Kepada siapa sajakah Allah Swt anugerahkan hikmah?

Secara bahasa al-ḥikmah berarti: kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus, pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (katakata bijak), dan al-Qur’an.

kepada siapa allah menganugrahkannya?

Allah Swt dalam al-Quran berfirman:

“Allah akan menganugrahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah tersebut, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang yang tak terhingga.” (Qs Al-Baqarah [2]:269)

Hikmah, sebagaimana yang disebutkan oleh para filosof dan sebagian mufasir adalah proposisi-proposisi benar yang selaras dan sejalan dengan realitas-realitas. Artinya pada tingkatan tertentu mencakup kebahagiaan manusia, seperti ajaran-ajaran Ilahi tentang mabdā (asal-mula penciptaan) dan ma’ād (akhir penciptaan). Atau sekiranya mencakup ajaran-ajaran dari realitas-realitas alam natural, maka maarif tersebut tetap terkait dengan kebahagiaan manusia. Seperti realitas-realitas fitrawi yang menjadi asas pembentukan syariat-syariat agama.

Kata hikmah berulang kali disebutkan dalam al-Quran dan riwayat-riwayat. Mengingat maknanya yang luas maka hikmah disebut sebagai salah satu anugerah Ilahi yang diberikan Allah Swt kepada para nabi dan sebagian manusia bertakwa. Berikut ini adalah sebagian contoh dari pemberian hikmah Ilahi kepada para nabi dan sebagian manusia bertakwa:
Para nabi: Al-Quran dalam kaitannya dengan pemberian hikmah kepada Nabi Muhammad Saw menyatakan:

“Dan Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al-Nisa [4]:113)

Atau pada ayat lainnya:

“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhan kepadamu.” (Qs Al-Isra [17]:39)

Al-Quran juga menyinggung tentang pemberian hikmah kepada para nabi seperti Nabi Daud As dan Nabi Isa As.

Para wali pilihan Allah; seperti Lukman Hakim dan Ala Ibrahim juga merupakan orang-orang yang menerima hikmah Ilahi. Yang dimaksud Ala Ibrahim pada ayat ini, entah Rasulullah Saw dan Ahlulbaitnya yang merupakan anak cucu Nabi Ismail atau mencakup Alu Ibrahim secara mutlak, entah dari anak keturunan Ismail atau dari anak cucu Ishak (Bani Israel) yang bagaimanapun mencakup Nabi Muhammad Saw.

Ulul Albāb: Imam Shadiq As berkata kepada Hisyam, “Allah Swt menyebut-nyebut nama para ulul albāb dan mengindahkan mereka sebaik-baiknya keindahan serta menyatakan bahwa Dia akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan hanya orang-orang berakal yang mengambil pelajaran.”

Orang-orang zahid dan bertakwa: Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Barang siapa yang mencabut hatinya dari dunia maka Allah Swt akan menganugerahkan mata air hikmah dalam dirinya.”

Dalam hal ini, orang-orang bertanya kepada Hatim bagaimana engkau memperoleh hikmah?
Katanya, “Dengan perantara kurang makan, kurang tidur, kurang berbicara, tidak menumpuk-numpuk segala yang diberikan Allah Swt kepadaku.”

Dengan memperhatikan apa yang telah diuraikan, menjadi jelas bahwa hikmah tidak terkhusus bagi para nabi bahkan orang lain pun dapat memperoleh hikmah berdasarkan ketakwaan, sebagaimana Lukman dan yang lainnya memperoleh hikmah Ilahi padahal mereka bukan nabi.

Pada dasarnya dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang menyatakan bahwa salah satu tugas para nabi adalah mengajarkan hikmah kepada masyarakat:

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah.” (Qs Ali Imran [3]:164)

Karena itu, barang siapa yang beriman kepada Allah Swt dan ajaran-ajaran para nabi serta hidup dengan takwa dan iman maka Allah Swt akan membukakan gerbang-gerbang hikmah baginya sebagai tebusan atas iman dan amal saleh yang dikerjakan.

Di dalam Q.S. al-Baqarah (2): 269 disebutkan sebagai berikut:

Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memberi ḥikmah kepada siapa saja yang dihendaki-Nya, dan dapat diterima oleh siapa saja, dan orang itu akan mendapatkan kebaikan sangat besar. Pada ayat yang lain dijelaskan bahwa orang-orang yang mendapatkan ḥikmah ialah : (1) keluarga Ibrāhīm as.,( 2). Dāwūd as. dan 3). Luqmān al Ḥakīm.

Keluarga Ibrāhīm as.

Di dalam Q.S. al-Nisa (4): 54 dikemukakan sebagai berikut:

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.

Ayat di atas berkenaan dengan kedengkian orang Yahudi kepada Muhammad tentang kenabian yang diberikan kepadanya, bahwa mengapa kenabian itu diberikan kepada Muhammad yang bukan dari Bani Israil.

Dāwud as.

Pada Q.S. al-Nisā’ (4): 54 tidak diungkapkan dengan jelas tentang keluarga Ibrahim, sedangkan pada Q.S. al-Baqarah (2): 251 berikut ini dijelaskan bahwa yang mendapatkan hikmah adalah Daud as.

Dan Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.

Ayat di atas menginformasikan bahwa Daud adalah salah seorang tentara Thalaut yang diberi hikmah oleh Allah swt. dan berhasil membunuh Jalut (Goliat) pemimpin suku Palestin dalam peperangan antara Bani Israil. Daud adalah Raja kedua Bani Israil, nabi atau rasul Tuhan dan diperkirakan hidup pada abad ke-11 atau ke-10 SM.

Luqmān al-Ḥakīm

Luqman juga termasuk orang yang mendapatkan ḥikmah yang secara jelas di dalam Alquran disebutkan:

Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah.

Di dalam Alquran nama Luqman disebut sebanyak dua kali, dan dikenal dalam lagenda bangsa Arab sebagai orang bijaksana, dan beberapa keterangan yang menyebutkan bahwa namanya sebagai inspirasi pepatah dan kisah-kisah moral yang mengingatkan seorang tokoh terkenal di kalangan Barat-Eropa

Luqmān al-Ḥakīm memandang hikmah sebagai sesuatu yang bisa didapatkan dengan duduk bersama orang-orang saleh yang dijadikan panutan, sebagaimana dalam wasiatnya kepada anaknya: 'Wahai anakku, duduklah bersama para ulama dan bersimpuhlah di hadapan mereka dengan kedua lututmu. Maka sesungguhnya Allah swt. menghidupkan hati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Allah swt. menghidupkan bumi yang tandus dengan tetesan air hujan.

Informasi yang membicarakan tentang kisah Luqmān dalam Alquran termasuk sangat singkat karena hanya terdapat dalam surah Luqman, dan tidak ada informasi dalam ayat mengenai Luqman adalah seorang nabi atau hanya seorang hamba yang saleh.

Ibnu Abbās, Mujāhid dan Said ibn Musayyab menganggap bahwa Luqman hanyalah seorang bijak dan bukan seorang nabi bahkan riwayat dari Qatādah mengatakan bahwa Allah memberi pilihan kepada Luqman antara kenabian (al-nubuwwah) dan hikmah (al-ḥikmah), maka Luqman memilih hikmah bukan kenabian, walaupun Ikrimah dan al-Syalaby berpendapat bahwa Luqman termasuk seorang Nabi.