Mengapa mendengarkan berpengaruh terhadap psikologis yang sehat terhadap seseorang?

poster esai 2

Apakah kita akan tetap mendengarkan orang lain walaupun mereka orang yang tak dikenal? Apakah mendengarkan itu sendiri berpengaruh secara signifikan? Bagaimana kaitannya dengan psikologis seseorang? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul jika kita berbicara mengenai efek mendengarkan bagi seseorang. Dalam esai ini kita akan mengulas mengenai beberapa argumen saya yang mengatakan bahwa mendengarkan dan menjadi tempat curhat orang lain banyak menimbulkan berbagai macam kondisi psikologis yang sehat pada seseorang.

Sebelum memahami lebih dalam esai ini alangkah baiknya jika kita memahami arti mendengarkan. Mendengarkan berarti merespon atau menerima bunyi secara disengaja. Menurut Burhan (1971:81) mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang diakatakan orang lain kepadanya. Mendengarkan merupakan suatu hal yang dapat kita lakukan dengan semua orang yang kita temui seperti, teman-teman, keluarga, orang-orang penting lainnya, orang-orang baru dalam hidup kita dan bahkan diri kita sendiri. Semakin hari mendengarkan masih dipandang sebelah mata oleh sebagian banyak. Sudah lazim diketahui bahwa manusia lebih suka berbicara daripada mendengarkan, orang-orang cenderung terpaku pada perspektif dan pendapatnya sehingga pembicaraan orang lain tak didengar padahal mendengarkan orang lain merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi psikologis yang sehat terhadap seseorang. Menurut WHO (Mental health: strengthening our response, 2018) ciri-ciri sehat mental di mana seseorang menyadari kemampuannya sendiri dapat mengatasi tekanan dikehidupannya, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya, dan dapat mengekspresikan emosinya.

Mendengarkan merupakan seni sehingga sangat butuh kesabaran yang luar biasa pada seseorang. Menjadi pendengar yang baik sangat sulit dan mendengarkan merupakan salah satu kunci dari komunikasi. Kita tidak akan bisa membalas pembicaraan orang lain jika tidak mendengarnya terlebih dahulu. Orang yang berbagi ceritanya kepada kita, biasanya percaya terhadap kita. Dengarkanlah dengan seksama sehingga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman. Sikap yang kita lakukan adalah tetap menjaga kerahasiaan cerita dari orang tersebut jika ia tidak ingin diketahui banyak orang. Dengan demikian, ia akan berpikir masih ada orang yang dapat dipercaya untuk menjadi tempat cerita dan keluh kesahnya ia tidak akan merasa kesepian sehingga itu akan mendukung psikologis yang sehat pada orang tersebut. Meskipun belum tentu kita memberikan solusi tetapi membuat hati orang yang bercerita menjadi tenang, damai dan keluhannya tersampaikan.

Mendengarkan orang lain dengan rasa perhatian dan kesadaran penuh juga akan memberikan orang lain ruang untuk berbagi ceritanya tanpa adanya gangguan. Berbagi sedikit ruang akan membantu mental seseorang agar ia dapat membangun dunia sosialnya, merasakan penerimaan di lingkungan sosialnya, meningkatkan keberanian dan bisa menjadikan seseorang yang ekspresif. Sikap kita dalam hal ini adalah selalu mencoba memfokuskan dirinya pada pembicara karena secara tidak langsung memberikan dukungan sosial kepada pembicara. Menurut Dr. David Spiegel (MacCormick, 2017) bahwa dukungan sosial dapat membantu seseorang membangun ketahanan terhadap stres dan berguna untuk perubahan diri pada seseorang terhadap lingkungannya. Dengan adanya perasaan bahwa ia mendapatkan penerimaan sosial ini akan membantu munculnya psikologis yang sehat.

Ketika kita mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian tadi orang yang bercerita akan merasa dihormati sehingga mereka akan menganggap kita sebagai pribadi yang sopan kemudian mereka pun tidak akan segan menerima kita dalam kelompoknya dan orang yang dipercayainya. Kita bisa menjalin pertemanan bahkan bisa menjadi sahabat yang baik dengannya. Menurut Psikolog klinis dan psikoterapis Henry Wirawan (Kata Psikolog, Ini Manfaat Curhat ke Sahabat, 2015) “Memiliki sahabat adalah salah satu kekayaan batin manusia. Persahabatan menjadikan manusia lebih sehat mental, karena di dalam persahabatan setidaknya dua orang dapat berbagi, yaitu berbagi suka maupun duka, berbagi cerita maupun materi”. Jadi, menjalin pertemanan apalagi menjadi sahabat dapat membantu orang lain terbuka pada dirinya maupun lingkungan. Itu akan membantu kesehatan mental orang tersebut karena ada perasaan bahwa ia tidak sendirian.

