tuberkulosis diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan dengan teratur tanpa terputus. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti minum obat adalah munculnya kuman Tuberkulosis yang resisten (kebal) terhadap obat. Jika ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TB akan semakin sulit dilaksanakan.

Mengapa harus 6 bulan ?

Bakteri penyebab TBC, M. tuberculosis, adalah jenis bakteri yang tahan terhadap asam. Begitu masuk ke dalam tubuh, bakteri ini bisa “tertidur” lama alias berada di fase “dorman” — mereka tetap ada di dalam tubuh, namun tidak aktif berkembang biak. Padahal, kebanyakan antibiotik justru berfungsi saat bakteri ada di fase aktif. Fase dorman inilah yang diduga membuat bakteri kebal terhadap efek obat antibiotik (resisten antibiotik).

Memang, kebanyakan bakteri penyebab TB akan mati saat pengobatan berjalan di minggu kedelapan, tapi beberapa bakteri yang masih “tertidur” dan sudah kebal obat tetap memerlukan pengobatan lebih lanjut. Apabila tidak diobati, kemungkinan penyakit TBC Anda bisa kambuh, ditambah dengan risiko kuman yang menyerangnya menjadi semakin kebal terhadap obat.

Oleh karena itu, pengobatan TB memerlukan waktu yang lama dengan kombinasi beberapa macam antibiotik yang memiliki cara kerja berbeda. Tujuannya adalah untuk membunuh bakteri yang aktif sekaligus yang masih “tertidur” dan yang sudah resisten.

Selama pengobatan, pasien akan diperiksa dahaknya pada akhir bulan ke-2, 5 dan akhir pengobatan. Jika BTA tetap positif pada bulan ke-5 atau akhir pengobatan, maka disebut pasien gagal. Jika pada bulan ke-2 pengobatan, pasien berhenti minum obat selama 2 bulan atau lebih disebut pasien default (DO). Jika pasien yang telah dinyatakan sembuh atau telah menjalani pengobatan lengkap selama 6-7 bulan, datang kembali dengan keluhan serupa. Setelah dilakukan pemeriksaan dahak hasilnya BTA positif, maka pasien dinyatakan kambuh.

Ketiga kelompok pasien tersebut akan mendapatkan pengobatan kategori 2 selama 8-9 bulan, dengan suntikan streptomisin setiap hari selama 2 bulan pada fase intensive.