Lisan dan Bahasa Sebagai Wasilah Persatuan dan Perpecahan

lomba

Lisan dan Bahasa Sebagai Wasilah Persatuan dan Perpecahan

Sasi Maghfiroh

Abstrak

Dinamika permasalahan yang disebabkan antara persatuan dan perpecahan yang disebabkan oleh ucapan sangatlah kompleks. Lisan yang baik akan memperoleh kedamaian, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sering kita dengar pribahasa tentang perkataan yang berbunyi “setajam-tajamnya pisau, masih lebih tajam lidah”, maksudnya adalah perkataan yang diucapkan seseorang bisa jadi lebih menyakitkan daripada sebuah benda yang tajam sekalipun, perkataan tersebut yang dapat menimbulkan perpecahan.

Kata kunci: Lisan, persatuan, perpecahan

PENDAHULUAN

Salah satu alat berinteraksi antar sesama manusia adalah lidah atau dengannya orang berbicara, berbicara menggunakan bahasa daerah masing-masing atau menggunakan bahasa persatuan, seperti halnya di negara kita sendiri Indonesia memiliki 671 bahasa daerah dari 34 Provinsi dan Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuannya.

Namun yang menjadi pertanyaan besar sekarang adalah apakah lisan dan bahasa yang di ucapkan seseorang setiap hari, setiap berinteraksi dengan sesama atau menyampaikan suatu argumentasi bahkan berdakwah di kalangan masyarakat sudah memberikan dampak persatuan atau perpecahan?, Memberikan dampak kedamaian atau kegaduhan?, dan memberikan keharmonisan atau kebencian?.

Alkisah seorang guru ditanya: “Apa yang pertama guru kerjakan andaikata diberi kekuasaan negara?”, sang guru menjawab: “Pertama-tama saya akan memperbaiki bahasa.” Mengapa?, Lalu sang guru menjawab kembali: “Karena selama penggunaan bahasa tidak benar, maka yang diucapkan bukanlah yang dimaksud, yang dimaksud justru tidak dikerjakan dan yang dikerjakan bukanlah yang dimaksud. Hukum jadi kacau, pemerintah ruwet dan negara berantakan.”

Dari kisah di atas, pemikiran seorang guru dapat disimpulkan bahwa asas dari berdirinya negara yang baik adalah muncul dari lisan dan bahasa yang baik dalam menyampaikan perkara dan menetapkan sebuah hukum.

Berdasarkan uraian diatas artikel ini difokuskan pada interaksi yang menimbulkan persatuan atau perpecahan, memberikan dampak kedamaian atau kegaduhan serta interaksi yang menyebabkan keharmonisan atau kebencian.

Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah: (1) Untuk mengetahui dampak yang terjadi dari sebuah perkataan yaitu persatuan, (2) Untuk mengetahui dampak yang terjadi dari lisan dalam hal perpecahan.

Lisan dan Bahasa sebagai Wasilah Persatuan

Lisan yang baik dan bahasa yang baik mampu menjadi sebuah shilah dalam berinteraksi sesama manusia, sehingga timbul kesepemahaman dalam pemikiran yang akan berbuah tindakan yang sejalan.

Lisan yang baik dan bahasa yang baik dalam menetapkan sebuah hukum atau ketetapan dalam suatu negara bisa menciptakan sebuah keadilan, kedamaian, ketentraman dan keharmonisan dalam berbangsa, sehingga suatu negara di penuhi dengan kerukunan dalam bermasyarakat dan adanya keselarasan antara lisan dan bahasa yang baik di dalamnya dengan tindakan yang benar juga.

Lisan yang baik dan bahasa yang baik dalam berdakwah mampu di terima dan di dengar oleh kalangan masyarakat, sehingga masyarakat mampu melaksanakannya dalam sebuah amalan keseharian dengan benar, baik dari segi agama maupun dari segi pengetahuan umum. Sebab penyampaiannya yang baik dan benar, maka beramal pun jadi baik dan mampu menjadi contoh serta memberikan manfaat bagi sesamanya. Begitu pula dalam hal - hal yang lainnya seperti, sebagai pengantar pendidikan, sebagai alat strategi dan diplomasi dan sebagai pemersatu sebuah bangsa dan negara.

