Mengapa Kita Tidak Bisa Lepas dari Handphone?

Di zaman sekarang, kebanyakan orang akan mengecek telepon genggam saat menunggu. Mungkin Anda seringkali geram ketika telepon bergetar tapi tak bisa langsung mengecek isinya? Mungkin juga Anda termasuk orang yang buru-buru mengecek telepon genggam ketika ada notifikasi?

Itu adalah dorongan kompulsif yang sulit diredam oleh sebagian besar dari kita. Namun menurut Sharon Begley, penulis buku “Can’t Just Stop: An Investigation of Compulsions”, ada alasan psikologis di balik itu.

Penelitian dari tahun 1950-an menunjukkan bahwa karena dopamin menyenangkan, kesenangan itu membuat orang menjadi kecanduan. Tapi sekarang kita tahu lebih banyak. Begley menuturkan bahwa apa yang muncul dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa sirkuit dopamin sebenarnya memprediksi berapa banyak Anda akan menyukai sesuatu dan berapa banyak kesenangan yang akan didapat. Kemudian sirkuit dopamin memperhitungkan berapa banyak realitas sesuai dengan prediksi atau sebaliknya.

“Saat kenyataan tak sesuai ekspektasi, kita merasakan penurunan drastis dopamin. Rasanya tak menyenangkan, jadi kita berusaha melakukan sesuatu yang kembali membuat realitas sesuai ekspektasi,” tulis dia sebagaimana dikutip laman Independen.

Jadi yang membuat orang tak bisa berhenti mengecek telepon genggam sebenarnya bukan denting notifikasi yang membuat kita buru-buru ingin memeriksa pesan, tapi antisipasi terhadap hal itu. Dia percaya bila kita ingin lebih mandiri dari telepon genggam maka kita harus mengenali sumber kecemasan itu.

Tanyakan pada diri sendiri: “Memangnya gawat kalau saya tidak segera membaca pesan teks?” “Memangnya sangat gawat jika saya membaca teks atau email sejam sekali atau bahkan pada akhir hari?”

Anda harus berlatih perlahan dengan memisahkan diri dari telepon genggam, dimulai dari hanya sejam, kemudian selama makan malam, lalu coba tidak langsung mengeceknya tiap pagi.

sumber: republika.co.id

Nomophibia (no mobile phone phobia), Kelainan Psikologis Akibat Ketergantungan terhadap Ponsel

Sebuah studi yang dilakukan oleh SecurEnvoy, menyatakan bahwa sebanyak 66 persen dari objek penelitian terbukti mengalami nomophibia. Menariknya, wanita lebih memiliki ketakutan kehilangan ponsel dibandingkan pria.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Personal and Ubiquitous Computing menemukan bahwa para responden mengecek ponsel mereka rata-rata 34 kali sehari.

Lookout Mobile Security, perusahaan software keamanan telepon genggam, juga melakukan penelitian yang menemukan bahwa 50 persen responden mengaku merasa gelisah jika ponsel mereka tidak ada di dekat mereka.

Ketika mereka ditanya mengenai barang yang akan diselamatan saat terjadi kebakaran, mereka menjadikan ponsel sebagai prioritas utama, menyusul kemudian dompet dan passport.

Ramani Durvasula, seorang psikolog, menyatakan bahwa ketakutan akan kehilangan informasi penting adalah awal mula terbentuknya nomophobia. Namun, itu menjadi masalah psikologis atau patologis jika ketakutan tersebut berubah menjadi gangguan yang membuat penderita mengalami kecemasan yang tidak beralasan.

Ramani menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk mengatasi nomophobia, yaitu ; meninggalkan ponsel dan tidak mengecek email atau SMS, lalu belajar untuk menoleransi kecemasan yang muncul.

Kecemasan tersebut meningkat menjadi stres yang mengharuskan penderita menekan ketakutan tersebut dan belajar untuk tidak bergantung kepada ponselnya.

Nomophibia memang dapat berdampak serius bagi individu yang mengalaminya, selain permasalahan psikologis, juga akan berdampak pada produktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dr. Elizabeth Waterman dari Morningside Recovery Center di California menyatakan bahwa hubungan penderita nomophobia dengan dunia luar secara otomatis juga akan mengalami gangguan.

Untuk mengatasi nomophobia, diperlukan sebuah pusat rehabilitasi untuk pemulihan bagi penderita nomophobia yang bertujuan untuk :

  • Membantu mengenali tanda-tanda dan gejala nomophobia
  • Mengeksplorasi akar psikologis dan kerentanan emosionalnya
  • Memulihkan kembali kondisi psikologis penderita.

Kecanduan dengan teknologi dan sosial media, termasuk twitter, facebook, sms maupun chatting juga perlu diperhatikan, mengingat kecanduan tersebut dianggap setara dengan jenis ketergantungan terhadap tembakau dan alkohol meskipun tidak menimbulkan penyakit serius.