Menjadi pendengar yang baik dapat membangun citra yang baik bagi kita, membuat kita terlihat bijaksana dan lebih berpengetahuan. Karena disitulah kita terlihat sebagai orang yang penasaran dan tertarik pada orang tersebut. Disaat orang melihat kita sebagai pribadi yang seperti itu akan menaikkan harga diri, dan self-efficacy kita sehingga dapat menimbulkan mental yang sehat. Self-efficacy (Perdana, 2019) adalah sejauh mana kita punya keyakinan atas kapasitas yang kita miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy atau juga, sejauhmana kita meyakini kapasitas kita dalam menangani urusan tertentu. Semakin tinggi self-efficacy individu, semakin tinggi pula penetapan tujuan yang ingin diraih, kepercayan dirinya dan semakin kuat pula komitmennya terhadap tujuan tersebut.

Ketika kita mendengarkan dengan baik, kita tidak akan sengaja mengambil beberapa komponen gaya pembicara dan bagaimana orang tersebut membentuk argumen dan menyajikan informasi. Akibatnya, kita akan memiliki kemampuan untuk menganalisis apa yang menurut kita baik untuk kita contohnya seperti bagaimana pidato yang baik, menyampaikan pendapat yang baik. Dengan bertambahnya kemampuan tersebut akan menambah kebanggaan pada diri sendiri bahkan bisa membanggakan orang lain. Pembanggaan dari orang lain bisa menyebabkan pujian dari orang lain sehingga akan membuat kita senang. Rasa senang itulah yang bisa memunculkan mental yang sehat pada seseorang.

Pendengar yang baik harus mendengarkan pembicara dengan seksama sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman antara sesama sehingga perspektif atau pendapatnya dapat disalurkan dengan baik. Jika kita memotong pembicaraan orang lain apalagi tidak memberikan perhatian yang penuh kita akan melukai hati si pembicara. Sebab ini yang akan mengakibatkan pembicara bahkan pendengar menjadi pribadi yang tertutup dan kurang ekspresif. Pembicara yang tak didengar semakin lama menjauhi kita dan dampaknya kita akan kehilangan seorang teman dan kita akan merasa kesepian bahkan bisa menimbulkan stres padahal stres salah satu gejala yang dapat menimbulkan lemahnya mental seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Lehman, Himstreet, dan Baty (1996) dalam dunia pekerjaan kebanyakan para manajer dalam setiap harinya menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking) dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Mendengarkan menjadi begitu penting sebagaimana berbicara atau berpidato di hadapan audiens. Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain: Disukai orang lain, prestasi kerja yang meningkat, membuka ide-ide baru dan kreativitas seseorang. United States Department of Labor Secretary’s Commission on Achieving Necessary Skills (Moulesong, Listening skills are an important part of effective communication, 2019) mengatakan bahwa mereka mengidentifikasi lima kompetensi dan tiga keterampilan dasar yang penting bagi mereka yang memasuki dunia kerja. Keterampilan mendengarkan merupakan salah satu keterampilan dasar yang diidentifikasi oleh SCAN sebagai keterampilan yang sangat penting. Kemampuan untuk mendengarkan dengan cermat memungkinkan pekerja untuk lebih memahami tugas yang diberikan kepada mereka. Mereka dapat memahami apa yang diharapkan dari mereka oleh manajemen mereka. Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan kepuasan kerja pada seseorang sehingga dalam menjalani pekerjaanya ia tak merasa terbebani dan akan melahirkan mental yang sehat.

Dari pemaparan diatas, saya menarik kesimpulan bahwa faktor-faktor dan alasan dari pentingnya mendengarkan tersebut ternyata bisa berdampak banyak pada psikologis seseorang. Mendengarkan masih dianggap sepele padahal merupakan salah satu faktor penting dalam dunia sosial apalagi berkaitan dengan mental seseorang. Dengan saling mendengarkan, akan tercipta sebuah keharmonisan bagi diri dan lingkungan kita juga melahirkan sebuah mental yang sehat dan kuat dikarenakan masih ada orang yang mendengarkan dan membagi ruang untuk berbagi cerita. Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika orang saling mendengarkan.

REFERENSI

2 Likes