The Portrait by Stanley Kunitz
My mother never forgave my father
For killing himself,
Especially at such an awkward time
And in a public park,
That spring
When I was waiting to be born.
She locked his name
In her deepest cabinet
And would not let him out,
Though I could hear him thumping.
When I came down from the attic
With the pastel portrait in my hand
Of a long-lipped stranger
With a brave moustache
And deep brown level eyes,
She ripped it into shreds
Without a single word
And slapped me hard.
In my sixty-fourth year
I can feel my cheek
Still burning
–
Saya pernah melakukan analisa terhadap puisi ini untuk melengkapi tugas kuliah saya dan berikut ini adalah analisa singkat
Dalam puisi ini, Stanley bercerita tentang ayahnya yang melakukan aksi bunuh diri. Menurut analisa saya, puisi Stanley Kunitz ini memiliki tiga bagian yang memiliki fokus terpisah namun masih berkaitan.
- Bagian pertama (Ayah) dari puisi tersebut adalah pada bait ke-1 hingga ke-6 yang menjelaskan tentang ayah dari Stanley.
- Bagian kedua (Ibu) berada pada bait ke-7 hingga ke-17, menjelaskan tentang ibu dari Stanley.
- Bagian ketiga (Stanley) adalah pada bait ke-18 hingga bait ke-20 menjelaskan tentang Stanley.
–
Pada bagian Ayah, Stanley berkata, “My mother never forgave my father for killing himself.”
Pada bait tersebut Stanley menjelaskan tentang ayahnya yang meninggal karena bunuh diri. Ayah Stanley memiliki nama Solomon Z. Kunitz yang meninggal tanpa alasan yang jelas. Namun, diduga bahwa Solomon meninggal karena mengetahui bahwa perusahaan tempat ia bekerja jatuh bangkrut.
Pada bait selanjutnya, Stanley berkata, “Especially at such an awkward time and in a public park, that spring when I was waiting to be born” Stanley berkata bahwa ayahnya meninggalkan keluarganya pada waktu yang “canggung”. Ayah Stanley meninggal enam minggu sebelum Stanley lahir. Dengan keadaan hamil, ibu Stanley harus menghidupi keluarganya yang semakin mengalami krisis ekonomi sejak ditinggal oleh suaminya.
Pada bagian Ibu, Stanley berkata, “She locked his name in her deepest cabinet and would not let him out, though I could hear him thumping.”
Pada bagian tersebut, Stanley mencoba menjelaskan bagaimana ibunya benar-benar merasa kehilangan dan juga kecewa. Dalam bait tersebut, saya memiliki pendapat bahwa ibu Stanley mencoba untuk menghilangkan semua hal yang berhubungan dengan suaminya. Bahkan, menurut fakta yang pernah Stanley katakan adalah, ibunya tidak pernah sekalipun memberi tahu bagaimana sosok ayahnya karena semua hal mulai dari foto, baju, ataupun perlengkapan milik ayah Stanley, disembunyikan oleh ibu Stanley.
Pada bait selanjutnya, “When I came down from the attic with the pastel portrait in my hand of a long-lipped stranger with a brave moustache and deep brown level eyes.” Stanley menjelaskan bahwa ketika ia turun dari loteng rumahnya, ia menemukan sebuah foto pastel pria asing yang tidak pernah ia lihat atau temui sebelumnya. Ia tidak sadar bahwa foto tersebut adalah foto ayahnya.
Contoh foto pastel:
Sumber: bloodyman88.deviantart
Dalam bagian ini, terdapat majas ironi dimana pria yang digambarkan sebagai sosok pria yang gagah harus menghakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
“She ripped it into shreds without a single word and slapped me hard.” Dari penjelasan awal tentang bagaimana ibu Stanley sangat merasa kehilangan serta kecewa terhadap suami adalah merupakan bukti bahwa Ibu Stanley sangat mencintai suaminya. Maka dari itu ketika ia tahu bahwa Stanley menemukan foto ayahnya, hal tersebut seakan membuat ibunya membuka luka lama yang mungkin pernah ia pendam selama ini. Ia merobek foto tersebut meski ia tahu bahwa itu adalah foto suami yang ia cintai. Seperti yang kita tahu bahwa ibu merupakan sosok yang lemah lembut dan sangat sabar juga penyayang kepada anak-anaknya, namun, karena mungkin ibu Stanley terbawa oleh emosi, ia menampar Stanley tanpa memberikan alasan, mungkin karena ibunya teringat lalu merasa sedih.
_
Pada bagian Stanley, “In my sixty-fourth year, I can feel my cheek still burning.” Pada bagian terakhir ini, Stanley menjelaskan bahwa meski ia sudah berusia 64 tahun, ia masih merasakan kesedihan dan rasa kehilangan yang dirasakan oleh ibunya melalui tamparan di pipinya ketika ia menemukan foto ayahnya.
–
Penjelasan diatas merupakan hasil analisa saya. Jika ada pendapat, kritik maupun saran tentang puisi ini, mari kita diskusikan bersama
Sumber: