Membeli Sesuatu Barang Karena Gaya atau Fungsinya?

Untitled-13

Saat ini banyak produk-produk yang diciptakan bukan hanya mementingkan fungsi atau manfaatnya, tetapi juga dengan gaya (bentuk, bahan, warna, ukuran). Banyak anak muda, khususnya wanita, yang membeli suatu produk karena “barang atau packagingnya lucu” atau “warnaya yang menarik”, tanpa mementingkan fungsi dari barang itu sendiri.

Nah menurut Youdics, ketika ingin membeli suatu barang, kamu tim yang mana? Lebih mentingin gaya atau fungsinya?

Source Image

white tealight candle beside makeup palette photo – Free Grey Image on Unsplash

2 Likes

Keduanya merupakan perilaku konsumen yang tidak dapat dipisahkan. Manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari kegiatan berbelanja. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki 2 faktor dalam kegiatan tersebut, yaitu faktor kebutuhan dan faktor keinginan. biasanya faktor kebutuhan didasari oleh kepentingan yang mendukung dan penting untuk kehidupannya, sedangkan faktor keinginan didasari oleh sekedar keinginan karena tertarik dengan produk yang ada. Saya pribadi orang yang memetingkan keduanya, namun alangkah baiknya kita membeli barang sesuai fungsi yang kita perlukan,

1 Like

Mengikuti trend bagi anak muda emang wajib banget sih yaa. Terutama dalam hal fashion. Makanya sering sekali menemukan banyak anak muda yang memang membeli suatu barang dari gaya nya dan lucu nya. Apalagi sekarang lagi musim barang estetik, barang lucu, barang unik. Sebenernya hal tersebut sangat wajar jika memang di usia anak muda. Karena yaa namanya anak muda masih belum terlalu matang untuk memikirnya dalam jangka panjang. Apakah dengan membeli barang lucu ini bisa awet sampai beberapa tahun kedepan, apakah barang ini bisa bermanfaat atau tidak. Hal tersebut jarang terfikirkan oleh anak muda.Ketika mereka acuh terhadap trend, dampaknya mereka bisa juga terkucilkan oleh teman 1 circle nya.

Setuju juga dengan kak @jimmywijanto bahwa memang kebutuhan dan keinginan hal yang menjadi 1 paket dalam teori perilaku konsumen. Kebutuhan saja bisa terbagi menjadi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kalau dari aku pribadi, jika memang kita punya solusi dan kita bisa dapat 2 manfaat dalam 1 barang kenapa tidak? Jadi misalkan mau beli pisau. Banyak sekarang jual pisau dengan warna dan tempatnya yang estetik. Nah, pasti kita bingung, bener gak si pisaunya setajam pisau yang biasanya? atau jangan" pisaunya cuma tajam diawal trus cepet tumpul.

Fungsi penting, tapi penampilan tak kalah penting juga kan? Bisa aja karena pisaunya estetik, kita jadi tertarik untuk masak tiap hari, tertarik untuk iseng membuat video karena pisaunya estetik, dll. Jadi ya semua kembali lagi ke bagaimana cara pandang anak muda. Tapi kalo disuruh milih sih, aku lebih milih gaya ya untuk sekarang hehe. Tapi semua harus lihat review"nya pasti. Karena dengan membeli gaya, kita bisa dapat manfaat juga. Tapi ketika kita membeli manfaat, jarang kita mendapat gaya. hehehe :smiling_face_with_three_hearts:

1 Like

Berdasrkan pengalamanku sendiri dalam pembelian barang ini tidak bisa ditentukan dengan pasti atau konsisten untuk memegang prinsip berbelanja hanya untuk barang yang dibutuhkan/ dilihat dari fungsinya saja. Mungkin kegiatanku dalam berbelanja termasuk dalam konsumen yang konsumtif, dimana aku membeli sesuatu karena keinginan bukan kebutuhan. Jika dihadapkan dengan barang yang memiliki bentuk, warna, atau gayanya bagus bisa jadi barang tersebut langsung kubeli dengan menyampingkan fungsi dari barang tersebut.