Allah SWT pun sudah lebih dahulu mengajarkan kita untuk menggunakan lisan dan bahasa yang baik dari sejak DIA menurunkan wahyu-wahyunya kepada para Nabi-NYA yang berbentuk kitab suci yaitu Taurot, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Al-Qur’an yang masih tetap rapih dan asli wujudnya hingga sekarang, yang Allah turunkan langsung kepada Nabi-NYA Muhammad SAW, yang berisi firman-NYA dibahasakan dengan baik dan benar dalam bahasa Arab, yang didalamnya berisi tuntunan hidup dan petunjuk dari-NYA, Firman tersebut terdapat pada QS. Al-Baqoroh{2}:185

”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Bulan Ramadan adalah bulan dimana Allah mulai menurunkan al-quran pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar), sebagai sumber hidayah bagi seluruh manusia menuju kepada kebenaran. Di dalamnya terdapat bukti petunjuk yang paling jelas yang mengantarkan kepada hidayah Allah dan pembeda antara kebenaran dengan kebatilan. Maka barangsiapa diantara kalian menyaksikan kehadiran bulan ini dalam keadaan sehat dan mukim hendaklah berpuasa pada siang harinya. dan diberikan kemudahan bagi orang sakit dan musafir untuk tidak berpuasa kemudian mereka berdua mengqadha yang sesuai dengan jumlah hari itu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghendaki keringanan dan kemudahan bagi kalian dalam ajaran ajaran syariat Nya, dan tidak menghendaki kesulitan keberatan dari kalian. Agar kalian menyempurnakan hitungan puasa selama sebulan penuh, dan agar kalian menutup ibadah puasa dengan bertakbir mengagungkan Allah pada hari raya Idul Fitri, serta supaya kalian mengagungkan Nya atas hidayah Nya kepada kalian, dan Agar kalian mensyukuri atas kenikmatan Nya yang tercurah pada kalian berupa hidayah taufik dan kemudahan.”.( جماعة من علماء التفسي: Beberapa dari ulama tafsir)

Rasulullah pun setelah menerima wahyu dari Allah SWT, ketika beliau menyampaikannya menggunakan lisan dan bahasa yang baik, benar, tertata dan teratur. Sehingga ummatnya bisa menerima wahyu dan ketetapan dari Allah SWT.

Lisan dan Bahasa Sebagai Wasilah Perpecahan

Selama lisan tak baik, selama bahasa tak benar maka keburukan akan terus menyebar, perpecahan akan semakin meluas, kebencian terus diumbarkan, akal semakin rusak dan tak terkendali dan diri semakin menolak kebaikan dengan cara lisan dan bahasa yang tak baik.

Diantara semua anggota badan itu yang paling krusial adalah lisan yang darinya keluar bahasa atau ungkapan. Lisan merupakan salah satu perangkat yang bsa menimbulkan manfaat, namun sekaligus menimbulkan kerugian besar jika penggunaannya tak benar. Karena itu pepatah arab mengatakan “Salaamatul insaan fiinhifzil lisaan” (keselamatan seseorang tergantung pada lisannya). Melalui kata-kata seseorang bisa menolong orang, melalui kata-kata pun bisa menjatuhkan orang lain dan merugikan orang lain bahkan diri sendiri.

Karena saking krusialnya di dalam islam hanya memberikan dua pilihan terkain dalam lisan yaitu berkata baik atau diam saja. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang artinya: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

Dalam hadits tersebut Rasulullah mendahuluinya dengan mengungkapkan kata beriman sebelum memberikan bagaimana lisan yang baik, karena keimanan seseorang adalah menjadi hal mendasar. Hadits di atas dapat dipahami dengan sebaliknya, bahwa ketika seseorang belum bisa berkata baik berbahasa yang baik maka perlu dipertanyakan kualitas keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Karena sejatinya setiap orang selalu dalam pengawasan dan perlindungan Allah SWT.

Perpecahan, sifat sombong, dengki, iri, kata-kata kotor, perkelahian, kebohongan, dan riya semua itu berawal dari lisan dan bahasa yang tak digunakan secara benar.

Kesimpulan

Lisan dan bahasa yg baik akan berbanding dengan persatuan dan semua kebaikan sedangkan lisan dan bahasa yang buruk berbanding dengan keburukan dan menimbulkan perpecahan, dan tak akan ada hal yang baik berbanding lurus dengan hal yang buruk.

Tebarkanlah kedamaian melalui lisan dan bahasa yang baik, indah didengar orang lain, bermanfaat buat orang lain dan memakmurkan diri. Jangan umbarkan kebenecian dan perpecahan, karena kebencian akan menyakiti diri, merusak diri dan merusak akal sehat. Jadilah pelopor kebaikan bagi diri sendiri, dan orang-orang sekelilingmu.

Daftar Rujukan

Tafsir al-Mukhtashar diterbitkan oleh Markaz Tafsir Lid Diraasatil Qur’aniyyah – Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Judul Kitab: المختصر في تفسير القرآن الكريم

Penulis: جماعة من علماء التفسير

Penerbit: مركز تفسير للدراسات القرآنية

Penerjemah: Team Markaz Tafsir (mokhtasr.net)

PDF Version: Cover Depan, Jilid Lengkap

JPG Version: Bagan Lajnah Ilmiah (1) — Bagan Lajnah Ilmiah (2) — Tazkiyah Mufti Saudi Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah Alu Syaikh