Kloning Primata Berhasil, Apakah Manusia juga Akan Dikloning?

https://i1.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2018/02/d41586-018-01027-z_15407600.jpg?resize=800%2C445&ssl=1

Zhong Zhong dan Hua Hua adalah nama primata pertama yang berhasil dikloning. Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates.

Zhong Zhong dan Hua Hua adalah nama primata pertama yang berhasil dikloning. Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Selain monyet, di dalam ordo ini juga termasuk lemur, tarsius, kera, dan juga manusia. Hasil tes menunjukkan bahwa dua monyet berekor panjang hasil kloning ini memiliki DNA yang serupa seperti kembar identik.

Keberhasilan kloning primata yang pertama ini merupakan pencapaian yang luar biasa oleh para ahli Biologi di Institute of Neurosciences, Chinese Academy of Science Shanghai. Mereka mempublikasikan penemuan hebat ini di journal of Cell yang termasuk jurnal Q1. Pada prinsipnya, dengan berhasilnya kloning spesies primata, batasan teknis untuk melakukan kloning manusia telah pecah. Namun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Muming Poo, Direktur Institute of Neurosciences, Chinese Academy of Science mengatakan bahwa tim ilmuwannya tidak berniat untuk melakukan hal tersebut. Terlalu ekstrim dan tentu akan memicu kontra di masyarakat karena alasan etis. Menurut Robin Lovell-Badge, ahli kloning dari Francis Crick Institute London, juga mengatakan bahwa membuat bayi manusia dengan kloning terbilang nekat, prosedurnya tetap tidak efisien dan penuh risiko.

Dikarenakan hal tersebut, Muming Poo mengklarifikasikan bahwa riset kloning monyet bertujuan untuk visi penting pengidentifikasian penyakit genetis pada manusia. Fauna yang memiliki kekerabatan dekat dengan manusia akan sangat membantu dalam penelitian, karena faktor-faktor yang tercampur baur dalam fauna non-kloning membuat eksperimen menjadi rumit.

Professor Jose Sabelli, peneliti di bidang kloning hewan dari Michigan State University mengungkapkan butuh waktu lama melakukan riset sampai berhasil mengkloning monyet. Dengan menerapkan prinsip SCNT pada Dolly terdahulu, teknik dimulai dengan memasukkan inti sel somatik (sel tubuh) seperti kulit ke dalam sel telur yang telah dibuahi dan telah dibersihkan dari kromosomnya sendiri. Sel telur kemudian akan berisi salinan genom donor.

Pada pengkloningan monyet, teknik ini berhasil membentuk janin namun tidak ada kehamilan yang berlangsung lebih dari 80 hari. Hal ini dimungkinan bahwa inti yang ditransfer tidak diprogram dengan benar untuk mendukung perkembangan embrio. Sehingga dilakukan modifikasi dengan menyebarkan dua enzim penting untuk menghilangkan ingatan epigenetik gen pada sel somatik (sel yang membentuk jaringan dan organ). Karena ketika menggunakan sel somatik, misalnya yang berasal dari kulit ataupun darah, sel tersebut cenderung mengingat darimana mereka berasal. Kombinasi enzim itu kemudian yang mengembalikannya ke keadaan embrio awal dimana ia dapat berdiferensiasi menjadi setiap jenis sel di tubuh.

Menggunakan SCNT adalah kemajuan besar karena kemungkinan kedepan ilmuwan akan lebih mudah untuk menggunakan SCNT dan mereproduksi hewan kloning dalam jumlah besar. Ini juga bisa lebih berhasil jika digabungkan dengan teknik pengeditan gen CRISPR untuk penelitian selanjutnya tentang penyakit tertentu atau mutasi genetik. Pendekatan kloning ini pada akhirnya dapat membantu menyelamatkan primata yang terancam punah.

Sumber:
Nature. 2018. First monkeys cloned with technique that made Dolly the sheep. 553, 387-388