Mengapa daun Mint terasa dingin?

mint

Kamu tentunya pernah merasakan sensasi dingin yang dihasilkan permen mint. Semakin kamu mengisap permen mint tersebut semakin terasa dinginnya di seluruh rongga mulut. Sebenarnya bagaimana sensasi dingin dari permen mint bisa terasa?

Kamu tentunya pernah merasakan sensasi dingin yang dihasilkan permen mint. Semakin kamu mengisap permen mint tersebut semakin terasa dinginnya di seluruh rongga mulut. Sebenarnya bagaimana sensasi dingin dari permen mint bisa terasa?

Pada umumnya, sebuah sensasi dingin atau panas terasa karena adanya sinyal elektronis yang dirasakan oleh syaraf lalu dikirimkan ke otak. Otak kemudian membaca sinyal elektronis yang dikirimkan oleh syaraf ini lalu otak menyimpulkan bahwa sensasi tersebut adalah dingin atau panas. pada permen mint ada komposisi utama yang menyebabkan sensasi dingin ini terasa. Komposisi tersebut adalah mentol.

Mentol memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pori-pori di dalam sel syaraf manusia dengan cara mengubah aktivitas elektronis yang terjadi di dalam sel. Mentol mengubah aktivitas tersebut layaknya kita tengah bersentuhan dengan dingin. Sel membaca aktivitas yang terjadi sebagai perubahan suhu, walaupun sebenarnya tidak, sehingga otak berpikiran bahwa pengaruh mentol itu adalah dingin.

Sumber:
sains.me

Daun Mint terasa dingin sebab mengandung Menthol. Menthol adalah monoterpene siklik alkohol yang ditemukan sebagai unsur utama dalam minyak esensial dari M. x piperita L. (peppermint). Menthol, menthone, isomenthone dan senyawa mint lainnya memberikan rasa dingin dan bau khas dari tanaman, terutama pada tanaman dari genus Mentha (Lawrence, 2013) termasuk pada tanaman Mint.

Menthol memiliki nama kimia [5-metil-2- (1-metiletil) sikloheksanol; 2- isopropyl-5-methylcyclohexanol atau p-methan-3-ol] dengan rumus molekul C10H20O (berat molekul 156,27) adalah senyawa alami dengan tiga atom karbon asimetris, sehingga dapat membentuk empat pasang isomer optik yaitu (+) dan (-)- isomenthol, (+) dan (–) - mentol, (+) dan (-)- Neomentol, (+) dan (-)- Neoisomenthol. Bentuk utama mentol yang ditemukan di alam adalah (-)- Mentol (L menthol), dengan konfigurasi sebagai berikut: 1R, 3R, 4S. Bentuk ini umum digunakan karena memiliki sifat penyejuk yang lebih besar daripada isomer menthol lainnya. Seperti alkohol jenuh lainnya, menthol bereaksi melalui berbagai cara dan dapat dioksidasi menjadi menthone. Menthol merupakan kristal putih atau tak berwarna, berlapis-lapis, padat pada suhu kamar dengan kepadatan 0,890 kg/dm3 (25oC) dan titik cair pada suhu 41-44oC (tergantung pada kemurniannya). Menthol tidak sepenuhnya larut dalam air (435,5 mg/L pada suhu 25oC), tapi larut dalam alkohol, dietil eter atau kloroform (Lawrence, 2013).

Berbagai penelitian in vitro dan in vivo telah mendokumentasikan sifat biologis menthol, seperti analgesik, antibakteri, dan antijamur. Meskipun menthol dan minyak peppermint telah menunjukkan aktivitas antibakteri, namun mekanisme aksinya tidak dijelaskan secara gamblang (Kamatou et al. , 2013).

Terkait mekanisme aksi dari menthol, efek toksik pada struktur dan fungsi membran umumnya telah digunakan untuk menjelaskan aktivitas antimikroba dari minyak esensial dan komponen monoterpenoidnya. Bahkan, sebagai akibat dari karakter lipofiliknya, monoterpenes akan melalui secara partisi dari fase air ke dalam struktur membran. Hal ini menyebabkan ekspansi membran, meningkatkan fluiditas dan permeabilitas membran, gangguan protein membran, penghambatan respirasi, dan perubahan proses transport ion. Serapan monoterpene juga ditentukan oleh permeabilitas luar envelope mikroorganisme sasaran. Namun, mekanisme khusus yang terlibat dalam aksi antimikroba monoterpenes masih kurang diketahui (Trombetta et al ., 2005).