Mengapa netizen suka julid?


Netizen +62 pasti tahu betul apa itu julid. Julid sendiri memiliki artian suka menghakimi, menggosipkan dan membicarakan orang lain tanpa mengetahui hal yang sebenarnya. Tapi mengapa netizen Indonesia ini suka sekali sama yang namanya julid? Dari berita artis, politik, bahkan sekarang agama pun tidak lepas dari kejulidan netizen. Rasanya, hampir semua topik yang ada di Indonesia tidak lepas dari nyinyiran warga +62 ini. Menurut kalian kenapa hal ini terjadi? Kenapa netizen Indonesia suka julid sama orang lain?

1 Like

Kalau menurutku sendiri karena adanya budaya pada diri kita yang melekat pada “suka ngurusin orang” sehingga muncullah kebiasaan orang lain yang membuat mereka merasa berhak untuk melontarkan komentar yang bersifat ‘ nyinyir’ tak jarang.

Terlebih jika kolom komentarnya ramai, semakin dia merasa aman untuk ikut dan berani ikut berkomentar. Jadi semisal budaya kita adalah orang-orang yang acuh, saling menghargai dan tidak mengurusi kehidupan orang lain secara berlebihan aku rasa ga bakal ada terciptanya bibit-bibit generasi yang suka melontarkan opini tanpa unsur yang membangun.

1 Like

Setuju sekali sama kak @Mayang_Saftiani mengenai budaya yang sudah ada pada masyarakat kita yang terlalu suka mencampuri kehidupan orang lain. Sedikit/ kurangnya kegiatan yang mereka lakukan di kehidupan sehari-hari menjadi faktor utama mereka melakukan aksinya untuk ikut campur permasalahan orang lain, ketidak bijakan serta kurangnya pengetahuan mengenai etika dasar dalam menggunakan sosial media juga mendukung faktor tersebut.

Tidak ada yang mempermasalahkan kita untuk menjadi pribadi yang kritis untuk beropini, tapi ketika kita sudah diberikan kebebasan untuk beropini gunakanlah kesempatan itu dengan bijak. Mulai dari memilih mana konten yang perlu untuk dikomentari dan mana konten yang seharusnya tidak perlu kita komentari. Mengeluarkan pendapat pribadi juga ada aturannya, diusahakan untuk tidak menghakimi, atau bahkan memaki.

Jadi menurutku alasan netizen suka julid ini merupakan kekurang tahuan mereka terhadap adab dan etika dalam menggunakan sosial media untuk beropini. Terlebih untuk membuat akun palsu sangatlah mudah, dan itu membuat mereka lebih seenaknya dalam berkomentar karena menggunakan akun annonim tersebut.

Mungkin netizen lebih merasa senang untuk berfokus pada masalah orang lain sehingga dirinya bisa lupa dengan masalah yang ia hadapi. Dengan melihat kehidupan orang lain lebih susah dan menekankannya lewat kata-kata kebencian, bisa muncul perasaan bahwa ia lebih baik dari yang dicemooh.

Ungkapan julid di media sosial sudah tidak asing lagi, terlebih media sosial saat ini menjadi salah satu sumber informasi yang dapat diakses oleh siapa saja. Nah sayangnya, informasi yang dipaparkan di media sosial dapat menimbulkan iri hati, rasa cemas, dan khawatir.