Mengapa ada orang yang tidak menghargai orang lain?

Menghargai Orang Lain

Banyak orang yang tidak dapat menghargai orang lain, padahal menghargai orang lain adalah salah satu etika bersosial.Secara psikologis, mengapa orang sulit menghargai orang lain?

Berikut ini adalah hal-hal yang menyebabkan manusia tidak dapat atau kurang mampu menghargai orang lain.

Mempunyai perilaku yang jahat

Manusia yang berdosa apalagi yang bergelimang dosa (dikuasai dosa) akan sulit menghargai orang lain. Jangankan menghargai orang lain, menghargai dirinya sendiri pun sulit. Karena orang berdosa cenderung menganggap dirinya najis, kotor, dan tidak berharga, perlakuan terhadap orang lain cenderung seperti itu juga. Pertobatan diperlukan agar seseorang dapat menghargai orang lain. Setiap orang harus berani mengambil sikap yang tegas untuk bertobat dari perbuatan-perbuatan dosanya (termasuk tidak menghargai orang lain) sesuai agama masing-masing.

Orang yang bertobat akan lebih mudah menghargai orang lain karena dia akan ditolong oleh Tuhan untuk mampu melakukannya. Menyadari bahwa jauh lebih mudah jika kita melakukan dengan melibatkan Tuhan.

Pepatah berkata bahwa orang bisa karena biasa (habit). Jika seorang biasa berbuat baik, tentulah dia akan mudah untuk menghargai orang lain. Kebiasaan buruk atau pengalaman buruk yang selalu tersimpan di hati atau pikiran seperti: trauma, dendam, tidak mau mengampuni, malas, acuh tak acuh, dan lain-lain akan sulit menghargai orang lain. Jadi seorang harus membiasakan diri menghargai orang lain dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Manusia harus membuang segala kebiasaan atau karakter yang tidak baik terutama dendam dari hidup, agar manusia merdeka dan menjadi manusia yang baik dan mulia.

Egoisme

Hal berikut yang menyebabkan seorang tidak dapat atau kurang mampu menghargai orang lain adalah egoism, yaitu sikap mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Selama seseorang masih tetap bersikap egois, maka dia akan sulit untuk menghargai orang lain bahkan kemungkinan bisa terjadi menghancurkan orang lain.

Sikap egoisme harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan agar menjadi berkat bagi orang lain. Gea dkk (2004:250) mengatakan:

“Bagi orang yang masih terbelenggu oleh kekangan egoismenya akan sulit untuk mengalihkan perhatiannya kepada orang lain. Dia hanya terpusat pada dirinya sendiri, memikirkan dirinya dan pemenuhan keinginannya secara tak terkendali. Hanya orang yang mampu melawan egoismenya mampu keluar dari dirinya, untuk mengarahkan perhatian dan memberikan cinta yang tulus kepada sesama.”

Ketidakmampuan menolak segala pengaruh yang negatif

Ketidakmampuan menolak segala pengaruh yang negatif disebut juga keinginan rendah dalam diri, antara lain iri hati, dengki, gengsi, jaga image, malas memberi pujian. Selain itu, orang takut harga diri hilang jika memberi penghargaan terhadap orang lain dan tidak bisa menerima kelebihan orang lain.

Merasa lebih dibandingkan lainnya

Penyebab lain adanya sebagian orang yang selalu merasa dirinya di atas yang lain atau menganggap dirinya lebih tinggi/hebat dari orang lain. Ini mungkin dipengaruhi oleh adanya kelas-kelas sosial pada zaman dahulu. Sikap stereotip adalah sikap yang cenderung menganggap dirinya lebih berharga dari yang lain yaitu sikap superior dari yang lain. Hal ini masih banyak dijumpai dalam praktik dan realitas hidup zaman sekarang. Oleh karena itu, sikap ini harus dibuang karena akan menghambat penghargaan terhadap orang lain secara adil.

Prasangka dan diskriminasi

Prasangka adalah preseden (keputusan diambil atas dasar pengalaman masa lalu), pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa, atau tidak matang atau pelibatan unsur emosional (suka-tidak suka) dalam pengambilan keputusan. Prasangka tidak hanya terjadi pada orang yang sederhana tetapi juga orang yang pintar.

Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara, perbedaan warna kulit.

Mengenai prasangka dan diskriminasi, Soelaeman (2001) mengatakan:

“Prasangka dan diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Dari peristiwa kecil yang menyangkut dua orang meluas dan menjalar melibatkan sepuluh orang, golongan, atau wilayah, disertai tindakantindakan kekerasan dan destruktif yang merugikan.”

Berdasarkan penjelasan, sebaiknya prasangka dan diskriminasi dibuang jauh jauh dari kehidupan, terutama prasangka buruk atau prasangka berlebihan demi makin terwujudnya saling menghargai secara tulus dan sungguh sungguh.