Masyarakat Cenderung Pilih Pegang Dollar AS, Mengapa?

Di tengah tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS, masyarakat dinilai masih memilih untuk memegang mata uang dollar AS ketimbang rupiah. Ketidakpastian kondisi di dalam negeri membuat mereka memilih bersikap “wait and see”. Mengapa masyarakat cenderung memilih untuk memegang mata uang dollar AS?

“Saat ini belum jelas, apakah (pemerintah) ada (rencana) mau menerbitkan bond (obligasi) dalam dollar AS, atau menaikkan suku bunga (acuan), atau intervensi, atau apa? Belum jelas di mata masyarakat, sehingga mereka lebih pilih pegang dollar AS,” kata analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/5/2018).

Menurut Reza, saat-saat seperti sekarang masyarakat masih mencermati banyak hal. Terlebih lagi, perbaikan ekonomi di Amerika Serikat juga mendorong pilihan mata uang jatuh pada dollar AS.

Dalam pernyataannya, Bank Indonesia memang membuka kemungkinan menaikkan suku bunga acuan. Namun, belum jelas juga apakah kemungkinan itu akan dilaksanakan, apalagi waktu pelaksanaannya bila memang hendak begitu.

Padahal, kata Reza, bank sentral negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah menaikkan bunga acuan mereka.

Meski demikian, Reza memandang, seharusnya pemerintah atau Bank Indonesia mengimbau masyarakat untuk melepas dollar AS mereka dan beralih ke rupiah. Hal itu perlu dilakukan sebagai salah satu cara menyikapi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

“Paling tidak ada effort dari pemerintah atau BI untuk menahan kenaikan dollar AS dengan mengimbau masyarakat untuk beralih ke rupiah,” tutur Reza.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, kurs tengah rupiah terhadap dollar AS tercatat Rp 14.074. Beberapa money changer pun sudah mematok kurs jual per hari ini untuk mata uang dollar AS hingga sebesar Rp 14.200.

sumber: MSN