Mengapa Kita Harus Selalu Berdoa Kepada Allah SWT?

Berdoa kepada Allah swt

Berdoa kepada Allah SWT adalah salah satu cara yang dianjurkan oleh ajaran Islam sebagai tanda bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Bagaimana pendapat anda ?

Kita selaku hamba Allah hendaklah berdoa dan mcmohon kepadaNya, sebab ini adalah pertanda bahwa kita adalah makhlukNya yang tidak dapat melepaskan diri daripadaNya. Dan barangsiapa yang tidak merasa perlu memohon kepada Allah, maka dia adalah hamba-hambaNya yang sombong.

Allah berfirman dalam AI-Quran sebagai berikut:

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Al-Mukmin: 60)

Kita harus berdoa kepada Allah s.w.t. dan Allah akan memperkenankan doa kita. Kita boleh memohon sesuatu kepadaNya, tetapi Tuhanlah yang berhak menentukan pada apa yang kita pilih. Sebab kita tidak mengetahui apakah sesuatu yang kita mohon itu baik di sisi Allah atau tidak.

Karena itu meskipun di dalam hidup kita berusaha mengatasi kehidupan dengan meraih rezeki yang halal, janganlah kita lupa pada Allah terkait dengan persoalan yang kita hadapi, dengan jalan mematuhi ajaran-ajaran agamaNya.

Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:

“… Dan boleh jadi kamu kurang menyukai sesuatu sedang ia amat baik untukmu; dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Tuhan menngetahui kamu tidak tahu.” (Al-Baqarah: 216)

Karena itu maka manusia dalam berdoa kepada Allah terbagi dalam 3 bagian.

  • Sebagian manusia dalam berdoa atau memohon sesuatu kepada Allah, menyerahkan diri kepadaNya, terserah kepada Allah, tentang apa yang lebih baik diperkenankan olehNya. Ia akan mencapai keridhaan Allah, selalu ada hubungannya dengan Allah, apakah maksudnya diperkenankan oleh Allah ataukah tidak. Hatinya tidak berpaling dari Allah meskipun doanya lambat makbul (diperkenankan oleh Allah s.w.t.).

  • Sebagian manusia berdoa kepada Allah dengan kepercayaan, bahwa Allah akan memegang teguh janjiNya, bahwa Tuhan tidak akan menyalahi janji, sebagaimana firmanNya, dalam Surat Al-Mukmin. Apabila doanya lambat diperkenankan oleh Allah, maka ia menganggap hal itu disebabkan karena ia tidak sunguh-sungguh melaksanakan doanya itu. Atau mungkin karena syarat-syarat dalam berdoa tidak dipenuhinya, seperti tidak memakan harta yang haram, mematuhi perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

    Oleh karena itu, kadang-kadang harapannya timbul lagi, agar Allah memperkenankan doanya. Dan apabila Allah telah menyampaikan maksudnya, maka hatinya gembira dan bersyukur kepada Allah.

  • Sebagian manusia memohon sesuatu kepada Allah swt, tetapi ia mempunyai kesalahan-kesalahan dengan meninggalkan sebagian apa yang diperintahkan oleh agama, atau mengerjakan sebagian larangannya, di samping itu pula hatinya lalai atau tidak sejalan seperti doa yang diucapkan. Maka orang ini apabila doanya lambat dikabulkan oleh Allah s.w.t., muncul keragu-raguan dalam hatinya bahwa Allah akan menepati janjinya, lantas ia menjadi bingung, atau bahkan menimbulkan putus asa.

    Orang begini adalah orang yang paling rugi, karena itu kita berlindung kepada Allah semoga kita tidak jatuh dalam golongan ini.

