Mengapa minat baca masyarakat di Indonesia sangat rendah?

Membaca adalah jendela dunia, karena dengan membaca maka manusia dapat mengetahui banyak hal yang tidak diketahuinya. Kemampuan dan kemauan membaca akan mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin banyak membaca dapat dipastikan seseorang akan semakin banyak tahu dan banyak bisa, artinya banyaknya pengetahuan seseorang akan membantu dirinya dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak dikuasainya, sehingga seseorang yang banyak membaca memiliki kualitas yang lebih dari orang yang sedikit membaca.

Menurut data statistik dari UNESCO, yang terdiri dari 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100%. Data ini jelas menunjukkan bahwa tingginya minat baca di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Kemudian, dilansir dari data penelitian yang dilakukan United Nations Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Penmbangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6%. Persentase ini jauh lebih rendah daripada Malaysia yang mencapai angka 28% dan Singapura yang mencapai angka 33%. Sungguh ironis memang bila melihat gambaran diatas. Dan itulah mengapa alasan negara Indonesia mudah sekali “di luluh lantakkan” serang hoax yang dengan cepat menyebar di tengah masyarakat. Tak jarang, kegaduhan yang terjadi sering kali diakibatkan informasi palsu/hoax yang begitu mudahnya masyarakat kita mempercayainya tanpa mengecek kebenarannya. Disinilah peran penting membaca dalam menjaga stabilitas dan kondusifitas masyaratakat

Menurut kalian, mengapa fenomena ini bisa terjadi? Lantas, bagaimana meningkatkan minat baca seseorang? Tulis pendapat kalian di kolom komentar yaa.

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dengan tujuan untuk menambah wawasan/pengetahuan bagi pembacanya. Berdasarkan data yang menunjukan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah, hal tersebut sesuai dengan apa yang aku amati. Aku melihat masih banyak orang yang tidak gemar dalam membaca, bahkan ketika ada yang membaca buku di tempat umum seperti café pun masih dianggap suatu hal yang tidak biasa. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran untuk mendidik anak agar hobi dalam membaca buku, sehingga membaca buku menjadi suatu hal yang menurut mereka membosankan dibandingkan dengan bermain gadget.

Menurut Tahmidaten & Krismanto (2020), berikut beberapa hal yang mendorong rendahnya kemampuan & budaya baca siswa di Indonesia:

  1. Salah persepsi tentang konsep kemampuan membaca pada sebagian besar masyarakat termasuk siswa dan guru
  2. Pengembangan kemampuan membaca masih dipersepsikan sebagai bagian dari tanggung jawab mata pelajaran bahasa saja.
  3. Proses pembelajaran sekolah dasar masih belum memanfaatkan model, metode, strategi dan media pembelajaran yang beragam dan sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman
  4. Bahan bacaan, kegiatan pembelajaran dan soal-soal latihan/evaluasi yang ada pada bahan ajar di sekolah cenderung masih berkutat pada keterampilan berpikir tingkat rendah (low order thinking)
  5. Belum maksimalnya sarana prasarana dan pelayanan perpustakaan sekolah sebagai pusat pengembangan kemampuan membaca siswa.

Menurut Wahyuni (2010), berikut merupakan solusi dalam mengatasi rendahnya minat dan kemampuan membaca.

  1. Membiasakan anak membaca sejak dini
  2. Menyediakan buku yang menarik
  3. Menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca
  4. Memperbaiki penampilan perupustakaan agar menarik
  5. Mengembangkan model pembelajaran membaca yang menyenangkan, bervariasi, dan mendidik.
Suber

Krismanto, Wawan. Tahmidaten, Lilik. 2020. Permasalahan Budaya Membaca di Indonesia (Studi Pustaka Tentang Problematika & Solusinya). 10(1): 22-23

Wahyuni, Sri. 2010. Menumbuhkembangkan Minat Baca Menuju Masyarakat Literat. 17(1)

Membaca merupakan salah satu aktivitas yang cukup fundamental dalam proses belajar dan pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang bisa dilihat dari cara seseorang memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya dalam memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Dengan membaca kita dapat menambah pengetahuan, menganalisa suatu permasalahan hingga mengambil keputusan dengan tepat dan baik (Setyawatira, 2020).

