Mengapa kita bisa bermimpi saat kita tidur?

c30e36821cbd4deac67f08ea9260459d

Ketika tertidur, seseorang terkadang bisa bermimpi. Kondisi itu termasuk wajar. Mimpi adalah cerita atau gambar yang diciptakan pikiran saat seseorang tertidur. Kadang-kadang, mimpi bisa memiliki sifat menghibur, menyenangkan, atau romantis. Namun tidak jarang mimpi juga bisa mengganggu, menakutkan, dan terasa aneh.

Pertanyaannya adalah, ketika kita tidur, mengapa bisa muncul mimpi? Adakah faktor yang mempengaruhi munculnya mimpi?

1 Like

Dalam psikologi modern, ada beberapa psikolog yang mengkaji mimpi, salah satunya, Sigmund Freud dari mazhab psikodinamika. Menurut Sigmund Freud, stimulus dan sumber dari kemunculan mimpi ada 4, yaitu: (1) External sensory stimuli, (2) Internal (subjective) sensory excitations, (3) Internal organic somatic stimuli, dan (4) Psychical source of stimulation.
Jadi, stimulus dan sumber tersebut bisa muncul dari dalam diri individu seperti dorongan tertentu, harapan dan keinginan-keinginan atau yang bersifat eksternal yang biasanya berasal dari pengalaman obyektif atau bisa juga karena rangsangan organ badan maupun kondisi fisik. Timbulnya mimpi mayoritas sebagai pengendapan ide yang tak bisa terealisasi di dunia nyata, dan pada ujungnya harapan itu mengendap pada alam bawah sadar dan muncul secara “tidak fair” via mimpi.

Referensi :
Yuminah, Y. (2018). Konsep mimpi dalam perspektif psikologi Islam: Studi komparasi psikologi Islam dan psikologi Barat. Jurnal Psikologi Islam , 5 (2), 87-102

Berdasarkan materi yang saya peroleh dari dosen saya, mimpi merupakan pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan atau indra-indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat atau rapid eye movement (REM). Kejadian dalam mimpi mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Namun, pengecualian bagi lucid dreaming . Dalam lucid dream , pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.
Dari sudut pandang psikoanalisis, Freud percaya bahwa mimpi berasal dari keinginan yang tidak dapat diterima, seringkali bersifat seksual yang ditekan. Ia mengatakan bahwa mimpi mempresentasikan keinginan-keinginan yang tidak dapat diterima, maka mimpi yang kita alami (mimpi manifes) semata-mata merupakan versi terselubung dari impian-impian Rill (mimpi laten) kita.