“Kecanduan smartphone juga dapat mencuri kebahagian Anda, mengganggu perkembangan anak dan menurunkan nilai akademik siswa,” Dr. Deepika Chopra, Psikolog

Penelitian dari Universitas Derby tentang “Kecanduan Smartphone dan Karakteristik Psikologis” menyatakan bahwa semakin banyak waktu orang main handphone maka semakin tinggi resiko kecanduan smartphone.

Dr. Deepika Chopra melihat ada hubungan yang kuat antara media sosial dengan waktu yang dihabiskan bermain smartphone. Semakin banyak aplikasi media sosial yang ada pada smartphone anda maka semakin besar kemungkinan anda menghabiskan banyak waktu bermain smartphone.

Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kecanduan bermain smartphone :

  • Matikan Pemberitahuan/notifikasi, ketika ada notifikasi, maka kecenderungan anda untuk melihat pesan akan semakin tinggi. Sebisa mungkin jauhkan smartphone anda ketika anda tidak terlalu membutuhkannya

  • Mengetahui waktu yang dihabiskan bersama handphone. Dengan mengetahui berapa lama anda menggunakan smartphone anda, maka anda dapat menilai tingkat kecanduan diri anda terhadap smartphone. Saat ini rata-rata orang 3,6 jam per hari menghabiskan waktu dengan teleponnya.
    Gunakan aplikasi QualityTime untuk Android, Moment untuk iOs atau aplikasi-aplikasi lainnya yang sejenis

  • Istirahat sejenak dengan teknologi. Dr. Larry D Rosen, profesor psikologi dari California State University menyarankan untuk istirahat sejenak dengan teknologi. Caranya adalah dengan memberikan jeda waktu untuk melihat smartphone. Awalnya mulai dari 1 menit, kemudian berlanjut, ke 5 menit dan seterusnya untuk mengecek ponsel Anda. Hal ini menjauhkan diri Anda dari ketergantungan ponsel.

Menurut Profesor Cary Cooper, Pakar psikologi di Lancaster University, Inggris menyebutkan “menjadi subjek aliran data yang konstan atau overload informasi menghadirkan resiko nyata ketidak pedulian terhadap informasi yang benar - benar diperlukan dan menjadikan Anda kurang mengontrol kehidupan.”

Hal yang harus diperhatikan adalah, tidak semua informasi yang ada ketika kita berinteraksi di smartphone adalah informasi yang berguna untuk kita, sehingga cara terbaik, menurut saya, adalah dengan pandai memilih dan memilah informasi yang memang berguna untuk kita. Informasi yang tidak penting, sebaiknya di-skip saja.

Selain itu, yang bisa kita lakukan untuk meminimalkan ketergantungan kita dengan smartphone adalah dengan :

  • Memperbanyak berbicara secara langsung dengan orang lain. Ber-sosial-isasi secara langsung mempunyai dampak yang sangat berbeda dibandingakn bersosialisasi dengan menggunakan smartphone.

  • Menggunakan smartphone pada waktu yang tepat. Smartphone hanyalah sebuah tool, atau alat bantu, yang berguna untuk membantu kita agar dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Sehingga, dengan memahami tujuan dari menggunakan smartphone, maka kita dapat menggunakan smartphone di saat yang tepat.

  • Memperbanyak ber-aktivitas di dunia nyata, misalnya dengan ber-olahraga, ber-kebun atau hal-hal lainnya

Be a smart people not a dumb people with smartphone

Menjadi smart people merupakan cara terbaik mengalahkan ketergantungan kita dalam menggunakan smartphone.

Smart people tidak membuang-buang waktunya hanya untuk melihat/membaca informasi yang tidak terlalu penting bagi dirinya. Dumb people lebih suka menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang kurang beguna, misalnya ber-gosip

Smart people tahu kapan waktunya menggunakan smartphone. Dumb people menggunakan smartphone tidak pada tempatnya, misalnya ketika menggunakan kendaraan bermotor.

Smart people tahu mana yang penting dan mana yang tidak penting. Dumb people menggunakan waktunya hanya untuk kesenangan.

Oleh karena itu, seharusnya smartphone hanya digunakan oleh smart people, karena kalau digunakan oleh dumb people akan berbahaya, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi orang lain.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan terkait penggunaan smartphone adalah :

  • Menggunakan smartphone dalam keadaan sadar. Apakah anda menggunakan smartphone karena sedang kesepian, sedang bosan, melarikan diri dari kehidupan nyata atau karena anda merasa lebih dihargai di dunia maya dibandingkan dunia nyata ?
    Dengan menyadari kondisi anda ketika menggunakan smartphone, maka anda dapat mengetahui permasalahan anda mengapa anda lebih sering berlama-lama dalam menggunakan smartphone.

  • Kuatkanlah diri anda ketika smartphone anda berbunyi. Entah karena notifikasi pesan atau yang lainnya. Lebih baik lagi kalau anda menonaktifkan smartphone anda atau minimal men-silence smartphone anda.

  • Disiplin dalam menggunakan smartphone. Jangan lagi menggunakan smartphone ketika berkendara atau ketika sedang menghadiri rapat. Gunakan smartphone anda di saat anda benar-benar membutuhkan.