Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya Taat kan?

taat

Copy paste dari forum WA, sebuah artikel dengan judul seperti diatas. Isinya sangat menarik.

##“Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!”
Oleh : Salim A. Fillah


Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan.
Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab.
Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis.
Mainkan saja peranmu, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk.
Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? Tetaplah berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut.
Mainkan saja peranmu dengan sebaik sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam, menengadah mesra bersamanya.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati.
Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Adam yang menanti Hawa di sisi.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu.
Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah takdir manusia.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Ya, taat. Bagai Nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta.
Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?

Taat yang dalam suka maupun tidak suka.
Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.

Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.

Taat menurut bahasa Arab merupakan kalimat masdar dari Tha’a, Yathi’u, Tho’atan dengan arti kata tunduk atau patuh. Sedangkan menurut istilah, taat mempunyai pengertian sama dengan Al-Islam, yaitu kepatuhan dan kerajinan menjalankan ibadah kepada Allah dengan jalan melaksanakan segala perintah dan aturan-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.

Indikator Ketaatan Beribadah


Menurut Ramayulis, seseorang dikatakan taat adalah mampu beriman kepada Allah semata serta memupuk dan menumbuhkan kesadaran individual akan tugas-tugas pribadi untuk mewujudkan kehidupan yang baik di dunia ini. Karena itu, ibadah dapat disebut sebagai bingkai dan pengembangan iman, yang membuatnya mewujudkan diri dalam bentuk-bentuk tingkah laku dan tindak tanduk nyata.

Di samping itu, dan selain sebagai perwujudan nyata iman, ibadah juga berfungsi sebagai usaha pemeliharaan dan pertumbuhan iman itu sendiri. Sebab iman bukanlah perkara statis, yang tumbuh sekali untuk selamanya. Sebaliknya, iman bersifat dinamis, yang memerlukan usaha pemeliharaan dan pertumbuhan terus menerus.

Lebih lanjut Ramayulis menyatakan prinsip pokok yang menjadi sumbu kehidupan manusia adalah iman. Iman itu menjadi mengendalikan sikap, ucapan, tindakan, dan perbuatan. Tanpa kendali tersebut orang mudah melakukan hal-hal yang merugikan dirinya atau orang lain dan menimbulkan penyesalan dan kecemasan.

Seseorang dapat dikatakan taat apabila ia dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepad Allah SWT taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia dapat dikatakan taat apabila ia mampu menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadat shalat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.

Dari berbagai ciri orang yang taat beribadah sebagaimana dijelaskan di atas, pada penelitian ini peneliti menggabungkan teori Nursi dalam Zaprulkhan dan Anbiya yang akan dijadikan dasar dalam membuat skala ketaatan beribadah dengan memberikan tolok ukur taat beribadah secara operasional dengan kriteria-kriteria: ibadah yang langsung kepada Allah (mahdhah) seperti:

  1. Thaharah
  2. Shalat
  3. Zakat
  4. Puasa, dan ibadah secara langsung dan tidak langsung (vertikal-horizontal) mahasiswa kepada Allah (ghoiru mahdhah)
  5. Sedekah
  6. Berbakti kepada orang tua
  7. Memaafkan orang lain.

Ketujuh aspek itulah yang dijadikan indikator ketaatan beribadah.