Mengapa kita harus bahagia ditengah pandemi?

Anjuran #dirumahsaja semasa pandemi banyak mengubah aspek kehidupan kita. Baik dari segi aktivitas fisik maupun psikis. mulai dari cara kita bekerja, berhubungan sosial, menghibur diri sampai ke cara beribadah. Apalagi puasa Ramadhan kali ini rasanya pasti sangat beda bukan daritahun-tahun sebelumnya? Nah kondisi yang sangat memprihatinkan akibat terus meluasnya wabah virus Covid-19. melalui surat edaran kemenag no.6 tahun 2020 pemerintah mengirim panduan ibadah ramadhan dan idul fitri di tengah pandemi Covid-19.

Persebaran Covid-19 yang begitu cepat dan masif menjadikan kita lebih berhati-hati.bagaimana tidak, bagi saya sendiri sangat banyak berubah semenjak pandemi ini. Wajar rasanya untuk marah dan tidak terima, karena aktifitas yang biasa dilakukan sekarang menjadi mengalami hambatan. Kondisi ini bikin aktifitas kita terbatas karena himbauan pemerintah untuk menjaga jarak dan berdiam diri di rumah sebagai langkah paling penting buat mutusin mata rantai penyebaran dari virus ini. Jadi kita harus melakukan karantina mandiri mengingat pentingnya kesadaran untuk memutus mata rantai Covid-19.

​Kira-kira sebulan saya sudah menjalani karantina madiri ini. Kalo kita tengok ke belakang, Bagi saya dan kalian biasanya beberapa hal tampak sepele dilakukan secara otomatis. sekarang menjadikan kita secara perlahan lebih ‘aware’ hal-hal kecil. Sebagai contoh ketika kita baru saja memegang sebuah benda seperti gagang pintu atau sebuah donat yang tersaji di depan kita, mungkin kebanyakan dari kita tanpa berpikir untuk mencuci tangan terlebih dahululangsung melahap makanan itu dengan tangan yang kita tidak tau bersih kotornya. Contoh lain, misalnya, di hari biasa, beberapa keluarga hanya mencuci ala kadarnya barang belanjaan dari luar rumah kayak bahan rempah-rempah atausayur, kita masih sering mengabaikan dan tidak membersihkan sengat teliti. serta masih banyak contoh aktifitas lain yang dulu kita lakukan secara otomatis tanpa berpikir lebih sadar.

Hampir setiap hari saya selalu memikirkan kapan pandemi ini akan berakhir. Wifi yang semakin lelet karena banyak orang yang menggunakan untuk keperluan kerja. Kuota-kuota termakan habis. Pulsa lenyap. bahkan saya sering lupa untuk mengingat tanggal dan hari.

COVID-19 bukan hanya mengancam kesehatan fisik, tetapi juga telah mengancam kesehatan mental banyak orang. Hampir setiap saat saya menonton tv, saya selalu dicekoki dengan berita dan informasi seputar COVID-19 yang menyeramkan. Ya gak heran sih banyak masyarakat mengalami gangguan mental di tengah pandemi penyakit yang ditimbulkan oleh virus COVID-19. Ngerasa gak sih kita kadang gampang banget kepancing emosi, cemas berlebihan, dan sebagainya. Nah dikutip dari pakar allianz.

“Kecemasan dan gangguan mental ini kemudian akan menimbulkan ketidakseimbangan di otak, yang pada akhirnya timbul menjadi gangguan psikis, atau disebut juga psikosomatik. Ketika seseorang mengalami gejala psikosomatik, maka ia bisa merasakan gejala seperti penyakit COVID-19, yakni merasa demam, pusing, atau sakit tenggorokan, padahal suhu tubuhnya normal”.

Apalagi orang yang sudah tua atau lansia, mereka lebih mudah cemas, marah, stres, dan gelisah.
Saya prihatin dengan tenaga medis dan pasien COVID-19. Karena masyarakat kadang kala memberikan stigma negatif dan mengahakimi penyebar atau penular virus tersebut. Seharusnya yang sebaiknya dilakukan adalah memberi semangat dan dukungan bagi siapa saja yang terdampak. Seperti pasien, keluarganya, serta masyarakat sekitar. Ditambah menyebarkan berita positif. Bagi saya, stigma lebih berbahaya dari COVID-19 itu sendiri. Stigma adalah musuh yang sangat berbahaya.

