Mengapa memohon perlindungan kepada Allah swt atau Isti'adzah sangat penting ?

Setan adalah musuh nyata

lsti’adzah adalah meminta perlindungan kepada Allah dari bahaya kepercayaan (i’tiqad), bahaya yang timbul dari gerak-gerik manusia di kehidupannya yang merusak agama dan bahaya penyakit yang ada pada badan manusia.

Mengapa memohon perlindungan kepada Allah swt atau Isti’adzah sangat penting ?

Segala kebaikan dan kemudahan adalah menjadi idaman setiap manusia untuk mendapatkannya, ketika segala keburukan dan kejahatan menjadi perkara yang ingin dihindari oleh setiap manusia. Oleh sebab itu, kata-kata a 'udzu bi Allah akan menolak segala keburukan baik rohani maupun jasmani.

Dengan kata lain bahwa seseorang yang mengucap a 'udzu bi Allah, ia menolak tiga bagian keburukan, yaitu:

  • Keburukan kejahilan yang tidak terhitung banyaknya.

  • Keburukan perbuatan fasik, yaitu perbuatan yang bertentangan dengan agama.

  • Keburukan perkara-perkara yang dibenci, segala penyakit dan segala perkara yang ditakuti.

Perasaan ingin mendapatkan kebaikan dan kemudahan sebanyak-banyaknya dan benci terhadap keburukan dan kejahatan itulah yang mendorong manusia meminta perlindungan kepada Allah swt agar segala keburukan dan kejahatan tidak akan menimpa dirinya.

Apa yang diungkapkan oleh seorang muslim dalam kalimat Isti’adzah secara khusus ditujukan untuk menghadapi setan yang tidak nampak wujudnya, yaitu setan yang dikenal dari kalangan jin. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan siasat dalam menghadapi setan dari kalangan manusia dan setan dari kalangan jin.

Menghadapi setan yang berwujud manusia, diperintahkan melakukan kebaikan untuk membujuknya agar kembali ke tabiatnya yang lurus dan tidak mengganggu lagi. Namun menghadapi setan yang berasal dari kalangan jin, diperintahkan untuk ber-Isti’adzah, karena mereka tidak bisa menerima suap dan hati mereka tidak tergugah dengan sikap dan perlakuan baik manusia, sebab pada dasarnya tabiat asal mereka adalah tabiat jahat, dan tidak ada yang bisa melindungi kita dari mereka selain yang menciptakan mereka: Allah Azza wa .lalla.

Isti’adzah diperintahkan tidak lain untuk mendapatkan perlindungan total Allah swt dengan makna spiritual yang amat substantif. Oleh karena itu, bila tidak sanggup meraih makna hakikinya, maka Isti’adzah yang diucapkan tidak lebih dari sebuah bacaan yang lafaz-Iafaznya tersusun rapi, lalu kemudian hanya menjadi ucapan sehari-hari yang tak bermakna.

Bagaimana meraih makna hakiki Isti’adzah?

Sayyid Abdul Husain Dasteghib menyebutkan lima syarat Isti’adzah yaitu: taqwa, tadzakkur (mengingat Allah), tawakkal (bersandar kepada Allah), ikhlas (ketulusan) dan tawadhu (merendahkan diri).

Imam Ali bin Abi Thalib dalam Naly’ al-Baldghah menyebutkan:

  • Taqwa ibarat seorang penunggang kuda yang ahli dengan kuda terlatih, kendali dan kontrolnya diarahkan dengan mudah menuju pilihannya.

  • Tadzakkur (Mengingat Allah) adalah penyandaran diri sepenuh hati bahwa Dia selalu mengamati, mengawasi dan sadar akan status sebagai hamba-Nya, dan sebagai konsekuensinya, apa yang diperintahkan Allah ia kerjakan dan apa yang dilarangNya ia jauhi.

  • Tawakkal (berserah kepada Allah) berasal dari kata wikalah (perwakilan). Seorang mukmin wajib tawakkal kepada Allah, karena seluruh urusannya berada di tangan Allah. Ketawakkalan tidak cukup hanya pada lisan saja dengan mengatakan, Aku pasrahkan segala urusanku kepada Allah, tetapi harus menjelma dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

  • Ikhlas adalah penyucian amalan dari segala kotoran. Ikhlas adalah perwujudan kesempurnaan dalam perjalanan ruhani. Hati yang ikhlas akan menampung cahaya-cahaya Ilahiah dan dari hati tersebut akan tersingkap hikmah dan ilmu melalui lisan.

  • Tawadhu (merendahkan diri); maksudnya merasa hina, hanya membutuhkan Allah, meyakini keselamatan dan bermohon hanya pada Nya. Seorang hamba yang sadar sepenuh hati tentang kekuasaan dan keagungan Allah swt, ia pasti tunduk merendahkan diri di hadapan-Nya, ia merasa malu atas kelemahan dan keterbatasan dirinya.

Memohon perlindungan Allah akan tercermin pada diri seseorang yang merendahkan diri. Dengan ketidakmampuan membela diri menghadapi musuh yang begitu kuat dan ketidakmamapuan membebaskan diri dari pengaruhnya, seseorang pasti akan memanggil-manggil Tuhan yang Maba Kuasa lagi Maha Penyayang untuk memohon perlindungan dari-Nya.

Isti’adzah atau memohon perlindungan Allah swt merupakan jalan satu-satunya bagi siapa saja menghindar dari jangkauan setan. Setiap orang harus berhati-hati agar jangan sampai dirinya dikuasai setan. Sekalipun berada dalam kondisi kebaikan, terbiasa melakukan amal ibadah, dan selalu berniat mendekatkan diri kepada Allah, tetapi siapa yang mengetahui bahwa semua itu berasal dari bisikan setan, bukan hidayah ar-Rahman. Mungkin secara lahiriah, penampilan dan perilaku seseorang begitu bagus, tetapi hakikat hatinya telah membusuk.