Mengapa Anak Umur 17 tahun Sudah Harus Memikirkan Finansial?

Finansial

Banyak yang berpikir bahwa urusan finansial dipikirkan nanti ketika sudah lulus kuliah dan bekerja. Tetapi mengapa banyak yang menyarankan agar anak umur 17 tahun (dewasa) harus sudah memikirkan masalah finansial ? Apa alasannya?

Usia 15 hingga 20 Tahun menjadi moment bagi seorang pemuda/pemudi dalam mencari jati diri nya, terkadang hal tersebut membuat lupa bahwa menginjak usia 20 tahun nanti, akan ada tanggung jawab lebih besar dalam menjalani kehidupan.

Tidak jarang kita temui anak berusia 17 hingga 20 tahun masih mengandalkan orang tuanya dalam memenuhi “keinginannya” pribadi. Mereka tidak menyadari bahwa ketika menginjak dewasa nanti mencari materi (uang) tidak lah semudah ketika meminta kepada orang tua. Hal ini lah yang seharusnya diperhatikan bagi kaum muda yang akan menginjak usia 17 tahun.

Saya akan merangkum sedikit alasan mengapa di usia belasan pun kamu sudah harus memikirkan tentang materi.

1. Karena mencari uang sendiri itu tak semudah kamu meminta ke ayah atau bunda.

Dari usia 17 tahun harusnya kamu sudah paham, jika urusan mencari rezeki atau uang itu bukan perkara mudah. Ada banyak hal yang harus kamu lewati. Mulai dari mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan atau pendidikanmu, memilih antara kerja keras atau kerja cerdas, menghadapi segala macam tanggung jawab juga sikap atasan, sampai bagaimana mengendalikan rasa bosan. Bahkan ada hal yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata dalam setiap pekerjaan.

Sementara kamu di umur yang sudah hampir berkepala dua masih dengan mudahnya meminta uang ke orangtua. Kadang kalau tak dituruti kamu ngambek, bahkan tega mendumel entah pelit lah, nggak sayang anak lah. Coba kamu pikirkan lagi bagaimana perjuangan mereka untuk bisa mencukupi kebutuhanmu. Setiap hari dari pagi sampai sore kadang juga malam mereka masih bergulat dengan pekerjaannya. Rasa-rasa lelah atau bosan mereka kesampingkan. Coba kamu pikirkan lagi!

2. Semakin ke depan, kebutuhanmu semakin besar, dan kamu tak bisa hanya mengandalkan harta orangtua

Kebutuhanmu saat kecil dengan sekarang saat sudah dewasa tak lagi sama. Dulu waktu kecil kamu tak paham yang namanya nongkrong, jalan-jalan atau berbelaja ini itu dengan teman-temanmu. Dulu waktu kecil kamu tak repot memikirkan pulsa HP atau internet, tak peduli juga dengan gawai-gawai mahal. Bahkan dulu biaya pendidikanmu tak semahal ketika kuliah, yang kalau jauh dari rumah masih harus tambah biaya kos, transportasi, hingga kebutuhan sehari-hari.

Kedepannya lagi selepas kuliah, kebutuhan pribadimu akan semakin bertambah. Dan kamu tak bisa terus mengandalkan harta yang dimiliki orangtua. Kamu harus mulai memikirkan pekerjaan apa yang akan dilakoni olehmu. Pikirkan juga kebutuhan pribadimu sendiri, termasuk niatmu ingin membangun keluarga kecil nantinya.

3. Sukses memang tak selalu materi, tapi paling tidak kemapanan membuat hidupmu lebih mudah dijalani

Ada masanya kamu jadi orang yang sangat idealis yang hanya ingin mengejar semua impian. Sebab bahagia dan sukses buatmu tak terpaku pada materi. Tapi ada saatnya juga kamu jadi orang yang lebih realistis menghadapi hidup. Kamu akan sampai di satu titik yang buatmu tersadar, bahwa tak semua mimpi bisa mencukupi kebutuhan hidupmu. Dalam arti lain, kamu harus membuat mimpimu lebih realistis.