Tapi saat ini aku sangat menyadari, memiliki perilaku konsumtif itu sangat buruk dalam manajemen keuangan ku pribadi. Karena tidak bisa menggunakan uang dengan bijak dan tidak bisa menyisihkan uang untuk kebutuhan yang tidak terencana. Jadi kegiatanku berbelanja berdasarkan gaya sudah sangat aku kurangi, dan aku lebih fokus pada pembelian barang yang sesuai dengan fungsi yang sedang aku butuhkan.

Dengan begitu aku menjadi lebih selektif dalam perencanaan pembelian barang, aku bisa memilih barang yang aku butuhkan dengan waktu yang cukup lama. Selain memperhatikan fungsinya, aku juga memperhatikan penampilan dari barang tersebut. Karena ternyata sangat mengasyikan memilih barang yang kita butuhkan tapi barang tersebut juga memiliki gaya yang bagus/ unik.

1 Like

Saya pribadi membeli barang sesuai dengan fungsinya. Karena membeli barang hanya untuk gaya saja tidak akan pernah puas. Apalagi membeli barang untuk gaya dan bersaing dengan orang lain. Tidak akan habisnya jika membeli barang untuk bergaya saja. Lebih baik membeli barang dengan fungsinya sesuai dengan gaya kita.

1 Like

Menurut saya pribadi, sebenarnya cukup sulit untuk menentukan apakah kita membeli barang karena gaya atau dari segi fungsinya. manusia juga pada dasarnya memiliki kebutuhan konsumsi dan kebutuhan akan keinginan sehingga wajar saja jika kita melihat orang yang membeli barang branded misalnya hanya sebatas karena itu sedang trend dan ingin mendapat pengakuan dari orang - orang di sekitarnya ataupun terpengaruh dari public figure dan influencer yang membeli dan mempopulerkan barang yang sama , walaupun harus mengeluarkan kocek yang cukup besar atau ada juga orang yang sekedar membeli barang karena memang benar - benar sesuai kebutuhan saja. marketing di era modern juga sangat mendukung pembelian barang tetapi tidak terlalu mementingkan fungsi atau manfaatnya.

Saya sendiri juga lumayan memperhatikan sebuah produk bukan hanya dari segi fungsinya saja tetapi dari segi estetika atau keindahannya. tetapi bagi saya yang paling penting dalam membeli barang adalah menghindari perilaku konsumtif yang tentu saja dapat menghabiskan uang kita hanya untuk memuaskan keinginan kita untuk membeli barang - barang yang sejujurnya tidak terlalu kita butuhkan dan ketika kita membeli sesuatu barang memang sebaiknya kita pastikan jika kita memang membutuhkan barang itu. tidak ada yang salah dari mengikuti trend tetapi kita disini dituntut untuk memiliki skala prioritas untuk bisa membedakan mana kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. dengan memiliki skala prioritas, itu dapat membantu saya untuk lebih selektif soal apa yang harus saya beli sekarang atau nanti.

1 Like

Kalau saya lebih ke kegunaan atau faedahnya. Karena menurut saya, kalau membeli barang hanya karena gayanya yang menarik namun tidak berfaedah, itu seperti membuang-buang duit saja (apalagi dengan harga yang mahal). Jadi, saya dalam membeli sesuatu barang lebih karena kegunaannya dibanding karena model/gayanya.

1 Like

Dalam kegiatan membeli sebuah barang, kita seringkali dihadapkan pada dua pilihan sulit. Yang pertama, membeli karena barang tersebut sangat kekinian dan modelnya bagus serta trendy. Yang kedua, membeli barang karena memang sesuai dengan kebutuhan dan kegunaanya. Seringkali masyarakat karena memiliki sifat konsumtif, lebih mengedepankan gaya dan tampilan dibandingkan fungsi dan kegunaan barang tersebut. Padahal, hal tersebut dapat membuat pemborosan dan mempererat budaya konsumtif dalam diri seseorang. Seharusnya, dalam membeli suatu barang haruslah dipikirkan dengan baik dan saksama. Diterapkan juga skala prioritas agar barang yang dibeli sesuai dan memang dibutuhkan. Rasionalitas dalam membuat keutusan ketika membeli barang juga seharusnya di kedepankan. Secara pribadi, saya selalu memikirkan kebutuhan dan fungsi dibandingkan gaya. Sehingga nominal yang kita keluarkan bisa tepat guna dan tidak terjadi pemborosan yang merugikan diri sendiri.

1 Like

Bagiku, gaya dan fungsi dari suatu produk sudah menjadi dua hal yang penting untuk aku pertimbangkan sebelum memutuskan membeli sebuah produk. Terutama produk-produk yang akan banyak dilihat oleh orang lain seperti pakaian, tas, dan sepatu. Terlebih, di era modern ini dimana fashion sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan khususnya bagi anak muda. Kemudian ditambah semakin meningkatnya aktivitas promosi yang dilakukan oleh berbagai influencer atau bahkan orang-orang di sekitar kita yang seringkali membuat banyak orang menjadi konsumtif karena membeli produk yang sebetulnya tidak begitu dibutuhkan. Namun, karena produk tersebut bagus dan harganya terjangkau, maka hal itu mendorong konsumen untuk membelinya. Termasuk aku pribadi sering mengalami hal tersebut. Berawal dari sekedar melihat-lihat, kemudian tertarik dan akhirnya memutuskan untuk membeli. Dan ketika merasa puas terhadap produk yang dibeli, maka keinginan untuk melakukan pembelian ulang pun muncul.

Terus terang, untuk menghentikan perilaku tersebut bukanlah hal yang mudah, apalagi jika kita termasuk orang yang memperhatikan penampilan dan keestetikan suatu barang. Sehingga fungsi dari suatu produk bukanlah hal yang menjadi prioritas, terlebih membeli produk hanya karena untuk mengikuti trend. Namun, kita harus menyadari bahwa kita tidak harus selalu mengikuti trend yang ada, sebab hal tersebut tidak akan pernah ada habisnya. Untuk itu, kita harus berupaya membatasi diri dan menyesuaikan dengan skala prioritas, mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan. Sebab jika kita terus mengikuti ego atau membiarkan diri terbawa arus, maka akan berdampak buruk bagi diri sendiri. Selain itu, kita juga perlu memikirkan kebutuhan di masa yang akan datang.

1 Like

Kalo aku tim mementingkan fungsinya, sih. Ibaratnya “ngapain kita beli handphone bagus tapi cuma replika” artinya ya sia-sia aja beli karena ternyata ngga kita butuhin. Tapi, membeli barang tanpa mementingkan fungsinya juga bukan hal yang keliru, hal ini wajar, dalam teori perilaku konsumen hal in itermasuk ke dalam kategori perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bisa diartikan sebagai kegiatan individu untuk mengkonsumsi suatu barang karena rangsangan (dalam kasus ini adalah desain kemasan yang menarik atau lucu, perpaduan warna yang mate.dan lain sebagainya).

Perilaku ini dijelaskan oleh Anggarasari (dalam Sumartono, 2002), beliau memberikan batasan tentang perilaku konsumtif sebagai suatu tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperlukan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Sifat manusia yang tidak pernah puas menjadi pemicu perilaku ini. Oleh karena itu, dalam membeli suatu barang, manusia selalu ingin lebih untuk memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya tidak ada kebutuhan akan barang tersebut.

Referensi:
Sumartono . 2002 . Terperangkap dalam Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung: Alfabeta

1 Like