Kisah inspitatif " Tak dapat diperbaiki"

images (18)

Cerita ini adalah “kisah nyata” yang pernah terjadi di Amerika.

Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya,kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.

Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores.

Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman.

Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit.

Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari- jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal.

Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.

Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah Tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata, “Papa, aku minta maaf tentang trukmu.”

Kemudian, ia bertanya,”tetapi kapan jari-jariku akan tumbuh kembali?”

Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.

Renungkan cerita di atas!

Berpikirlah dahulu sebelum kau kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kau cintai. Truk dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat diperbaiki.

Apa pesan moral yang dapat anda simpulkan dari kisah tersebut?

SUMBER :

Tahukah Anda, bahwa banyak sekali pilihan di depan mata Anda saat Anda akan bertindak. Jika Anda akan melakukan sebuah tindakan yang ada di benak Anda, apakah itu tindakan terbaik? Jika Anda langsung mengerjakan apa yang Anda dibenak Anda, tanpa melihat opsi lain, artinya Anda tidak berpikir sebelum bertindak.

Pernah melakukan seperti itu? Anda tidak mempertimbangkan opsi lain?

Meski Anda memikirkan tindakan yang akan dilakukan, bukan berarti Anda sudah benar-benar berpikir sebelum bertindak. Kalau pun Anda berpikir, bisa jadi Anda belum benar-benar mengoptimalkan pikiran Anda. Bisa jadi Anda berpikir sekilas atau hanya berpikir apa adanya, tanpa menelaah lebih dalam.