Mimpi jadi penulis, bagaimana caranya supaya tulisanmu ini menghasilkan uang. Mimpi keliling dunia jangan sampai ini justru membuatmu tak punya apa-apa dalam bentuk materi. Kamu harusnya bisa membawa mimpimu ke arah kemapanan, sebab hidup sukses dengan keidealisan saja bukan jaminan untuk membuat semuanya mudah dijalani.

5. Karena paham dengan keuangan sendiri, membuat kamu sadar diri dan tak mengikuti gaya hidup yang berlebih

Jangan sampai kamu jadi orang yang mengikuti pribahasa, besar pasak daripada tiang. Sebab bukan bahagia yang kamu dapat tapi justru ketidakpuasan serta kesulitan-kesulitan lain. Jadi memang harus sejak dini kamu paham dengan kondisi keuanganmu sendiri. Kamu tak hanya tahu mana kebutuhan primer, sekunder ataupun tersier untuk dirimu. Tapi juga paham mana yang harus didahulukan, dan mana yang harus dikesampingkan.

Biarlah orang dengan caranya sendiri menjalani kehidupannya. Sementara kamu tak perlu mengikuti gaya hidup orang-orang yang ada di sekelilingmu. Sebab belum tentu gaya hidup itu sesuai dengan karakter dirimu atau isi dompetmu sendiri.

Jangan pula sampai jadi orang yang lupa bersyukur. Sudah dipenuhi kebutuhannya tapi masih berharap yang lebih lagi.

6. Bagaimana pun juga kelak kamu yang ganti mengurus orangtua, mencukupi segala kebutuhan mereka

Setelah bertahun-tahun kerja keras, masa tua adalah masa di mana kedua orangtuamu menikmati hasil yang selama ini diperjuangkan olehnya. Apalagi kalau bukan dirimu, anak yang sedari dulu jadi harapannya. Kamu boleh punya banyak mimpi, tak masalah juga kalau itu tak sejalan dengan keinginan orangtua. Tapi kamu tetap harus buktikan ke mereka kalau kamu tak hanya bisa sukses, tapi juga mencukupi segala kebutuhan dan keinginan orangtuamu dari mimpimu ini.

Orangtua mana yang tak berharap anaknya bisa memberangkatkan mereka pergi haji. Atau tak muluk-muluk kamu cukup merawat mereka dengan tenang, membiarkan mereka beristirahat di hari tuanya.


Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan inspirasi serta motivasi kita dalam menjalani kehidupan agar lebih baik serta dapat membahagiakan orang-orang terdekat khususnya kedua orang tua.

Usia 15 hingga 20 Tahun menjadi moment bagi seorang pemuda/pemudi dalam mencari jati diri nya, terkadang hal tersebut membuat lupa bahwa menginjak usia 20 tahun nanti, akan ada tanggung jawab lebih besar dalam menjalani kehidupan.

Tidak jarang kita temui anak berusia 17 hingga 20 tahun masih mengandalkan orang tuanya dalam memenuhi “keinginannya” pribadi. Mereka tidak menyadari bahwa ketika menginjak dewasa nanti mencari materi (uang) tidak lah semudah ketika meminta kepada orang tua. Hal ini lah yang seharusnya diperhatikan bagi kaum muda yang akan menginjak usia 20 tahun.

Saya akan merangkum sedikit alasan mengapa di usia belasan pun kamu sudah harus memikirkan tentang materi.

1. Karena mencari uang sendiri itu tak semudah kamu meminta ke ayah atau bunda.

Dari usia 17 tahun harusnya kamu sudah paham, jika urusan mencari rezeki atau uang itu bukan perkara mudah. Ada banyak hal yang harus kamu lewati. Mulai dari mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan atau pendidikanmu, memilih antara kerja keras atau kerja cerdas, menghadapi segala macam tanggung jawab juga sikap atasan, sampai bagaimana mengendalikan rasa bosan. Bahkan ada hal yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata dalam setiap pekerjaan.

Sementara kamu di umur yang sudah hampir berkepala dua masih dengan mudahnya meminta uang ke orangtua. Kadang kalau tak dituruti kamu ngambek, bahkan tega mendumel entah pelit lah, nggak sayang anak lah. Coba kamu pikirkan lagi bagaimana perjuangan mereka untuk bisa mencukupi kebutuhanmu. Setiap hari dari pagi sampai sore kadang juga malam mereka masih bergulat dengan pekerjaannya. Rasa-rasa lelah atau bosan mereka kesampingkan. Coba kamu pikirkan lagi!

