Mengapa pembuatan Candi Borobudur bisa simetris ?


Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga

Struktur Candi Borobudur boleh dikatakan sempurna, dalam artian memiliki beberapa geometri yang rumit. Berbeda dengan piramida di mesir yang bentuknya hanya piramid dan batuan penyusunnya lebih banyak kubus / balok, batuan penyusun candi borobudur ini tidak hanya berupa kubus saja, melainkan bulat / melingkar, segitiga, jajaran genjang 3D dan sebagainya.

Lantas bagaimana batu-batu yang ada di Candi Borobudur bisa simetris?

Nah bagi anda yang pernah terjun dalam bidang Teknik Bangunan ( misal membantu membangun rumah ortu / rumah sendiri ), anda akan mengenal berbagai perkakas pertukangan. Dari mulai yang sederhana misal palu, gergaji, penggaris segitiga, level meter dan sebagainya. sampai alat modern yang baru ditemukan abad 19 misal gerinda untuk memotong keramik, bor listrik untuk mengebor beton dan sebagainya.

Hal ini dibuktikan manakala kita memasang keramik untuk lantai atau dinding. Dimana jika memakai palu dan pahat batu, tukang yang berpengalaman 10 tahun sekalipun bisa dipastikan tidak akan bisa memotong keramik dengan menyesuaikan pilar yang berbentuk melingkar (tabung)

Teknologi modern menyajikan jawabannya yaitu gerinda pemotong keramik, yang mata potongnya terbuat dari besi yang diberi intan kecil-kecil didalamnya ( gergaji besi saja tidak akan sanggup menggores keramik, apalagi memotongnya. sehingga dibutuhkan unsur logam / batuan yang lebih keras dari keramik)

Sehingga kesimpulan sederhanyanya adalah…

Batu penyusun Candi Borobudur, minimal membutuhkan gerinda dengan mata potong besi dan intan.