Kita harus yakin bahwa doa kita pasti diperkenankan oleh Allah. Hal ini dapat kita pelajari dari Hadis Nabi Muhammad s.a.w. berikut :

Dari Abi Sa’id Al-Khudry r.a., bahwa telah bersabda Nabi Muhammad s.a.w.: Tidak ada orang Muslim yang membaca doa di mana tidak ada pada doanya itu hal-hal yang menimbulkan dosa dan memutuskan hubungan silaturrahmi, melainkan Allah pasti memberikan kepada orang itu dengan doanya, salah satu dari 3 macam:

  1. Adakala Allah segera memperkenankan doanya.
  2. Adakala doanya itu dijadikan oleh Allah sebagai simpanan orang tersebut, untuk pahalanya di akhirat.
  3. Adakala Allah memalingkan daripada orang tersebut tertimpa kejahatan (bala dan malapetaka) sesuai dengan doanya.

Bertanya para sahabat: Kalau begitu baik kita memperbanyak doa!

Berkata Nabi:

Allah s.w.t. akan memperbanyak (pemberianNya). (Hadis riwayat Imam Ahmad dengan rawi-rawinya yang bagus, dan riwayat Al-Hakim.

Dari Hadis ini dapat kita ambil kesimpulan, bahwa apabila doa kita baik dan bagus, tidak ada tujuan-tujuan yang jelek padanya, maka Allah akan memperkenankannya. Cuma perlu kita mengetahui, bahwa kita sebaik-baiknya jangan ada maksud cepat-cepat pada doa kita untuk dikabulkan oleh Allah.

Serahkanlah saja kepada Allah, dan Allah lebih tahu bila waktunya doa kita diperkenankan olehNya. Karena itu maka Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda:

“Doa salah satu kamu akan dikabulkan oleh Allah asal saja seseorang itu tidak buru-buru, lalu ia mengatakan: Aku telah berdoa, tetapi doaku belum dikabulkan.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dan ahli-ahli Hadis lainnya)

Ketahuilah oleh kita sekalian, bahwa Nabi Musa dan Nabi Harun pernah berdoa kepada Allah, supaya Allah mencabut segala nikmat yang diberikan olehNya kepada Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, sebab Fir’aun dan pengikutnya mempergunakan pemberian-pemberian Allah itu untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar yaitu jalan Iman dan Islam.

Firman Allah dalam Al-Quran sebagai berikut:

“Dan berkata Musa: Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau telah berikan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya berupa perhiasan kekayaan, dan kehidupan duniawi. Wahai Tuhan kami! Dengan kekayaan itu mereka sesatkan ummat! Binasakanlah harta mereka dan tutuplah hati mereka. Karena mereka tidak akan beriman sebelum mereka melihat siksaan yang pedih.” (Yunus: 88)

Demikian doa Musa dan Harun, tetapi doa kedua Nabi ini baru diperkenankan oleh Allah setelah 40 tahun kemudian. Setelah itulah, maka Allah memperkenankan doa tadi sebagaimana firmanNya lagi dalam Al-Quran:

“Tuhan mengatakan sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, sebab itu tetaplah berjalan lurus ( dalam mengembangkan seruan kebenaran) dan jangan diturut jalan orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Yunus: 89)

Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah merumuskan dalam Kalam Hikmah yang ke-6 sebagai berikut:

Terlambat datangnya pemberian (Allah), meski sudah dimohonkan berulang-ulang, janganlah membuatmu patah harapan. Karena dia telah menjamin untuk mengabulkan permintaanmu sesuai dengan apa yang Dia pilihkan untukmu, bukan menurut keinginan engkau sendiri. Juga dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan

Dalam rumusan Kalam Hikmah di atas, diterangkan bahwa Allah s.w.t., memperkenankan doa kita, sesuai pada apa yang dipilih oleh Allah, dan bukan pada sesuatu yang kita pilih buat diri kita. Demikian juga dalam masalah waktu, Allah memperkenankan doa dalam waktu yang Ia kehendaki, dan bukan dalam waktu yang kita kehendaki.