Hasil riset berjudul World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61) (Kominfo, 2017). Alasan minat baca masyarakat Indonesia rendah adalah (Witanto, 2018):

  • Belum adanya penanaman kebiasaan membaca sejak dini
  • Akses fasilitas pendidikan belum merata dan minimnya kualitas sarana pendidikan’
  • Masih kurangnya produksi buku di Indonesia karena dampak dari belum berkembangnya penerbit di daerah, insentif bagi produsen buku yang dirasakan belum adil, dan wajib pajak bagi penulis yang mendapatkan royalti rendah sehingga memadamkan motivasi mereka untuk melahirkan buku berkualitas

Sedangkan solusi untuk meningkatkan minat baca adalah (Andina, 2016):

  • Mengajari anak kemampuan membaca sejak dini
  • Memperbanyak ragam buku bacaan di perpustakaan sekolah dan membiasakan anak meminjam buku di perpustakaan, dengan membebaskan anak memilih bacaan setiap minggunya
  • Tetap melanjutkan kebijakan kewajiban membaca 15 menit buku non pelajaran bagi siswa;
  • Pengembangan perpustakaan di berbagai pelosok untuk memudahkan akses, seperti perpustakaan keliling, perpustakaan desa, dan lain-lain.
Sumber

Andina, E. (2016). MEMOTIVASI MINAT BACA. Dalam Majalah Info Singkat Kesejahteraan Sosial , 8 (22). www.pengkajian.dpr.go.id

Kominfo. (2017). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos . https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

Setyawatira, R. (2020). Kondisi Minat Baca Di Indonesia. Media Pustakawan , 16 , 28–33.

Witanto, J. (2018). Minat Baca Yang Sangat Rendah. Publikasi .

Ada beberapa faktor yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Pertama, belum ada kebiasaan membaca yang ditanamkan sejak dini. Role model anak di keluarga adalah orang tua dan anak-anak biasanya mengikuti kebiasaan orang tua. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengajarkan kebiasaan membaca menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan literasi anak.

Biasanya kita sering mendengar kata membaca sebagai hobi, sehingga orang masih menganggap sepele akan pentingnya membaca. Paradigma inilah yang harus diubah untuk menjadikan membaca sebagai kewajiban.

Kedua, akses ke fasilitas pendidikan belum merata dan minimnya kualitas sarana pendidikan. Sudah menjadi fakta bahwa kita masih melihat banyak anak yang putus sekolah, sarana pendidikan yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar, dan panjangnya rantai birokrasi dalam dunia pendidikan. Hal inilah yang secara tidak langsung menghambat perkembangan kualitas literasi di Indonesia.

Terakhir adalah masih kurangnya produksi buku di Indonesia sebagai dampak dari belum berkembangnya penerbit di daerah, insentif bagi produsen buku dirasa belum adil, dan wajib pajak bagi penulis yang mendapatkan royalti rendah sehingga memadamkan motivasi mereka untuk melahirkan buku berkualitas.

Saya berharap, Melalui peringatan Hari Literasi Internasional diharapkan ada perhatian dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan membenahi prasarana pendidikan secara merata agar semua orang bisa mendapatkan akses yang sama.

UNESCO menyebutkan Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca orang Indonesia masih sangat rendah. Riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Ternyata penyebab rendah minat dan kebiasaan membaca itu karena kurangnya akses, terutama untuk masyarakat Indonesia yang berada di daerah terpencil. Hal itu merupakan salah satu yang terungkap dari Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengungkapkan, anak di Indonesia timur menghadapi tantangan multisektoral, salah satunya karena kesenjangan pendidikan dan kemampuan dasar. Salah satu faktor pemicunya adalah kurangnya fasilitas, seperti buku bacaan dan perpustakaan.

Hal-hal yang bisa ditingkatkan kembali agar minat baca rakyat Indonesia di semua kalangan bisa lebih tinggi :

  1. Mengintegrasi perpustakaan di setiap tingkatan daerah
  2. Bekerja sama dengan Posyandu untuk meningkatkan literasi anak usia dini
  3. Membuat program membaca bagi siswa sekolah
  4. Memanfaatkan teknologi untuk mengakses bahan bacaan elektronik