Indonesia negara dimana kita tinggak ini makin diperparah dengan stigma terhadap orang yang berhubungan langsung dengan virus ini baik masyarakat atau tenaga kesehatan, Seperti yang dikisahkan Riki Rachman Permana, 29 tahun kepada tirto.id , dari Jawa Barat. Pekerjaan sebagai petugas Imigrasi Bandara Soekarno Hatta membuatnya sering bersentuhan dengan banyak orang dari berbagai penjuru dunia.

​Ada berbagai cara yang menurut saya cukup ampuh menghindari tekanan ditengah pandemi seperti ini. kreativitas yang mana mendadak tumbuh di tengah-tengah kegetiran ini aktifitas seperti memasak menu-menu unik, membuat kopi dalgona, bercocok tanam di halaman rumah, mengulas film setiap habis menonton, membuat cerita-cerita pendek, sampai berekpspresi di aplikasi tiktok. Dimana yang lain juga memilih olahraga untuk mengisi waktu luang atau menghabiskan waktu kita bersama keluarga. Wah“quality time”dengan orang-orang terdekat sangat ampuh bagi saya.Lakukan apa yang kita sukai sangat membantu bagi saya dibanding harus mencari hiburan lewat televisi yang mana kadang banyak “hoax” dan hanya membuat kesal dalam hati melihat berita COVID-19. Cukup banyak juga orang yang turun langsung sebagai relawan atau membuat penggalangan dana di media sosial. Hal ini yang patut menjadi contoh bagi kita bagaimana harus saling mendukung, tolong menolong ditengah kondisi ini.

Segala jenis kegiatan kini pindah ke aplikasi seperti “Zoom”atau “Google Hangouts”. Menurut saya, akan lebih bijak kita memanfaatkan waktu dengan hal yang bermanfaat untuk sekitar kita seperi menjadi tutor online secara sukarela. Dengan banyaknya siswa yang belajar di rumah ini bisa membantu mereka dalam menyerap materi dan mengasah skill kita juga lo. Sekarang banyak yang membutuhkan sukarelawan pengajar/tutor. Agar siswa tetap bisa belajar dan tidak ketinggalan pelajaran.

Ada lagi nih yaitu dengan mengikuti kursus online yang disediakan oleh banyak ‘platform’ saat ini. Apalagi gratis, sayang banget kalo nggak kita maksimalin. Penting untuk selalu diingat yaitu selalu kebaikan dan manfaat kok dari sesuatu yang baru. Siapa tau nantinya skill tersebut membantu atau malah jadi keahlian kita kedepannya. Opsi bermain game juga menjadi pilihan banyak orang untuk menghabiskan waktu mereka di rumah, Jujur saja, sebagai seorang gamer, saya memainkan “the sims”. kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi kecil kita di game. Punya rumah mewah, beli baju keren, punya mobil yang disuka, bisa desain rumah sesuka hati, pacarin yang paling cantik di desa, bisa menentukan apa yang dimau. Cukup menghibur bagi saya karena kita bisa melakukan apa saja yang tidak bisa kita lakukan di dunia nyata.

Bermain game bisa menjadi hobi yang sehat untuk orang-orang selama masa karantina karena membantu menghilangkan stres dan rasa khawatir. Kegiatan ini menyediakan beberapa pelarian yang sangat dibutuhkan di tengah ketidakpastian seperti saat ini.

“Kita berada pada momen krusial di tengah pandemik. Perusahaan gime punya audiens global, kami mendorong mereka untuk #PlayApartTogether,” tulis Duta Besar WHO untuk strategi global, Ray Chambers.

Di masa karantina ini saya rasa dengan ‘berdiam diri’ di rumah, ada banyak hal yang awalnya sepele kemudian malah menjadikan fokus perhatian kita bertambah jugameningkatkan kesedaran kita terhadap kebiasan dan kegiatanbaru yang dijalanin. Konon, bersyukur juga adalah salah satu cara menghindari rasa cemas maupun stres, dengan menempatkan perhatian, perasaan, dan perilaku sesuai dengan situasi yang tengah kita hadapi. Dalam hal ini, apabila dilakukan secara sadar pasti dapat menjadi keuntungan bagi kesejahteraan psikologis dan fisik kita selama melewati masa pandemi yang cukup sulit seperti sekarang ini.

Oiya, biar lebih produktif pastinya juga selalu baca artikel dan mengunjungi website “Dictio” yang isinya keren dan pastinya edukatif banget. Penting buat kita menambah wawasan dan pandangan kita agar menjadi positif.

Source:

1 Like