Pada suatu hari seorang laki-laki datang berziarah pada ulama Tasawuf bernama Abul Abbas Al-Mirsy r.a. Para waktu itu beliau dalam waktu sakit. Berkata laki-laki itu kepada beliau:

“Mudah-mudahan Allah menyembuhkan tuan!”

Beliau diam dan tidak menjawab apa-apa, kemudian si laki-laki tadi berkata lagi:

“Semoga Allah menyembuhkan tuan!”

Maka menjawab Syeikh Abul Abbas Al-Mirsy: Aku tidak memohon kepada Allah kesehatan, sebab aku sudah lama memohon kepada Allah tentang kesehatan saya, dan apa yang aku rasakan sekarang dari penyakitku adalah kesehatan dan keselamatan. Lihatlah Rasulullah s.a.w. sesungguhnya beliau telah memohon kepada Allah agar beliau diberikan kesehatan dan keselamatan, tetapi di samping itu Nabi bersabda:

“Senantiasa makanan Khaibar (makanan yang mengandung racun yang telah termakan oleh beliau), selalu mengganggu kesehatan saya, dan sekarang sungguh telah hilang lenyap kebingungan saya.”

Demikian juga Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq r.a., beliau telah memohon kesehatan dan keselamatan kepada Allah, tetapi kemudian Abu Bakar AsSiddiq meninggal dunia disebabkan keracunan. Juga Saiyidina Umar bin AlKhaththab r.a. permohonan beliau adalah sama dengan Nabi dan Abu Bakar, tetapi beliau meninggal dunia dengan jalan aniaya pada waktu beliau sedang sembahyang, dan manusia sedang bermakmum pada beliau. Maka demikian pula Saiyidina Usman r.a. telah meninggal dunia dengan jalan terbunuh. Demikian juga nasib dan keadaan Saiyidina Ali r.a.

Kemudian Abul Abbas Al-Mirsy melanjutkan perkataannya: “Apabila engkau memohon kepada Allah s.w.t. kesehatan dan keselamatan, mohonlah kepadaNya di mana Ia lebih mengetahui, bahwa sesuatu itu adalah kesehatan dan keselamatan untukmu!”

Karena itu, maka wajiblah kita selaku hamba Allah, menyerahkan diri kepadaNya, bahwa sesuatu yang baik itu adalah pada apa yang la kehendaki dan pilihkan buat kita, meskipun itu bertentangan dengan maksud kita.

Kita jangan sampai putus asa dengan sebab Allah lambat mengabulkan doa kita, hendaklah kita tetap selalu memohon dan berdoa kepadaNya. Dalam satu Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah s.a. w. bersabda:

“Telah berkata Malaikat Jibril a.s.: Hai Tuhan! Engkau sampaikan maksud dan hajat hambaMu si fulan … Maka Tuhan menjawab: Biarkan hambaKu itu, karena Aku cinta mendengar suaranya (yang selalu bermohon kepadaKu) ! “

Maka dari ini semua, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa doa kita baru dikatakan mustajab apabila Tuhan mengabulkan doa kita itu dengan ridhaNya dan pilihanNya, bukan pilihan kita, dan pada waktu yang Ia kehendaki, bukan pada waktu yang kita kehendaki, sebab amal ibadah apa pun saja, kebagusannya adalah melihat kepada penghabisannya (khatimahnya). Apakah husnul khatimah (diakhiri dengan baik menurut Allah) ataukah suul khatimah (tidak baik pada akhirnya).

Dan kita berlindung kepada Allah dari doa yang mengakibatkan kepada kita tidak baik pada penghabisannya.

Mudah-mudahan Allah s.w.t. memperkenankan segala doa-doa kita, demi kebaikan kita sekalian, dunia akhirat.

Referensi : Abuya Syeikh Prof. Dr. Tgk, Chiek. H. dan Muhibbuddin Muhammad Waly Al-Khalidy, 2017, Al-Hikam Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf Jilid 1, Al-Waliyah Publishing