Kisah Sukses Penjual Obat : CEO REGENERON PHARMACEUTICALS

Buat Schleifer, Regeneron adalah mimpinya sejak kecil. Sayang, dia tak bisa langsung mewujudkan mimpinya karena kesulitan ekonomi. Keluarganya hidup pas-pasan. Bisnis ayahnya, yaitu memproduksi baju hangat alias sweater tak begitu lancar. Ayahya justru memaksa dia untuk melanjutkan bisnisnya. Dia akhirya mengalah menerima permintaan sang ayah.

Meski demikian, mimpi untuk membangun perusahaan farmasi tak pernah pupus. Apalagi otaknya lumayan cerdas dan sederet gelar akademik dikantonginya, salah satunya dari Cornell University dan gelar Ph.D lewat jalur beasiswa dari University of Virginia. Sambil belajar, Schleifer memutuskan mencicip pengalaman bekerja di Rumah Sakit Cornell New York sebagai ahli saraf dan asisten profesor di kampus.

Hingga suatu ketika dia bertemu dengan penerima nobel bidang biokimia Alfred Gilman. Pada pertengahan 1980-an, Schleifer banyak membaca soal Genentech, salah satu pionir di industri bioteknologi. Saat itu memang belum banyak perusahaan yang bergerak di bidang itu. Gilman menyarankan, Schleifer untuk mencoba peruntungan dengan melamar ke perusahaan tersebut karena melihat bakatnya di bidang bioteknologi.

Bertekat untuk membuat bisnis bioteknologi penyakit saraf dia mencari seorang sponsor di George Sing, seorang kapitalis ventura di Merrill Lynch, dan memperoleh $1 Juta untuk modalnya. Dia juga merekrut George Yancopoulos, seorang ilmuwan berusia 28 tahun, untuk menjadi rekan kerjanya.

Pada tahun 1998, mereka mendirikan perusahan Regeneron Pharmaceuticals. Setelah mencoba merekrut dokter untuk kebutuhan riset, banyak di antaranya tidak berminat karna lebih suka bekerja di bidang akademis atau perusahaan besar.

Mereka mengembangkan obat pertama untuk mengobati penyakit Lou Gehring. Adalah kegagalan seperti obat kedua mereka untuk mengobati obesitas. Akhirnya mereka memutuskan mengambil mantan CEO Merck & Co Roy Vagelos menjadi ketua perusahaan untuk membantu membangun perusahaan.

Ada dua perubahan yang di terapkan pada saat itu dimana investasi dilakukan pada obat biologi yang gangguannya dapat dipahami, dan pentingnya pengujian terhadap manusia untuk memastikan bahwa apa yang bekerja di laboratorium juga akan bekerja di dunia yang nyata.

Sebagai CEO Regeneron, Scheifer mengawasi persetujuan dan pertumbuhan obat-obatan dengan harga tinggi. Obat pertama pada tahun 2011 yang menjadi kesuksesan Regeneron adalah Eylea, obat untuk degenerasi makula terkait usia.

Eylea berfungsi untuk mencegah kebocoran pada pembuluh darah di mata yang menjadi pemyebab kebutaan. Obat itupun dilisensikan ke Aventis yang kemudian dibeli oleh Sanofi yang keluar dari komitmennya, Sanofi membayar kepada Regeneron $50 juta dan menyerahkan kembali hakya kepada Regeneron.

Obat inipun penjualannya meningkat menjadi $1,3 miliar pertahun pada 2013, membuat Schleifer menjadi miliarder. Pada tahun 2014, Eylea mampu mencatatkan keuntungan sebesar $1.735 miliar. Berbagai penemuan obat baru yang menjadi mesin pencetak uang bagi pundi-pundi kekayaan Leonard. Terutama obat eylea. Sejak obat itu meluncur di pasaran, harga saham Regeneron melonjak hingga 220% selama dua tahun terakhir.

Produksi yang di pasarkan Regeneron ada 5 macam yaitu :

  1. EYLEA (aflibercept injection), dikembangkan untuk mengobati penyebab umum kebutaan pada orang tua.
  2. ARCALYST (rilonacept), untuk kondisi autoinflammatory yang spesifik dan langka.
  3. ZALTRAP (aflibercept injection), untuk kanker kolorektal metastatik.
  4. PRALUENT (Alirocumab), sebagai obat tambahan untuk diet dan terapi statin yang dapat ditoleransi dengan maksimal untuk pengobatan orang dewasa dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot atau peyakit kardiovaskular.

Capture

Leonard menghabiskan lebih dari $1,5 miliar per tahun untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Fokusnya adalah Regeneron harus berada di tempat yang tepat. Dia kritis dalam praktik penetapan harga industri.

Untuk mendorong pertumbuhan pendapatan dia memiliki strategi tersendiri yaitu tidak bergantung pada kenaikan harga, tetapi lebih berusaha menginformasikan kepada publik seberapa besar manfaat atau nilai yang dibawa dari obat yang iya buat untuk pasien.

Selain menggarap produk kesehatan sendiri, Leonard juga menggandeng sejumlah raksasa lain di industri farmasi. Misalnya sejak 2011, Regeneron bekerja sama dengan Sanofi untuk pengembangan sejumlah produk. Kerjasama keduanya kian erat lewat perjanjian kolaborasi global untuk menemukan, mengembangkan, dan mengkomersialkan obat immuno-onkologi baru.

Lewat kerjasama ini, dana segar sebanyak US$ 2 miliar masuk ke kantong Regeneron. Regeneron juga bekerja sama dengan raksasa farmasi Jerman, Bayer. Berdasarkan laporan keuangan, Regeneron membukukan penjualan US$ 3 miliar, per akhir kuartal ketiga 2015 atau melonjak 50% secara tahunan.

Sumber :