2. Semakin ke depan, kebutuhanmu semakin besar, dan kamu tak bisa hanya mengandalkan harta orangtua

Kebutuhanmu saat kecil dengan sekarang saat sudah dewasa tak lagi sama. Dulu waktu kecil kamu tak paham yang namanya nongkrong, jalan-jalan atau berbelaja ini itu dengan teman-temanmu. Dulu waktu kecil kamu tak repot memikirkan pulsa HP atau internet, tak peduli juga dengan gawai-gawai mahal. Bahkan dulu biaya pendidikanmu tak semahal ketika kuliah, yang kalau jauh dari rumah masih harus tambah biaya kos, transportasi, hingga kebutuhan sehari-hari.

Kedepannya lagi selepas kuliah, kebutuhan pribadimu akan semakin bertambah. Dan kamu tak bisa terus mengandalkan harta yang dimiliki orangtua. Kamu harus mulai memikirkan pekerjaan apa yang akan dilakoni olehmu. Pikirkan juga kebutuhan pribadimu sendiri, termasuk niatmu ingin membangun keluarga kecil nantinya.

3. Sukses memang tak selalu materi, tapi paling tidak kemapanan membuat hidupmu lebih mudah dijalani

Ada masanya kamu jadi orang yang sangat idealis yang hanya ingin mengejar semua impian. Sebab bahagia dan sukses buatmu tak terpaku pada materi. Tapi ada saatnya juga kamu jadi orang yang lebih realistis menghadapi hidup. Kamu akan sampai di satu titik yang buatmu tersadar, bahwa tak semua mimpi bisa mencukupi kebutuhan hidupmu. Dalam arti lain, kamu harus membuat mimpimu lebih realistis.

Mimpi jadi penulis, bagaimana caranya supaya tulisanmu ini menghasilkan uang. Mimpi keliling dunia jangan sampai ini justru membuatmu tak punya apa-apa dalam bentuk materi. Kamu harusnya bisa membawa mimpimu ke arah kemapanan, sebab hidup sukses dengan keidealisan saja bukan jaminan untuk membuat semuanya mudah dijalani.

5. Karena paham dengan keuangan sendiri, membuat kamu sadar diri dan tak mengikuti gaya hidup yang berlebih

Jangan sampai kamu jadi orang yang mengikuti pribahasa, besar pasak daripada tiang. Sebab bukan bahagia yang kamu dapat tapi justru ketidakpuasan serta kesulitan-kesulitan lain. Jadi memang harus sejak dini kamu paham dengan kondisi keuanganmu sendiri. Kamu tak hanya tahu mana kebutuhan primer, sekunder ataupun tersier untuk dirimu. Tapi juga paham mana yang harus didahulukan, dan mana yang harus dikesampingkan.

Biarlah orang dengan caranya sendiri menjalani kehidupannya. Sementara kamu tak perlu mengikuti gaya hidup orang-orang yang ada di sekelilingmu. Sebab belum tentu gaya hidup itu sesuai dengan karakter dirimu atau isi dompetmu sendiri.

Jangan pula sampai jadi orang yang lupa bersyukur. Sudah dipenuhi kebutuhannya tapi masih berharap yang lebih lagi.

6. Bagaimana pun juga kelak kamu yang ganti mengurus orangtua, mencukupi segala kebutuhan mereka

Setelah bertahun-tahun kerja keras, masa tua adalah masa di mana kedua orangtuamu menikmati hasil yang selama ini diperjuangkan olehnya. Apalagi kalau bukan dirimu, anak yang sedari dulu jadi harapannya. Kamu boleh punya banyak mimpi, tak masalah juga kalau itu tak sejalan dengan keinginan orangtua. Tapi kamu tetap harus buktikan ke mereka kalau kamu tak hanya bisa sukses, tapi juga mencukupi segala kebutuhan dan keinginan orangtuamu dari mimpimu ini.

Orangtua mana yang tak berharap anaknya bisa memberangkatkan mereka pergi haji. Atau tak muluk-muluk kamu cukup merawat mereka dengan tenang, membiarkan mereka beristirahat di hari tuanya.

Sumber

1 Like